1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikEropa

Di Negara Mana Saja Perempuan Mesti Wajib Militer?

8 April 2025

Di sebagian besar negara di dunia, dinas militer bagi perempuan masih bersifat sukarela. Namun, jumlah negara yang memberlakukan kewajiban militer bagi perempuan semakin bertambah.

Angkatan bersenjata di Aalborg, Denmark
Bertugas di angkatan bersenjata: Para wanita di parade militer di Aalborg, DenmarkFoto: Henning Bagger/Ritzau Scanpix/picture alliance

Babak baru dalam sejarah militerisme Eropa digoreskan Denmark. Dengan keputusan yang bulat dari parlemen di Kopenhagen pada 25 Maret lalu, mulai 1 Juli tahun ini, semua perempuan yang menginjak usia 18 tahun akan menerima pemberitahuan untuk mengikuti wajib militer. Rekrutmen akan dimulai pada bulan Januari 2026.

Seperti yang dipaparkan oleh angkatan bersenjata Denmark, 25 persen dari para rekrutan yang mendaftar wajib militer secara sukarela adalah perempuan.

Masa wajib militer, menurut kebijakan negara, berkisar antara empat hingga dua belas bulan, tergantung pilihan mereka setelah menyelesaikan pelatihan dasar penuh tantangan selama tiga bulan.

Skandinavia: Tanah pelopor kebebasan gender

Di wilayah Skandinavia, di mana kesetaraan gender telah lama menjadi pilar utama, negara-negara ini telah menjelma sebagai pelopor dalam hal penerapan wajib militer bagi perempuan.

Sejak Januari 2015, Norwegia mengadopsi sistem wajib militer yang netral gender, membuka jalan bagi kesetaraan di medan tempur.

Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Sementara itu, Swedia yang pada tahun 2010 menghapuskan kewajiban militer, kembali menerapkannya pada Januari 2018 untuk seluruh warga negara berusia 18 tahun ke atas, tanpa memandang gender.

Durasi dinas militer di Swedia berkisar antara enam hingga lima belas bulan, dan 20 persen dari seluruh anggota militer adalah perempuan.

Di Belanda, meskipun wajib militer juga berlaku untuk perempuan, kebijakan ini sudah dihentikan sejak 1997.

Israel sudah sejak 1949 mewajibkan perempuan untuk turut serta dalam barisan militer, dengan perempuan bertugas selama dua tahun, sementara laki-laki selama tiga tahun.

Bahkan, berdasarkan putusan Mahkamah Agung Israel pada akhir Juni lalu, perempuan Yahudi ultra-ortodoks yang sebelumnya dibebaskan, kini juga wajib mengabdi pada negara.

Afrika: Tanah yang menyambut tangan perempuan untuk bertempur

Berpindah ke Afrika, banyak negara yang sudah mengadopsi kewajiban militer bagi perempuan. Di Eritrea, negara yang terletak di Timur Laut Afrika, durasi dinas militer bagi laki-laki dan perempuan adalah 16 bulan.

Negara-negara seperti Chad, Guinea-Bissau, Mali, Mozambik, Cape Verde, dan Niger pun mewajibkan perempuan untuk terjun dalam medan perang.

Di Pantai Gading, meski ada kewajiban militer bagi perempuan, namun pelaksanaannya masih sangat minim. Di Mozambik, pemerintah bahkan mengumumkan pada 2024 bahwa durasi dinas militer yang bersifat selektif dapat diperpanjang hingga lima tahun.

Asia: Dari Timur Jauh hingga Timur Laut

Di belahan Asia, beberapa negara juga mengadopsi kebijakan wajib militer bagi perempuan. Di Korea Utara, sejak 2015, perempuan diwajibkan untuk melayani di barisan militer pada usia minimal 17 tahun, dengan durasi dinas yang dapat bervariasi tergantung pada tingkat pendidikan.

Di Timor Leste, kewajiban militer bagi laki-laki dan perempuan berusia 18 hingga 30 tahun disahkan pada 2020, dengan durasi 18 bulan. Meski demikian, penerapan kebijakan ini masih menyisakan tanda tanya besar.

Sementara di Cina, perempuan berusia 18 hingga 19 tahun yang memiliki ijazah sekolah dan memenuhi syarat tertentu untuk karier militer, juga diwajibkan mengikuti wajib militer.

Kesukarelaan: Tentara wanita di Korea Selatan. Namun di Korea Utara, perempuan diwajibkan mengikuti wajib militer.Foto: KIM JAE-HWAN/AFP

Semakin banyak perempuan bersedia secara sukarela

Di belahan dunia lainnya, militer sering kali masih menjadi panggilan sukarela bagi perempuan. Di Amerika Serikat, sekitar 200.000 perempuan yang tergabung dalam angkatan bersenjata kini mencakup 14 persen dari seluruh pasukan.

Sejak 1993, di AS, perempuan sudah diterima dalam unit-unit tempur. Kini, seluruh lini militer telah dibuka bagi perempuan, termasuk di pasukan darat hingga kapal selam.

Negara-negara seperti Inggris, Kanada, Prancis, Jepang,Korea Selatan, dan Jerman memberikan kesempatan bagi perempuan yang ingin berkarier di militer, selama mereka memiliki keinginan dan semangat untuk mengabdi.

Dalam perang: Perempuan berdiri di barisan depan

Meski di Rusia dan Ukraina tidak ada kewajiban militer bagi perempuan, banyak dari mereka yang terlibat langsung di medan pertempuran.

Berdasarkan data dari Kementerian Pertahanan Ukraina, kini ada 68.000 perempuan yang aktif bertugas, meningkat 40 persen dibandingkan tahun 2021. Namun, jumlah ini masih sangat jauh dari 900.000 tentara laki-laki yang saat ini jadi serdadu.

Di Rusia, perempuan turut berperang dalam konflik Ukraina. Pada Oktober 2024, sebuah unit militer perempuan yang terdiri dari pilot drone bernama "Notschnyje Wedmy" (Penyihir Malam) dibentuk.

Nama tersebut mengingatkan kita pada regimen penerbang perempuan Soviet yang terkenal pada Perang Dunia II. Ini adalah unit tempur perempuan pertama di Rusia dalam perang Ukraina, sebuah simbol keberanian dan dedikasi.

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya