Di sebagian besar negara di dunia, dinas militer bagi perempuan masih bersifat sukarela. Namun, jumlah negara yang memberlakukan kewajiban militer bagi perempuan semakin bertambah.
Bertugas di angkatan bersenjata: Para wanita di parade militer di Aalborg, DenmarkFoto: Henning Bagger/Ritzau Scanpix/picture alliance
Iklan
Babak baru dalam sejarah militerisme Eropa digoreskan Denmark. Dengan keputusan yang bulat dari parlemen di Kopenhagen pada 25 Maret lalu, mulai 1 Juli tahun ini, semua perempuan yang menginjak usia 18 tahun akan menerima pemberitahuan untuk mengikuti wajib militer. Rekrutmen akan dimulai pada bulan Januari 2026.
Seperti yang dipaparkan oleh angkatan bersenjata Denmark, 25 persen dari para rekrutan yang mendaftar wajib militer secara sukarela adalah perempuan.
Masa wajib militer, menurut kebijakan negara, berkisar antara empat hingga dua belas bulan, tergantung pilihan mereka setelah menyelesaikan pelatihan dasar penuh tantangan selama tiga bulan.
Skandinavia: Tanah pelopor kebebasan gender
Di wilayah Skandinavia, di mana kesetaraan gender telah lama menjadi pilar utama, negara-negara ini telah menjelma sebagai pelopor dalam hal penerapan wajib militer bagi perempuan.
Sejak Januari 2015, Norwegia mengadopsi sistem wajib militer yang netral gender, membuka jalan bagi kesetaraan di medan tempur.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Sementara itu, Swedia yang pada tahun 2010 menghapuskan kewajiban militer, kembali menerapkannya pada Januari 2018 untuk seluruh warga negara berusia 18 tahun ke atas, tanpa memandang gender.
Durasi dinas militer di Swedia berkisar antara enam hingga lima belas bulan, dan 20 persen dari seluruh anggota militer adalah perempuan.
Di Belanda, meskipun wajib militer juga berlaku untuk perempuan, kebijakan ini sudah dihentikan sejak 1997.
Israel sudah sejak 1949 mewajibkan perempuan untuk turut serta dalam barisan militer, dengan perempuan bertugas selama dua tahun, sementara laki-laki selama tiga tahun.
Bahkan, berdasarkan putusan Mahkamah Agung Israel pada akhir Juni lalu, perempuan Yahudi ultra-ortodoks yang sebelumnya dibebaskan, kini juga wajib mengabdi pada negara.
Iklan
Afrika: Tanah yang menyambut tangan perempuan untuk bertempur
Berpindah ke Afrika, banyak negara yang sudah mengadopsi kewajiban militer bagi perempuan. Di Eritrea, negara yang terletak di Timur Laut Afrika, durasi dinas militer bagi laki-laki dan perempuan adalah 16 bulan.
Negara-negara seperti Chad, Guinea-Bissau, Mali, Mozambik, Cape Verde, dan Niger pun mewajibkan perempuan untuk terjun dalam medan perang.
Cantiknya Tentara Perempuan Israel
Sejak lama Israel dikenal memiliki militer yang dianggap paling ramah terhadap perempuan. Mereka tidak cuma mengemban tugas ringan, melainkan juga ikut bertempur bersama tentara laki-laki.
Foto: picture alliance/ZUMA Press
Perempuan di Medan Perang
Israel adalah satu-satunya negara di dunia yang mewajibkan perempuan untuk ikut memanggul senjata. Faktanya kaum perempuan sudah mengabdi untuk militer Yahudi sejak sebelum berdirinya Israel, entah itu di ghetto Warsawa, pemberontakan melawan NAZI atau milisi bersenjata dalam perang kemerdekaan.
Foto: picture-alliance/dpa/epa IDF
Tumpuan Negara
Namun begitu baru pertengahan tahun 1990an perempuan secara resmi diizinkan untuk bertempur. Jika dulu mereka cuma kebagian tugas-tugas ringan di rumah sakit atau barak militer, kini perempuan berangsur-angsur menjadi bagian tak terpisahkan dari kekuatan tempur Israel.
Foto: picture-alliance/dpa/L. Jussi Nukari
Jalan Keluar
Perempuan pada umumnya harus mengikuti wajib militer antara 24 hingga 36 bulan. Tapi berbeda dengan kaum pria, mereka bisa menolak dinas dengan alasan agama, pernikahan, hamil atau untuk mengurus anak.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Hollander
Agama dan Militer
Saat ini sebanyak 65% perempuan Israel mengabdi untuk militer. Sekitar 25% menolak wajib militer dengan alasan agama. Sementara yang lain enggan ikut bertempur lantaran kondisi kesehatan atau alasan pribadi lainnya.
Foto: picture-alliance/dpa/W. Kumm
Kucing Gurun
Satuan tempur perempuan paling terkenal di militer Israel adalah batalyon infanteri ringan, Caracal. Mengambil nama dari seekor kucing berkelamin ganda, satuan yang 70% diantaranya didominasi perempuan itu ditempatkan di wilayah selatan buat menjaga perbatasan Mesir.
Foto: picture-alliance/dpa/epa IDF
Pelecehan Seksual
Kendati menikmati persamaan hak di mata hukum, serdadu perempuan Israel bukan tanpa masalah. Tahun 2004 silam sebuah komisi independen melaporkan satu dari lima perempuan di militer pernah mengalami pelecehan seksual. Fenomena tersebut masih menjadi isu hingga kini.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sultan
Larangan Sang Rabi
Agama sempat menjadi batu sandungan bagi keterlibatan perempuan di militer. 2014 silam Ketua Umum Dewan Kerabian Israel, David Lau dan Yitzhak Yosef, menentang konsep serdadu perempuan. Pandangan mereka kemudian memicu debat kontroversial di kabinet dan pemerintahan.
Foto: picture-alliance/dpa/W. Kumm
Protes Perwira
Belum lama ini militer Israel lagi-lagi digoyang isu kontroversial ketika Dewan Kerabian Militer melarang serdadu perempuan ikut bernyanyi dan menari bersama rekan pria. Hingga akhirnya sekelompok perwira melayangkan surat protes yang mewanti-wanti soal runtuhnya moral pasukan jika terlalu dikekang lewat aturan agama.
Foto: picture alliance/Photoshot
Kuota Perempuan
Hingga 2007 lalu sekitar 12% jabatan di militer Israel cuma bisa diisi oleh kaum pria. Padahal menurut sebuah laporan militer, keberadaan perempuan meningkatkan efektifitas operasi. Laporan itu juga menganjurkan militer Israel menetapkan kuota perempuan untuk jabatan tinggi.
Foto: picture alliance/Photoshot
Wajah Unik Militer Israel
Saat ini lebih dari sepertiga serdadu Israel berkelamin perempuan. Mereka juga mewakili 25% perwira militer dan 20% serdadu karir. Dari jumlah tersebut, cuma 13% yang mengemban tugas adiministratif, sementara sisanya pernah diterjunkan ke medan perang setidaknya satu kali selama karir militer.
Foto: picture alliance/ZUMA Press
10 foto1 | 10
Di Pantai Gading, meski ada kewajiban militer bagi perempuan, namun pelaksanaannya masih sangat minim. Di Mozambik, pemerintah bahkan mengumumkan pada 2024 bahwa durasi dinas militer yang bersifat selektif dapat diperpanjang hingga lima tahun.
Asia: Dari Timur Jauh hingga Timur Laut
Di belahan Asia, beberapa negara juga mengadopsi kebijakan wajib militer bagi perempuan. Di Korea Utara, sejak 2015, perempuan diwajibkan untuk melayani di barisan militer pada usia minimal 17 tahun, dengan durasi dinas yang dapat bervariasi tergantung pada tingkat pendidikan.
Di Timor Leste, kewajiban militer bagi laki-laki dan perempuan berusia 18 hingga 30 tahun disahkan pada 2020, dengan durasi 18 bulan. Meski demikian, penerapan kebijakan ini masih menyisakan tanda tanya besar.
Sementara di Cina, perempuan berusia 18 hingga 19 tahun yang memiliki ijazah sekolah dan memenuhi syarat tertentu untuk karier militer, juga diwajibkan mengikuti wajib militer.
Kesukarelaan: Tentara wanita di Korea Selatan. Namun di Korea Utara, perempuan diwajibkan mengikuti wajib militer.Foto: KIM JAE-HWAN/AFP
Semakin banyak perempuan bersedia secara sukarela
Di belahan dunia lainnya, militer sering kali masih menjadi panggilan sukarela bagi perempuan. Di Amerika Serikat, sekitar 200.000 perempuan yang tergabung dalam angkatan bersenjata kini mencakup 14 persen dari seluruh pasukan.
Sejak 1993, di AS, perempuan sudah diterima dalam unit-unit tempur. Kini, seluruh lini militer telah dibuka bagi perempuan, termasuk di pasukan darat hingga kapal selam.
