Kota Depok mungkin dibangun atas kehendak orang kaya dengan pembangunan mall dan jalan tol. Lalu bagaimana nasib orang yang berpenghasilan pas-pasan? Opini Nadya Karima Melati.
Iklan
Anih adalah penduduk kota Depok yang tinggal di perkampungan Cimpaeun, Anih punya lima anak dan kelima-limanya tidak bersekolah, lima bulan yang lalu anaknya yang paling kecil meninggal dunia akibat tidak tertolong saat sakit.
Suatu hari saya menemukan dia dan anaknya berjalan kaki sepanjang lima kilometer di tengah terik matahari, saat ditanya dia hendak ke mana jawabannya dia mau menuju ke pasar terdekat untuk membeli kebutuhan dapur.
Saya bertanya mengapa dia berjalan kaki dan tidak naik angkutan umum saja, dia bilang uangnya hanya cukup untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, tidak untuk naik angkot, lagi pula dengan kelima anaknya yang harus ikut serta dia tidak punya pilihan lain. Anih memilih jalan kaki walau panas dan jauh sekali karena transportasi tidak terjangkau.
Lain cerita Denis, usianya 22 tahun. Denis seumuran Anih tetapi dia beruntung karena lahir di keluarga kelas menengah di daerah Auri, Cimanggis.
Denis belum menikah dan bisa mengenyam pendidikan sampai Universitas. Denis kuliah di Gunadarma dan jarak kampus dengan rumahnya sekitar lima kilometer dan memilih naik motor ke kampus karena lebih irit dan efektif, menurut Denis dengan menggunakan motor dia cuma keluar uang bensin Rp 10000 untuk tiga sampai lima hari. Anih tentu tidak punya kendaraan bermotor,
Anih tidak seperti Denis yang punya pilihan naik motor ke mana-mana karena lebih irit. Anih cuma bergantung pada transportasi publik. Anih membuktikan bahwa menjadi orang miskin jauh lebih mahal daripada orang kelas menengah. Khususnya masalah transportasi yang selalu dikesampingkan oleh pemerintah kota.
Mengglobal yang Tertinggal
Baru-baru ini di tahun 2018 wali kota Depok, Muhammad Idris mendapatkan penghargaan atas kota Depok yang menjadi kota dengan perencanaan terbaik se-Jawa Barat. Entah dari mana ukuran penghargaan tersebut karena kemacetan Depok akibat genangan, banjir dan kepadatan kendaraan masih tidak pernah absen setiap hari di jalan Margonda.
Seorang pengamat kota Depok, Yurgen Alifia Sutarno dalam wawancaranya dengan Tirto.id menjelaskan Depok memiliki masterplan kota yang tidak jelas dan tidak terkonsep. Buktinya saja, wali kota Idris pada pertengahan 2016 mengungkapkan jalan raya Sawangan tidak perlu pelebaran tetapi tahun berikutnya dia mengubah pendapatnya. Tidak konsisten dalam pernyataan wali kota menunjukan memang tidak ada perencanaan dalam pembangunan kota Depok. Saya setuju pendapat tersebut, ketika masih menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia saya menyaksikan sendiri bagaimana pembatas jalan Margonda dicopot-pasang dalam selang beberapa bulan seperti lagu Rhoma Irama, "kau yang memulai, kau yang mengakhiri”.
Apakah Ada Area Slum di Negara Maju Seperti Jerman?
Daerah kumuh seperti Kampung Pulo di Jakarta tidak ada di Jerman. Tapi di sini juga ada "kemiskinan" dan tunawisma. Berikut fakta-fakta tentang kemiskinan di Jerman yang mungkin Anda belum ketahui.
Foto: picture-alliance/dpa/N.Armer
860 ribu orang tidak punya tempat tinggal
Saat ini di Jerman tercatat ada sekitar 860.000 tunawisma. Tapi hanya sedikit dari mereka yang harus tidur di jalan. Kebanyakan mendapat tumpangan di rumah kerabat, teman atau kenalan.
Foto: picture-alliance/dpa/B.Roessler
Tidur di stasiun kereta api
Ada sekitar 52.000 orang yang hidup di jalan, sekitar 6 persen dari jumlah tunawisma yang ada. Stasiun kereta api dan trem bawah tanah di Frankfurt menyediakan tempat khusus bagi para tunawisma untuk berlindung dari hujan dan cuaca musim dingin.
Foto: picture-alliance/dpa/A.Arnold
Ratusan ribu pengungsi perlu tempat tinggal
Ada sekitar 440 ribu pengungsi di Jerman yang berhak mendapatkan tempat tinggal, seperti keluarga pengungsi dari Suriah ini. Tapi kebanyakan pengungsi masih ditampung di tempat-tempat penampungan pengungsi.
Foto: picture alliance/dpa/S. Pförtner
Kampung peti kemas penampungan sementara pengungsi
Di sini dibangun "kampung peti kemas". Ada 256 rumah kecil yang dibuat dari peti kemas dibangun di tempat penampungan pengungsi Tempelhofer Feld di Berlin ini. Satu rumah kecil terdiri dari tiga peti kemas, lengkap dengan kamar mandi dan dapur. Kampung ini siap menampung lebih 1000 pengungsi.
Foto: picture alliance/dpa/B. von Jutrczenka
Terutama perempuan dan keluarga migran
Yang sering terusir dari rumah tinggalnya terutama perempuan dan keluarga migran pengungsi. Mereka sering tidak mampu lagi membayar sewa rumahnya. Foto di atas: Anna di kamar tinggalnya seluas 7 m2 di Hamburg. Sebuah peti kemas yang dialih fungsikan menjadi kamar tinggal.
Foto: picture-alliance/dpa/G. Wendt
Apartemen Sosial
Di Jerman ada rumah susun yang khusus dibangun untuk warga berpendapatan rendah. Biasanya disebut apartemen sosial (Sozialwohnung). Namun dalam 30 tahun terakhir, makin sedikit apartemen sosial. 30 tahun lalu masih ada 4 juta apartemen sosial di seluruh Jerman, saat ini tinggal sekitar 1,3 juta.
Foto: colourbox.de
Apartemen kecil untuk sendiri
Terutama apartemen kecil dengan 1 sampai 2 kamar tidur sulit didapat, karena makin banyak orang tinggal sendirian. Di Jerman saat ini diperkirakan ada 17 juta orang yang tinggal sendirian. Sedangkan hanya ada sekitar 5,2 juta apartemen kecil. Terutama di daerah perkotaan harga sewanya makin melangit.
Foto: picture alliance/dpa/A. Warnecke
Menjadi tunawisma dan berharap dapat kerja
Di Berlin saja diperkirakan ada sekitar 10.000 tunawisma, yang sering disebut "Penner". Sekitar 60 persen berasal dari Rumania, Bulgaria dan Polandia. Mereka bertahan dan berharap bisa mendapat pekerjaan kasar di kota besar.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Zinken
Tempat untuk tidur di musim dingin
Saat musim dingin, para tunawisma harus mencari tempat hangat untuk tidur. Pemerintah kota dan organisasi bantuan maupun gereja sering menyediakan bangsal tidur, seperti dalam foto di atas. Di Berlin, sejak tahun 1990 sudah ada sekitar 300 tunawisma yang mati kedinginan karena tidur di jalanan. (Teks: Volker Wagener/hp/vlz)
Foto: picture-alliance/dpa/B.Pedersen
9 foto1 | 9
Depok sangat bergantung pada wilayah Margonda sebagai pusat ekonomi sehingga kemacetan berpusat di Margonda. Selain itu, penyelesaian kemacetan Margonda bergantung pada rekayasa lalu lintas tanpa ada perencanaan kota yang tepat dan jelas.
