Hari-hari Terakhir Trump, AS Perkuat Hubungan dengan Taiwan
11 Januari 2021
Menteri Luar Negeri Taiwan mengatakan, pencabutan pembatasan hubungan resmi dengan pejabat Taiwan oleh AS adalah "hal besar."
Iklan
Pencabutan pembatasan hubungan resmi dengan pejabat Taiwan oleh AS adalah "hal besar", ujar Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu pada Senin (11/01), menambahkan bahwa hubungan Taiwan dengan AS telah meningkat ke level "kemitraan global."
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengumumkan pencabutan pembatasan pada Sabtu (09/01), di hari-hari terakhir pemerintahan Trump menjelang Joe Biden mengambil alih kursi kepresidenan AS pada 20 Januari mendatang.
Cina, yang mengklaim Taiwan adalah bagian dari wilayahnya, belum merespons secara resmi, tetapi langkah tersebut kemungkinan akan meningkatkan ketegangan Cina-AS saat Biden bersiap untuk mengambil alih.
"Ini adalah hal besar untuk peningkatan hubungan Taiwan-AS," kata Wu kepada wartawan, seraya mengungkapkan "terima kasih yang tulus" kepada pemerintah AS. "Hubungan Taiwan-AS telah ditingkatkan menjadi kemitraan global. Kementerian luar negeri tidak akan lengah dan berharap untuk terus meningkatkan hubungan Taiwan-AS."
Meskipun Amerika Serikat, seperti kebanyakan negara lainnya, tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan, namun terikat oleh kesepakatan untuk menyediakannya sarana pertahanan. Di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, AS telah meningkatkan penjualan senjata dan mengirim pejabat senior ke Taipei.
Taiwan, Pertama di Asia Akui Pernikahan Sesama Jenis
Mahkamah konstitusional Taiwan mendukung pernikahan sesama jenis- Ini menjadikan Taiwan tempat pertama di Asia yang mengakui pernikahan sesama jenis. Keputusan penting itu mengubah hidup kaum LGBT di negara itu.
Foto: Reuters/T.Siu
Daphne & Kenny: 'Begitu undang-undang lolos, kita dapat perlindungan hukum
Daphne dan Kenny akan menikah pada akhir tahun 2017, lima bulan setelah Kenny berlutut di hadapan Daphne melamarnya, tepat pada saat digelarnya demonstrasi lesbian, gay, biseksual dan transgender di boulevard terbesar di Taipei. Keduanya mencoba pakaian pernikahan. Sampai saat ini, pasangan sesama jenis di Taiwan hanya dapat mendaftar sebagai pasangan hidup.
Foto: Reuters/T.Siu
Daniel Cho dan Chin Tsai: 'kita akan jadi yang pertama dalam antrean'
Hak-hak mereka seringkali terbatas dibandingkan pasangan suami istri heteroseksual. "Daniel pindah ke New York karena pekerjaan, tapi karena pemerintah Taiwan tidak mengakui hubungan kami, saya tidak dapat ajukan visa pasangan untuk pergi bersamanya ke NY. Jika undang-undang tersebut lolos, kami yang pertama antre mendaftar perkawinan." ujarnya.
Foto: Reuters/T.Siu
Hare Lin & Cho Chia-lin: 'Taiwan dapat berubah'
Hare Lin, berprofesi sebagai penerbit. Cho Chia-lin, seorang penulis. Keduanya percaya pada dunia yang berpikiran terbuka: "Ketika saya pertama kali mengadakan parade gay tahun 2003, hanya ada sekitar seribu orang peserta, namun beberapa tahun kemudian, pawai dihadiri 60 ribu orang," kata Lin."Juga ada artis, politisi, anggota dewan dan calon presiden yang gay. Saya percaya dunia bisa berubah."