Negara-negara seperti Inggris, Kanada, Prancis, Jepang,Korea Selatan, dan Jerman memberikan kesempatan bagi perempuan yang ingin berkarier di militer, selama mereka memiliki keinginan dan semangat untuk mengabdi.
Wajib Militer: Mimpi Buruk Transgender di Thailand
Dalam antrian perekrutan pria yang harus ikut wajib militer di Thailand selalu tampak sosok-sosok feminin. Mereka dari kelompok transgender yang tetap harus ikut wamil jika tak punya surat pembebasan.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Wajib milter semua pria di atas 21 tahun
Semua pria di Thailand yang telah berusia 21 tahun, diharuskan ikut wajib militer. Para transgender juga tak terkecuali. Thailand tak memperbolehkan warganya mengganti identitas jenis kelamin di kartu tanda penduduk, transgender yang tercatat lahir sebagai laki-laki tetap diwajibkan ikut wajib militer.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Mereka yang disebut 'kathoey'
Data Univesitas Hong Kong yang dikutip PRI menulis 1 dari 165 pria di Thailand menjadi transgender. Beberapa tahun silam, militer Thailand menganggap transgender mengalami gangguan kejiwaan. Namun setelah proses hukum di pengadilan, kini militer anggap tubuh mereka tidak konsisten dengan jenis kelamin mereka saat lahir. Kaum transgender bisa meminta surat pembebasan wamil.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Sertifikat bebas wamil
Pengecualian dari wajib militer ini hanya bisa diperoleh transgender yang sudah memiliki sertifikat pembebasan wajib militer yang diurus melalui proses hukum. Masalahnya tidak semua transgender memiliki surat pembebasan tersebut. Para aktivis hak asasi manusia terus berjuang agar transgender memperoleh pengakuan dari negara.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Tetap wajib hadir
Meski punya sertifikat pembebasan dari wajib militer, kaum transgender tetap harus datang di hari penyaringan wajib militer dan menunjukan surat pembebasan itu. Barulah para petugas percaya dan mereka tak harus ikut dalam penyaringan wamil. Sementara yang tak punya surat itu, tetap harus ikut dalam proses penyaringan.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Bersama-sama dengan pria
Penentuan wajib militer biasanya diadakan tiap bulan April. Karena banyaknya transgender di Thailand, sudah biasa terlihat para transgender yang tak punya surat pembebasan, berada di jejeran para pria yang antri dalam pemeriksaan kesehatan untuk ikut wajib militer. Sejumlah trangender mengaku sangat stres dengan kewajiban tersebut.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Pemeriksaan kesehatan
Banyak kaum transgender yang panik dalam penyaringan itu, antara lain karena dalam pemeriksaan kesehatan, pakaian mereka harus dilucuti. Seorang dokter akan membawa mereka ke ruangan tertutup atau di balik dinding. Dokter akan melihat apakah kaum transgender itu mengalami banyak perubahan fisik atau tidak.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Dipilih lewat lotre
Pendaftaran wajib militer di Thailand dilakukan dengan sistem undian. Di dalam guci tertutup mereka harus mengambil kartu. Ada dua jenis kartu di dalamnya. Kartu merah dan kartu hitam. Jika mendapat kartu merah, artinya mereka langsung langsung diproses untuk ikut wamil, sedangkan jika mendapat kartu hitam, mereka tak harus ikut wajib militer di tahun itu.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Dua tahun jalani tugas militer
Setiap tahunnya jumlah pria yang ikut wajib militer di Thailand sekitar 100 ribu orang. Mereka menjalani wajib milter selama dua tahun. Setelahnya, warga bisa kembali menjalani kehidupan biasa. Seorang warga dalam foto ini histeris, ketika berhasil lolos tidak harus menjalani wamil tahun ini.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Perjuangan mendapatkan pengakuan
Kanphitcha Sungsuk memegang foto masa kecilnya. Para pegiat HAM di Thailand terus berusaha agar transgender mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah. Jika perjuangan mereka berhasil, maka negara gajah putih itu akan mengikuti jejak India, yang 2014 telah memberi pengakuan pada jenis kelamin ketiga.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Hentikan diskriminasi !
Ronnapoom Samakkeekarom pegiat HAM Transgender Alliance for Human Rights menyerukan semua pihak agar berhenti memperlakukan transgender sebagai bahan lelucon, termasuk saat mereka antri wamil. Menurutnya para trangender ini merasa tertekan karena kerap didiskriminasi, dilecehkan dan mengalami tindak kekerasan. Ed: ap/as(bbg sumber)
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
10 foto1 | 10
Dalam perang: Perempuan berdiri di barisan depan
Meski di Rusia dan Ukraina tidak ada kewajiban militer bagi perempuan, banyak dari mereka yang terlibat langsung di medan pertempuran.
