Beberapa Wilayah Belgia Larang Sembelih Hewan Tanpa Bius
27 Agustus 2019
Selama bertahun-tahun, penyembelihan hewan telah menjadi perdebatan aktivis hak-hak hewan dan komunitas agama. Di beberapa wilayah di Belgia, berlaku aturan hukum yang melarang penyembelihan tanpa bius.
Iklan
Dewan Pusat Yahudi di Jerman memperingatkan aturan melarang penyembelihan tanpa bius di beberapa kawasan di Belgia dapat menjadi ancaman terhadap kebebasan beragama di Eropa. Larangan yang baru-baru ini diterbitkan di beberapa bagian di Belgia itu menurut mereka tidak sesuai dengan aturan dalam agama Yahudi dan Islam. "Larangan menyembelih dengan pembiusan yang kini berlaku di Wallonia, adalah pertanda pengekangan kebebasan beragama di seluruh Eropa," ujar Presiden Dewan Pusat Yahudi, Josef Schuster, sebagaimana dikutip dari dpa.
Aturan baru itu akan mulai berlaku tanggal 1 September di wilayah Belgia yang menggunakan bahasa Prancis. Dengan berlakunya peraturan baru itu, maka tidak dimungkinkan lagi hewan disembelih tanpa pembiusan sebelumnya.
Sementara di bagian utara Belgia, Flanders, hukum serupa telah berlaku sejak awal 2019. Schuster mengatakan, dia berharap agar Pengadilan Tinggi Uni Eropa (CJEU) mencabut larangan itu dan mempertimbangkan kebebasan beragama dalam mengambil keputusan.
Pengadilan Tinggi Uni Eropa (CJEU) berurusan dengan masalah ini, setelah komunitas Yahudi di Flanders, Belgia mengajukan gugatan. Beberapa negara Eropa, termasuk Swedia dan Denmark telah melarang penyembelihan tanpa bius. Di Jerman, untuk alasan agama, masih diperbolehkan menyembelih tanpa pembiusan.
Ketua Kongres Yahudi Eropa, Menachem Margolin, melihat sinyal yang mengkhawatirkan dalam undang-undang ynag berlaku di beberapa wilayah di Belgia: "Ini adalah pesan kuat bahwa komunitas Yahudi tidak benar-benar diterima di sini," katanya kepada dpa. Hukum membatasi kebebasan beragama, tambahnya.
Ketua organisasi kesejahteraan hewan Belgia Gaia, Michel Vandenbosch, tidak sepakat dengan hal itu. Dia menekankan bahwa ini bukan masalah campur tangan kebebasan beragama, tetapi kesejahteraan hewan. "Ini bukan hukum yang akan melarang penyembelihan, tetapi penyembelihan tanpa sebelumnya anestesi," ujar Vandenbosch.
Pusat Gizi Jerman hingga kini belum menyampaikan pandangannya mengenai persoalan tersebut. Menurut seorang muslim di Jerman, Nana Langjahr, penyembelihan dengan pembiusan bertentangan dengan keyakinannya. "Hewan harus bersih dan sehat dan hewan sebelum disembelih, dan bukan dengan dibius dulu, jika dibius dulu kita belum tahu apa efeknya."
Diskusi tentang penyembelihan telah berlangsung selama bertahun-tahun. Rifqi Muhammad Fatkhi, yang merupakan kepala program ilmu hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan menurut hadis Nabi Muhammad SAW, yang perlu diingat adalah berbuat baiklah dalam melakukan sesuatu, "Penjelasan hadis itu adalah: jika Anda menyembelih, maka menyembelih dengan baik. Biarkan masing-masing dari kalian menajamkan pisau Anda. Jadi dalam perspektif ini, jika anestesi dilakukan agar bahwa hewan tidak merasakan sakit, maka itu dibenarkan. Tetapi jika pembiusan menghilangkan kesadaran total, sehingga hewan itu ditakuti bisa mati, dan berarti kita menyembelih hewan yang mati, maka hal itu tidak diperbolehkan. Kita diperintahkan untuk melakukan hal-hal yang tidak menyakiti hewan, ketika kita menyembelih hewan."