Tetapi bisa juga kriteria kota perencanaan terbaik yang diterima kota Depok pada tahun 2018 karena saingan kota Depok sebagai kota metropolitan adalah kota Bogor. Kota Bogor mendapat peringkat pertama sebagai kota berkendara terburuk sedunia versi Waze. Padahal menurut Undang-Undang Tahun 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan metropolitan adalah kawasaan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dan terhubung dengan kawasan perkotaan di sekitarnya dan saling memiliki keterkaitan fungsional. Kota metropolitan dengan kota-kota lan di sekitarnya juga wajib dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi. Syarat lainnya adalah jumlah penduduk yang lebih dari 1.000.0000 juta jiwa. Namun bagaimana hak-hak jutaan jiwa tersebut di dalam kota?
Jaringan prasarana yang terintegrasi adalah pekerjaan rumah yang tidak kunjung selesai bagi kota-kota khususnya di Jawa Barat. Jika di Jakarta sudah memiliki Transjakarta yang menghubungkan antar kelurahan dan kecamatan dengan biaya yang terjangkau. Kota di Jawa Barat hampir tidak ada transportasi umum yang efektif, terjangkau dan terintegrasi.
Di Negara-negara Ini Jurang Antara Kaya - Miskin Amat Dalam
Indonesia di posisi keempat negara dengan tingkat kesenjangan tertinggi di dunia. Inilah laporan Global Wealth Report 2016 lembaga riset Credit Suisse yang meneliti jurang kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin.
Foto: picture alliance/blickwinkel/McPHOTO
1. Rusia
Rusia tempati posisi pertama negara dengan ketimpangan ekonomi terbesar sejagad. Dalam penelitian Credit Suisse ditemukan 74,5% kekayaan negara dikuasai 1% orang-orang termakmur di negeri itu. Di negara ini terdapat sekitar 96 milyarder - total yang hanya dilampaui oleh Cina dengan 244 orang dan Amerika Serikat dengan 582 orang.
Foto: picture-alliance/dpa/RIA Novosti/A. Kudenko
2. India
India berada di posisi ke-2 negara yang kesenjangan ekonominya terbesar. 58,4% kekayaan dimiliki 1% orang terkaya. Kekayaan pribadi didominasi oleh properti & aset riil lainnya. Meski kekayaan perorangan telah meningkat di India, tidak semua orang mendapat bagian dari pertumbuhan ekonominya. 2260 orang diketahui memiliki kekayaan lebih dari US$ 50 juta dan 1.040 orang lebih dari US$ 100 juta.
Foto: DW/J. Akhtar
3. Thailand
Dalam laporan Global Wealth Report 2016 lembaga riset Credit Suisse, negara di Asia Tenggara ini berada di urutan ketiga negara ketimpangan ekonomi terbesar sedunia, dimana hanya satu persen orang terkaya yang menguasai 58 persen aset kekayaan di negara gajah putih ini.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Yongrit
4. Indonesia
Kekayaan per orang meningkat 6 kali lipat selama periode 2000- 2016. Namun menurut standar internasional, kekayaan rata-rata orang di Indonesia masih rendah. Setengah aset kekayaan di Indonesia dikuasai hanya 1% orang terkaya. Kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin di Indonesia mencapai 49%, yang menempatkan Indonesia di posisi keempat negara dengan tingkat kesenjangan tertinggi di dunia.
Foto: Getty Images/AFP/R. Gacad
5. Brazil
Untuk melindungi diri dari inflasi, banyak warga Brasil mempertahankan aset riil, khususnya dalam bentuk tanah. Kesenjangan pendapatan di negara ini berhubungan dengan ketidakmerataan akses pendidikan serta pembagian tajam antara sektor ekonomi formal dan informal. 47,9 persen kekayaan di negara ini hanya dimiliki satu persen kelompok orang paling tajir di negara ini.