Berdasarkan data dari Kementerian Pertahanan Ukraina, kini ada 68.000 perempuan yang aktif bertugas, meningkat 40 persen dibandingkan tahun 2021. Namun, jumlah ini masih sangat jauh dari 900.000 tentara laki-laki yang saat ini jadi serdadu.
Di Rusia, perempuan turut berperang dalam konflik Ukraina. Pada Oktober 2024, sebuah unit militer perempuan yang terdiri dari pilot drone bernama "Notschnyje Wedmy" (Penyihir Malam) dibentuk.
Nama tersebut mengingatkan kita pada regimen penerbang perempuan Soviet yang terkenal pada Perang Dunia II. Ini adalah unit tempur perempuan pertama di Rusia dalam perang Ukraina, sebuah simbol keberanian dan dedikasi.
Bagaimana "Anak Klender" Doyan Durian Ini Bisa Ujian Masuk Tentara Jerman?
Axel, remaja Jerman berdarah Indonesia, ikut ujian masuk pasukan Bundeswehr saat Ramadan. Ujian sambil puasa, latihan tempur, dan enggak bisa makan ketoprak atau durian kesukaannya! Siap siaga meski perut keroncongan.
Foto: Yusuf Pamuncak/DW
Axel ikut ujian masuk untuk jadi serdadu Jerman
Dengan tekad membuat orang tua bangga, Axel berjuang keras mengikuti ujian masuk tentara Jerman, Bundeswehr. Dari tugas darurat, pemetaan wilayah, hingga pertolongan medis, dia harus selalu siap siaga 24/7. Memanjat, push-up, sit-up, renang, bongkar pasang tenda, berbagai jenis ujian yang bisa datang kapan saja. Ia telah berlatih selama tiga bulan di Bundeswehr untuk meraih impian masa kecilnya.
Foto: Yusuf Pamuncak/DW
Puasa saat ujian masuk Bundewehr
Meskipun Axel adalah warga negara Jerman, ia bangga disebut sebagai anak Klender, Jakarta Timur. Ibunya berdarah Indonesia dan ayahnya Jerman. Pada Ramadan tahun 2025, Axel mengikuti ujian masuk pasukan Jerman, Bundeswehr, yang jadwalnya tidak bisa ditunda. Meski kadang merasa pusing menjelang petang, ia tetap merasa kuat. Dalam foto ini, ia terlihat sedang berpatroli bersama kameradnya.
Foto: Yusuf Pamuncak/DW
Siap siaga sepanjang ujian
Selama tiga hari dua malam, ia menjalani ujian dengan berbagai tugas sesuai instruksi. Mereka bisa saja dibangunkan di tengah malam untuk melakukan apa yang telah dipelajari, seperti memberikan pertolongan medis kepada yang membutuhkan. Dalam foto ini, ia sedang melakukan pemetaan.
Foto: Yusuf Pamuncak/DW
Calon tentara Jerman yang suka durian
Ketika ditanya tentang buah favoritnya, tanpa ragu ia menjawab: Durian. Makanan lain yang sangat ia sukai adalah ketoprak. Saat diwawancarai oleh DW, ia menjelaskan kedua makanan favoritnya itu kepada tentara seniornya. Pertukaran budaya ini membantu membangun rasa solidaritas.
Foto: Ayu Purwaningsih/DW
Membuat bangga orang tua
Malam ujian, Axel tidur di hutan di Minden, Jerman. Sambil membenahi terpal untuk bermalam, ia mengungkapkan salah satu motivasinya untuk masuk dinas ketentaraan Jerman: ingin membuat orang tuanya bangga karena bisa berbakti kepada negara. Kakek dari pihak ayahnya juga seorang tentara Jerman. Jadi, ketika Axel mengumumkan keinginannya untuk masuk dinas tentara, seluruh keluarganya bersuka cita.
Foto: Ayu Purwaningsih/DW
Ujian bergabung di Batalyon Pionir/ Zeni Jerman-Inggris
Ujian masuk ke Batalyon Pionir/Zeni Jerman-Inggris 130 yang bermarkas di Minden, Nordrhein-Westfalen, sangat menantang. Batalyon ini merupakan bagian dari Brigade Tank 9 dan satu-satunya dalam NATO yang memiliki sistem jembatan apung M3. Saat ini, Jerman masih kekurangan tentara, dengan jumlah serdadu sekitar 185 ribu orang, termasuk 3.000 di antaranya yang beragama Islam, menurut data Bundeswehr.