Foto: Reuters/T.Siu
Aktivis hak LGBT, Chi Chia-wei: 'akan melanjutkan perjuangan'
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, yang dalam kabinetnya juga terdapat menteri transgender, menulis di Twitter: "Menyelesaikan perbedaan adalah awalnysa, lalu dibutuhkan semakin banyak dialog dan pemahaman."Aktivis hak-hak Gay Chi Chia-wei setuju: "Jika Taiwan menolak ke arah perbaikan, kami akan melanjutkan usaha kami dan membuat negara pelangi, bahkan sebuah revolusi."
Foto: Reuters/T.Siu
Wang Yi & Meng Yu-mei: 'Taiwan adalah negara demokratis'
Taiwan terkenal dengan parade gay tahunannya yang memamerkan semangat komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender. Seniman Wang Yi berkata, "Anda pikir kami ingin lewati proses berat ini? Kami memiliki hubungan yang sulit dengan orang tua kami. Tapi saya merasa diskusi tentang pernikahan sesama jenis harus dilakukan di bawah payung aturan hukum."
Foto: Reuters/T.Siu
Huang Chen-ting & Lin Chi-xuan: 'berjuang untuk perlakuan yang adil'
Huang Chen-ting dan Lin Chi-xuan: "Kami sama dengan pasangan heteroseksual. Diskriminasi ada dalam banyak bentuk, dari warna kulit, sampai orientasi seksual, tapi kita semua adalah manusia. Kita semua berjuang untuk perlakuan yang adil," kata Chi-xuan. Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan mayoritas penduduk Taiwan mendukung pernikahan sesama jenis.
Foto: Reuters/T.Siu
Leber Li dan Amely Chen: 'cinta antara kami kuat‘
Leber Li menyetir mobil membawa Amely Chen dan putra mereka Mork. "Adalah impian kami untuk bisa memiliki anak, kami memiliki anak melalui inseminasi buatan, tapi hanya satu dari kita yang bisa terdaftar menjadi ibu. Ini sangat tidak adil. Bayi itu memiliki cinta dua ibu. Keluarga terbentuk asalkan ada cinta," kata Chen.
Foto: Reuters/T. Siu
Huang Zi-ning dan Kang Xin: 'Kami adalah generasi penerus'
Pelajar Huang Zi-ning dan Kang Xin berpose selfie di Taoyuan. "Kelompok anti perkawinan sejenis mengatakan bahwa mereka menentang, karena ingin melindungi generasi berikutnya Tapi saya adalah generasi berikutnya Mengapa mereka mendengarkan orang-orang yang akan meninggal dunia dan bukan suara kami? Kita perlu keluarkan pendapat," Kata Zi-ning. (Ed: Nadine Berghausen/ap/as)
Foto: Reuters/T. Siu
8 foto1 | 8
Harian Global Times yang dikendalikan Partai Komunis Cina menulis bahwa pemerintah di Beijing perlu mengirim "peringatan keras" ke Taiwan.
"Mereka yang berada di Taiwan tidak boleh dibiarkan begitu saja bahwa mereka dapat mencari pemisahan diri (dari Cina) dengan bantuan terakhir pemerintahan yang ditinggalkan oleh Amerika," kata harian itu. "Sebaliknya, itu sangat mungkin membawa kehancuran bagi mereka."
Wu mengatakan bahwa dia dan Presiden Tsai Ing-wen akan bertemu dengan Craft pada hari Kamis (14/01). Ia membeberkan topik dari kunjungan ini adalah untuk membahas bagaimana mempromosikan partisipasi internasional Taiwan.
Kunjungan Craft punya nilai simbolis besar, karena Taiwan bukanlah anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sebagian besar badan dunia lainnya karena penolakan Cina. Beijing selama ini bersikeras bahwa hanya mereka yang berhak mewakili Cina (termasuk Taiwan) di panggung internasional. Sementara Taiwan mengatakan hanya pemerintah yang dipilih secara demokratis yang bisa mengklaim hak ini.