Foto: DW/J.P. Bastien
6. Cina
Di Cina terdapat 1,6 juta jutawan. Negara ini paling banyak punya penduduk dengan kekayaan di atas US$ 50 juta dibanding negara manapun, kecuali Amerika Serikat. Namun ketimpangan ekonomi di negara tirai bambu ini tinggi yakni 43,8% kekayaannya dikuasai 1 persen orang terkaya. Ketimpangan ekonomi semakin tinggi sejak tahun 2000.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Reynolds
7. Amerika Serikat
Perekonomian dan pasar keuangan AS terus membaik di tahun 2015 – 2016. Dibandingkan dengan banyak negara OECD lainnya, AS memiliki lebih banyak aktivitas ekonomi di sektor swasta dibanding publik. Jumlah individu dengan kekayaan di atas US% 50 juta enam kali lebih banyak dibanding Cina. Satu persen orang terkaya di negara adi daya ini menguasai aset kekayaan sebesar 42,1%.
Foto: picture alliance/U. Baumgarten
8. Afrika Selatan
Sejak tahun 2007 kemajuan ekonomi melambat. Namun pertumbuhan segera pulih dan rata-ratanya meningkat 9,4% per tahun sejak tahun 2010. Di negara ini, 41,9% kekayaaan negara dikendalikan oleh hanya satu persen total orang terkaya, yang menempatkan negara ini di posisi nomor 8 negara dengan tingkat kesenjangan tertinggi di dunia. Ed: ap/rzn(Credit Suisse/independent)
Sistem transportasi yang sulit, mahal dan eksklusif adalah cerminan bagaimana suatu kota mengelola birokrasi dan pemerintahannya. Kisah Anih sebagai pengantar dalam tulisan ini adalah bagaimana situasi dan kondisi menjadi orang miskin di Depok. Penghasilan Anih bahkan tidak sampai Rp 500 ribu perbulan, Anih sama seperti limapuluh ribu orang lainnya.
Pada tahun 2018, pemerintah kota Depok menggulirkan dana 83 miliar untuk pengentasan kemiskinan melalui pelatihan dan bantuan modal bukan kebutuhan dasar warga kota seperti transportasi. Dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) maupun RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) kota Depok hingga 2016-2021 tidak ada program untuk memperbaiki sistem transportasi publik. Angkot sebagai satu-satunya sarana publik yang disediakan pemerintah sebagai penghubung antar kecamatan di Kota Depok kian hari kian menyusut, tinggal 30 persen menurut Dinas Perhubungan Depok.
Selain orang miskin, kelompok minoritas, perempuan dan anak-anak juga dirugikan dari carut marutnya tata kota Depok. Selain transportasi berupa kendaraan umum, pedestrian atau jalur pejalan kaki di Depok sangat berbahaya. Bayangkan, jalan Margonda dengan populasi terbanyak mahasiswa sangat butuh pedestrian yang aman dan nyaman namun pada kenyataannya pedestrian sepanjang jalan Margonda bolong-bolong. Tidak tanggung-tanggung bolong bisa seluas setengah meter dan tidak ditutup. Apabila trotoar tidak bolong maka digunakan mobil untuk parkir.
Inilah Komoditas Penyumbang Kemiskinan di Indonesia
Jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2017 mencapai 27,7 juta orang. Demikian laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Komoditas apa yang turut berkontribusi pada tingkat kemiskinan di Indonesia?
Foto: Getty Images/AFP/O. Siagian
Beras
Komoditas utama yang menyumbang indikator kemiskinan di Indonesia adalah beras dan rokok. Menurut BPS, beras berkontribusi sebesar 18,31 persen di perkotaan dan di pedesaan sebesar 25,35 persen.
Foto: Fotolia/Rhombur
Rokok
Sementara produk rokok -- baik di perkotaan maupun pedesaan -- berkontribusi sebesar 10,7 persen terhadap angka kemiskinan. Penyebabnya, harga rokok yang semakin mahal.
Foto: Getty Images/AFP/O. Siagian
Daging sapi
Konsumsi daging sapi juga berperan pada angka kemiskinan. Faktor daging sapi menyumbang 4,94 persen untuk kemiskinan di perkotaan dan untuk kemiskinan di pedesaan 3,47 persen.
