Steroid dexamethasone yang harganya murah dan tersedia dimana-mana, menunjukkan khasiat membantu pasien Covid-19 dengan gejala sakit berat. Inggris siap menggunakannya sebagai standar pengobatan Covid-19.
Iklan
Dexamethasone sudah ada di pasaran sejak 50 tahun, murah, gampang didapat dan hanya memiliki sedikit efek samping. Obat yang biasanya digunakan memblokir peradangan dan sejumlah penyakit itu disebut dapat menolong pasien Covid-19 di ruang perawatan gawat darurat dan menyelamatkan nyawanya.
Dalam sebuah penelitian dengan sampel 2100 pasien Covid-19, steroid dexamethasone menunjukkan hasil positif. “ Dexamethasone dalam riset itu menjadi satu-satunya obat yang menunjukkan efek menurunkan kasus kematian pasien“, kata pakar epidemiologi Peter Horby dari Universitas Oxford, yang jadi pimpinan penelitan itu. "Ini terobosan besar", paparnya
Pada pasien Covid-19 dengan gejala sakit berat, riset menunjukkan pemberian dexamethasone dosis kecil menurunkan jumlah kematian sekitar sepertiganya. Hasil itu menunjukkan, obat ini hendaknya digunakan sebagai terapi standar bagi pasien Covid-19 dengan simptom berat yang dirawat di rumah sakit.
Dalam riset juga ditunjukkan obat ini tidak menunjukkan khasiat yang signifikan pada pasien Covid-19 dengan gejala sakit ringan.
“Sangat sulit menggantikannya dengan obat-obatan lain, karena obatnya mudah didapat dan harganya hanya sekitar 55 Euro untuk terapi delapan orang pasien dan bisa menyelamatkan nyawa mereka“, tambah Landray dalam briefing online dengan para wartawan. Dia menambahkan, dexamethasone bisa digunakan secepatnya secara global untuk selamatkan nyawa pasien Covid-19.
Dunia Sains Bekerjasama Lawan Corona
03:24
Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock menyatakan, setelah melihat indikasi pertama potensi dexamethasone, negaranya sudah menyiapkan cadangan obat dalam jumlah besar sejak bulan Maret. Kementrian bekerjasama dengan jawatan kesehatan nasional NHS agar dexamethasone secepatnya menjadi standar pengobatan bagi pasien Covid-19.
Eropa Perlahan Kembali Normal setelah Lockdown
Kehidupan publik di Eropa perlahan-lahan kembali normal setelah pemberlakuan lockdown berminggu-minggu. Kini sekolah, toko, dan restoran sudah kembali dibuka. Berikut negara-negara yang melonggarkan lockdown.
Foto: picture-alliance/AP Photo/P. Karadjias
Selamat Datang Kembali!
Toko-toko di seluruh Eropa terpaksa ditutup untuk mencegah penyebaran COVID-19, termasuk toko pakaian ini di Makarios Avenue di Nikosia, Siprus. Perintah untuk tetap di rumah juga diberlakukan sejak akhir Maret. Namun, Presiden Nicos Anastasiades sekarang mengizinkan situs konstruksi dan toko retail kembali dibuka mulai tanggal 4 Mei. Warga juga dapat bergerak secara bebas lagi mulai 21 Mei.
Foto: picture-alliance/AP Photo/P. Karadjias
Bermain Kembali di Pantai
Setelah penyebaran COVID-19 secara global, pantai, toko, dan restoran di Protugal ditutup pada tanggal 18 Maret, namun masyarakat masih diizinkan ke luar dan berolahraga. Sekarang, orang sudah bisa berjalan-jalan lagi di pantai. Mereka juga dapat pergi ke toko-toko dan penata rambut secara bebas, tetapi wajib menggunakan masker di ruang tertutup.
Foto: picture-alliance/Zuma/SOPA Images/Diogo Baptista
Gaya Rambut Baru setelah Lockdown
Penata rambut di Yunani diizinkan kembali berbisnis pada 4 Mei. Bisnis lain yang dibuka termasuk toko bunga, toko buku, dan toko kecil lainnya. Namun restoran dan bar baru bisa beroperasi kembali akhir Mei. Masyarakat Yunani juga dapat keluar rumah tanpa surat izin, tetapi masyarakat wajib mengenakan masker saat menggunakan transportasi umum.