Namun dari visi para dokter hewan, anestesi sebelum penyembelihan dinilai penting untuk menghindarkan kemungkinan rasa takut akan kematian dan rasa sakit karena pendarahan pada hewan.
ap/ts (dpa/berbagai sumber)
Rahasia Gelap Industri Susu Sapi
Dinamika pasar susu sapi memaksa peternak lakukan praktik kejam untuk tekan ongkos produksi. Bayi sapi berusia lima hari diambil paksa dari induknya untuk dibantai. Praktik brutal itu berusaha dirahasiakan industri susu
Foto: picture alliance/Bildagentur-online/DP
Mitos dan Propaganda
Susu hampir tidak bisa dipisahkan dari nutrisi harian anak-anak atau orang dewasa. Selain dipuji sangat kaya protein dan kalsium, susu juga diyakini wajib dikonsumsi anak di usia pertumbuhan untuk mencegah kelainan. Namun tidak semua keajaiban susu diamini dunia kedokteran. Kebanyakan cuma berupa mitos atau propaganda industri susu.
Foto: Colourbox/A.Shkvarko
Manfaat Palsu
Susu sapi sejatinya produk alami untuk memenuhi kebutuhan anak sapi yang sedang dalam masa pertumbuhan. Sebab itu pula sebagian zat yang terkandung di dalamnya tidak sepenuhnya cocok untuk manusia. Kalsium pada susu sapi misalnya sulit dicerna oleh tubuh. Selain itu jenis protein susu sapi yang asing buat tubuh manusia sering berujung pada penyakit alergi atau radang kulit.
Foto: picture-alliance/dpa
Mesin Susu
Kendati begitu susu sapi tetap digemari. Untuk itu industri peternakan berupaya tingkatkan efektifitas sapi perah dengan segala cara. Buat memproduksi seliter susu, tubuh sapi mengolah 500 liter darah. Saat ini produksi susu per ekor sapi berkisar 20.000 liter per tahun. Tapi tingginya tingkat produksi memangkas usia sapi menjadi rata-rata cuma lima tahun. Padahal sapi bisa hidup hingga 20 tahun.
Foto: picture-alliance/dpa
Diperah Hingga Mati
Seperti manusia, sapi perah cuma memproduksi susu setelah melahirkan. Maka petani harus memastikan berlangsungnya reproduksi sapi lewat inseminasi buatan dengan sperma beku. Praktik ini dilakukan setiap tahun hingga sapi dianggap tidak lagi layak dijadikan hewan perah dan dikirim ke rumah jagal untuk dipotong.
Foto: picture-alliance/ZB
Anak Haram Industri Sapi
Karena tidak menguntungkan dan memakan biaya, anak sapi jantan biasanya dibuang dan dibunuh. Praktik kejam ini misalnya legal di Australia. Padahal seperti manusia, induk sapi memiliki insting keibuan yang tinggi. Sapi selalu mengalami tekanan mental ketika bayinya diambil paksa. Peternak berdalih, pemisahan induk dan anak sapi di usia lanjut sulit dilakukan karena hubungan emosional yang kuat
Foto: picture-alliance/dpa/M. Balk
Pembantaian Massal
Bayi sapi membutuhkan perhatian induknya untuk tumbuh. Sebab itu mereka selalu menempel induknya kemanapun ia pergi. Hubungan alami itu menghilang di industri susu. Setiap tahun sekitar 700.000 ekor anak sapi di Australia dibunuh ketika baru berusia lima hari. Cara-cara yang dipakai pun tergolong kejam. Bayi sapi dikumpulkan dan dibantai satu per satu dalam antrian panjang.
Foto: AP
Logika Sinis Peternak Sapi
Setelah menuai protes, peternak sapi di Eropa mulai merawat bayi sapi dengan susu buatan untuk dijadikan sapi potong. Tapi induk tetap dipisahkan dari bayinya. Regulasi bisnis makanan dan minuman yang ketat memaksa peternak sapi menjadi sinis. Ketika harga susu menukik tajam, maka peternak membunuh lebih banyak bayi sapi untuk mencegah membengkaknya ongkos produksi.
Foto: DANIEL GARCIA/AFP/Getty Images
Tanpa Solusi
Solusi yang ditawarkan untuk memperbaiki kondisi sapi perah jarang dipraktikkan oleh peternak. Pasalnya dengan metode non industrial, peternak akan kesulitan memproduksi volume susu yang cukup untuk menutupi biaya produksi. Sebab itu di peternakan organik sekalipun sapi tetap diperlakukan sama seperti di peternakan biasa. Bedanya, sapi perah organik rata-rata hidup setahun lebih lama