Foto: Imago/F. Abraham
Kebutuhan pangan lain
Sementara itu, komoditas lain yang juga punya andil berkontribusi pada tingkat kemiskinan antara lain mie instan, daging ayam ras, gula pasir, bawang merah, kopi, tempe, tahu dan telur ayam ras, serta bahan makanan lainnya.
Foto: DW/A. Purwaningsih
Non-makanan
Komoditas di luar makanan yang berperan juga pada tingkat kemiskinan di Indonesia adalah faktor perumahan, pendidikan, listrik, bensin, dan perlengkapan mandi.
Foto: DW/Robina
5 foto1 | 5
Tidak ada hak bagi pejalan kaki di Margonda Raya. Belum pula fenomena jambret payudara perempuan yang marak selama lima tahun terakhir, sudah banyak yang menjadi korban termasuk ibu-ibu yang berjualan, mahasiswi dan pegawai kantoran. Kasus jambret payudara baru tahun 2018 ini terungkap dan pelaku hanya dihukum empat bulan kurungan. Mungkin sebenarnya kota ini dirancang supaya penduduknya tidak ke mana-mana karena tidak ada fasilitas kendaraan publik yang memadai bahkan berjalan kaki juga tidak aman.
Kota Depok mungkin dibangun atas kehendak orang kaya dengan pembangunan mall dan jalan tol. Pelebaran jalan dengan dalih mengurangi macet adalah untuk memenuhi kebutuhan kelompok atas yang mampu membeli kendaraan dan menggunakan jalan sendirian.
Sedangkan orang miskin seperti Anih harus meringis memikirkan supaya besok tidak ke mana-mana karena transportasi public tidak tersedia, jalan kaki pun tidak ada fasilitasnya. Jika berjalan kaki lalu diserempet mobil mau bagaimana? Berdarah sampai mati karena layanan kesehatan, dia juga tidak punya.
Penulis @Nadyazura adalah essais dan pengamat masalah sosial.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis
*Bagaimana komentar Anda atas opini di atas? Silakan tulis dalam kolom komentar di bawah ini.
Mau Makan Malam? Itu Ada di Sana, Dekat WC
Bisakah Anda membayangkan memasak makan malam langsung di depan toilet Anda? Ini tidak terjadi di negara dunia ketiga. Fotografer Benny Lam mendokumentasikan sekelumit situasi hidup di Hong Kong.
Foto: Benny Lam & SoCo
Ayo siapkan makan malam
Bebek peking dan kangkung untuk makan malam tergeletak ada di atas meja, hanya beberapa sentimeter dari toilet. Taoge disajikan dalam mangkuk diletakkan di atas meja di depannya, berdekatan dengan penanak nasi, teko dan peralatan dapur lainnya. Di banyak apartemen di Hong Kong, mulai dari memasak hingga buang air besar, semua kegiatan dapat dilakukan di ruang kecil ini.
Foto: Benny Lam & SoCo
Dapur dan toilet bergabung
Dengan populasi hampir 7,5 juta orang dan hampir tidak ada lahan tersisa yang bisa dikembangkan, harga apartemen dan perumahan di Hong Kong meroket menjadi yang termahal di planet ini. Beberapa orang di metropolitan ini tidak memiliki pilihan lain selain menghuni ruang-ruang mini, di mana setiap ruangan bergabung dalam ruang terbatas.
Foto: Benny Lam & SoCo
Mereka yang 'Terjebak'
Fotografer Kanada, Benny Lam menangkap gambaran rumah dan kehidupan komunitas tersembunyi ini di Hong Kong dalam serial foto 'Trapped', yang berisi rangkaian foto yang dia hasilkan dalam bekerja sama dengan SoCO, Society for Community Organization, sebuah organisasi nirlaba yang bekerja untuk mengurangi kemiskinan dan mendukung hak-hak sipil.