Foto: picture-alliance/AP Photo/T. Stavrakis
Wajib Mengenakan Masker
Peraturan yang mewajibkan warga untuk mengenakan masker pada saat naik transportasi umum kini diberlakukan di seluruh Eropa. Di ibu kota Hungaria, Budapest, pekerja transportasi menawarkan masker bagi para pelancong di alun-alun Nyugati. Budapest. Kota-kota lain di Hungaria juga mulai membuka sebagian toko, museum, dan ruang publik.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Z. Balogh
Berolahraga di Ruang Publik
Ruang publik di Spanyol ditutup selama 48 hari untuk mengurangi penyebaran virus. Penduduk tidak diizinkan meninggalkan rumah mereka kecuali untuk membeli makanan, alasan medis, atau berjalan-jalan dengan anjing. Sekarang warga Spanyol dibolehkan keluar untuk berolahraga, walaupun pembatasan dan aturan social distancing tetap berlaku secara ketat.
Foto: Reuters/J. Medina
Kembali Bekerja
Italia, negara Eropa yang paling parah terkena dampak virus corona, telah mengalami lockdown mulai awal Maret. Warga hanya diizinkan keluar karena alasan yang mendesak. Mulai 4 Mei, warga mulai kembali bekerja. Para pekerja di pabrik sepatu di Castelnuovo Vomano, di Provinsi Teramo, diwajibkan mengenakan masker dan dipisahkan oleh tirai plastik.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Stinellis
Menghadiri Pemakaman
Meskipun Italia mulai melonggarkan lockdown, pemerintah hanya mengizinkan 15 orang menghadiri pemakaman dan mereka wajib mengenakan masker. Selama lockdown, Italia melarang acara pemakaman dan melarang warga mengucapkan selamat berpisah kepada orang yang dicintai.
Foto: Reuters/A. Parrinello
Sekolah Kembali Dibuka
Pemerintah Austria memastikan 100.000 siswa di tahun terakhir dapat kembali ke sekolah sebelum masa ujian. Guru-guru seperti Richard Fischer di Wina membagikan masker kepada siswa sebelum pelajaran dimulai. Pemerintah Austria sekarang juga mengizinkan warga mengunjungi kerabat di rumah perawatan. Toko-toko kecil dan bisnis lain sudah mulai dibuka kembali pada tanggal 14 April.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Punz
Bundesliga Jerman Dilanjutkan
Pemain sepak bola profesional di Jerman tetap berlatih meskipun saat ini pertandingan sedang dihentikan. Juara Bundesliga, Bayern München, mulai berlatih kembali dalam kelompok kecil. Bundesliga akan dimulai lagi tanggal 15 Mei. Namun penggemar belum diizinkan menonton pertandingan di dalam stadion. (fs/hp)
Foto: Reuters/A. Gebert
9 foto1 | 9
Berpacu mencari obat dan vaksin corona
Terkait pandemi Covid-19, sejauh ini belum ada obat ataupun vaksin yang terbukti ampuh memerangi virus corona jenis baru, yang sudah menginfeksi delapan juta orang dan menewaskan lebih 430.000 di seluruh dunia.
Riset mencari obat dan vaksin terus dilakukan secara intensif, baik meneliti ulang obat yang sudah eksis ataupun mencari unsur aktif baru. Obat anti malaria hydroxychloroquin terbukti tidak menunjukkan keampuhan yang diharapkan melawan SARS-Cov-2. Juga obat ebola Remdesivir tidak menunjukkan keampuhan signifikan.
Nick Cammack, pakar COVID-19 di organisasi kesehatan global Wellcome Trust yang bermarkas di London mengatakan, Dexamethasone kini bisa mengubah dampak pandemi Covid-19 pada kehidupan dan ekonomi di seluruh dunia. “Banyak nyawa akan dapat diselamatkan di seluruh dunia“, pungkasnya.