Foto: Benny Lam & SoCo
Kehidupan yang tak tertahankan
Menurut SoCO, berdasarkan laporan Sensus dan Statistik Departemen Hong Kong, 200.000 orang tinggal di 88.000 apartemen kecil yang tidak memadai ini. Warga dipaksa untuk kreatif dalam menyimpan barang-barang di ruang sempit mereka yang terbatas dan mengatur kegiatan sehari-hari mereka di sini.
Foto: Benny Lam & SoCo
Harga apartemen meningkat dua kali lipat
Menurut statistik pemerintah, harga apartemen di jantung Hong Kong telah berlipat ganda antara 2007 dan 2012, menjadi rata-rata 108.546 dolar Hong Kong hampir 200 juta rupiah per meter persegi. Beberapa penduduk flat kecil ini kadang sampai takut pulang ke rumah. Banyak penyewa mengatakan, hal yang paling sulit tinggal di rumah bagai peti mati ini adalah tidak bisa menghirup udara segar.
Foto: Benny Lam & SoCo
Selamat datang di apartemen berukuran kasur
Seorang penyewa makan sekaleng kacang sambil menonton televisi di apartemen berukuran kasur. Karena berpenghasilan rendah dan kemiskinan, tampaknya tidak ada alternatif selain hidup di ruang-ruang hidup yang tertutup rapat ini. Hanya di mini flat semacam ini, mereka dapat beristirahat, mereka tidak dapat duduk tegak atau berbaring lurus. Kecoak dan serangga menjadi 'teman'.
Foto: Benny Lam & SoCo
Menanti dan menanti
Banyak penyewa telah tinggal di sana selama bertahun-tahun. Lima tahun adalah waktu tunggu rata-rata untuk mendapatkan perumahan sosial. Untuk beberapa orang lajang di bawah usia 65 tahun, hal itu tidak terjadi. Beberapa dari orang-orang ini harus menunggu lebih dari satu dekade. Orang terjebak dalam kondisi kehidupan yang buruk lebih lama dari waktu rata-rata.
Foto: Benny Lam & SoCo
Amat beresiko pada keselamatan dan keamanan
Flat berventilasi buruk, menimbulkan risiko keselamatan dan kesehatan. Didorong oleh kenaikan harga yang melonjak, puluhan ribu orang tidak memiliki pilihan lain selain tinggal di mana ruang keluarga, kamar tidur dan dapur dengan susah payah digabungkan jadi satu dalam flat ini.
Foto: Benny Lam & SoCo
Apa solusinya?
Perserikatan Bangsa-Bangsa menganggap kehidupan seperti ini sebagai mimpi buruk dan "merendahkan martabat manusia". Pemerintah setempat mengatakan akan terus mencari solusi dari masalah kekurangan tempat tinggal. Beberapa perusahaan menawarkan alternatif seperti membangun apartemen dari kontainer dan bahkan pipa air.
Foto: Benny Lam & SoCo
Berharap hidup lebih baik
Talenan, toilet, kompor, dan semua makanan berdekatan satu sama lain. SoCO terus berkampanye untuk standar hidup yang lebih baik di salah satu tempat yang paling padat penduduknya di Bumi ini. Pemerintah mengatakan, 280.000 apartemen publik baru akan dibangun pada 2027, tetapi menurut SoCO, sementara itu ada banyak upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup bagi orang-orang ini.
Foto: Benny Lam & SoCo
Sebuah rumah sempit yang dikelilingi inding logam
Gedung-gedung tinggi, fasad memesona, toko-toko mewah di pusat bisnis dunia, berdiri sangat kontras dengan banyak rumah sempit yang ditempati oleh orang-orang paling miskin di kota besar ini. Di ini mereka hidup, setiap hari, selama berbulan-bulan, atau mungkin selama bertahun-tahun. Ini mungkin bukan hanya kehidupan sementara. Inilah hidup mereka. Foto: Benny Lam, Penulis A. Purwaningsih (vlz)