Di Rusia, Taliban Menyatakan Siap Berdamai Dengan Kabul
10 Juli 2021
Ekspansi Taliban di wilayah perbatasan menyita perhatian Rusia. Usai diundang berunding ke Moskow, kelompok Islamis itu kini mengaku siap menyepakati gencatan senjata dengan pemerintah Afganistan.
Iklan
Delegasi Taliban di Moskow pada Jumat (9/7) memastikan pihaknya akan membahas kesepakatan gencatan senjata jika perundingan di Doha dengan pemerintah Afganistan berlangsung sukses, seperti dikabarkan kantor berita RAI.
Kunjungan para Talib ke Rusia dilakukan untuk memenuhi undangan Moskow. Rusia belakangan semakin mengkhawatirkan ekspansi kaum Islamis yang dipantau telah menguasai dua pertiga wilayah perbatasan dengan Tajikistan.
Di Moskow, Taliban berjanji tidak akan mengganggu kepentingan Rusia, atau negara lain. "Kami akan mengambil langkah-langkah agar Islamic State tidak beroperasi dari wilayah Afganistan, dan teritori kami tidak akan kami gunakan untuk melawan negara-negara jiran,” tutur juru bicara Taliban, Shahabuddin Delawar.
Kelompok ini juga berjanji tidak akan menyerang pintu perbatasan Tajikistan-Afganistan, yang selama ini menjamin keterbukaan akses bagi Rusia. Dalam konferensi pers di Moskoq, Shahabuddin menambahkan pihaknya akan menghormati hak kaum minoritas dan semua warga Afganistan dalam kerangka Syariah Islam.
Kemenlu mewanti-wanti Pakta Pertahanan Asia Tengah (CSTO) tidak akan tinggal diam, dan bakal siap mengambil "langkah tambahan untuk menghadang agresi” di perbatasan jika diperlukan, lapor RIA.
"Kami mencatat eskalasi kekerasan di perbatasan Afgan-Tajik. Pergerakan Taliban dengan cepat mengokupasi sebagian besar distrik di perbatasan,” kata juru bicara Kemenlu Rusia, Maria Zakharova.
Perebutan wilayah kekuasaan
Taliban mengklaim sejauh ini telah merebut 85% wilayah Afganistan. Ekspansi bertubi-tubi di wilayah utara turut meruntuhkan moral serdadu pemerintah. Dalam hanya dua bulan, kaum Islamis dikabarkan sudah menduduki 150 distrik.
Iklan
Baru-baru ini Taliban juga mengaku berhasil merebut pintu perbatasan utama ke Iran. Pendudukan itu terjadi usai kedua seteru diundang bertemu di Teheran.
Kepada DW, wartawan Jerman di Kabul, Franz Marty, meragukan kemampuan Taliban menguasai Afganistan. "Patut dipertimbangkan bahwa sejauh ini belum ada upaya serius dari Taliban untuk merebut ibu kota provinsi.”
Menurutnya strategi Taliban berpusar pada penguasaan wilayah terluar, untuk "mendesak pemerintah agar menyerah di meja perundingan.”
Pasukan AS Pulang, Afganistan Tertimbun di Bawah Sampah Amerika
Pangkalan Udara Bagram jadi markas besar pasukan AS di Afganistan selama hampir 20 tahun. Markas militer itu telah kosong sejak musim semi dan meninggalkan berton-ton sampah.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Rongsokan sejauh mata memandang
Sejarawan mungkin memperdebatkan peninggalan misi politik AS di Afganistan. Tetapi peninggalan fisiknya terlihat jelas dalam bentuk rongsokan dan sampah dalam jumlah besar. Angkatan Darat AS akan ditarik sepenuhnya dari Pangkalan Udara Bagram pada peringatan 20 tahun serangan teroris 11 September di Washington dan New York, jadi dalam waktu beberapa minggu ke depan.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Di mana harus menaruh semua sampah?
Tentara AS akan membawa pulang peralatan atau memberikannya kepada pasukan keamanan setempat. Tetapi masih banyak sampah kemasan dan elektronik tersisa. Lebih dari 100.000 tentara AS bertugas di Bagram sejak 2001. Pangkalan yang terletak 70 kilometer di utara Kabul, telah berkembang menjadi kota kecil ala Amerika, lengkap dengan pusat perbelanjaan dan restoran cepat saji.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Sampah seseorang adalah harta karun bagi orang lain
Tempat pembuangan rongsokan di luar pangkalan telah menjadi populer di kalangan pemburu harta karun. Mereka datang dalam jumlah besar untuk mengais sampah, mencari sesuatu yang masih berguna, seperti sepasang sepatu boot militer ini. Harapan mereka adalah menjual apa yang ditemukan untuk mendapatkan uang.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Mencari harta karun sampah elektronik
Sampah elektronik dalam jumlah besar juga terkubur di tempat pembuangan sampah. Orang mencari papan sirkuit berisi suku cadang dan sekrup yang dapat digunakan kembali. Beberapa bahkan mengandung bahan berharga seperti tembaga dan sejumlah kecil emas. Bagi orang Amerika, itu semua sampah. Tapi bagi warga Afganistan yang berpenghasilan hanya US $695 (Rp8,5 juta) setahun, itu adalah harta karun.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Apa yang akan terjadi dengan Bagram?
Bagram, di kaki pegunungan Hindu Kush, memiliki sejarah panjang sebagai pangkalan militer. Tentara Uni Soviet menggunakan pangkalan itu selama invasinya pada 1979. Banyak yang sekarang khawatir setelah pasukan Amerika pergi, Bagram akan jatuh ke tangan Taliban, yang berarti kemenangan strategis bagi kaum Islamis.
Foto: imago images
Penarikan pasukan yang riskan
Pasukan AS resminya ditarik pulang sejak 1 Mei dan tidak ada waktu untuk membuang sampahnya. Senjata berat dan pasukan tambahan tetap disiagakan untuk kemungkinan serangan Taliban selama penarikan. Pada minggu terakhir penarikan, total 36 negara NATO dan mitra terlibat dalam misi tersebut, termasuk 2.500 tentara Amerika dan 1.100 tentara Jerman
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Wanita yang bekerja
Seorang gadis memulung peti logam usang dari tempat pembuangan sampah. Terlepas dari situasi sulit, anak perempuan dan wanita yang paling diuntungkan dari misi militer pimpinan AS dan jatuhnya Taliban pada tahun 2001. Mereka dapat bersekolah, dan sebagai wanita dewasa bisa bekerja di sektor yang sebelumnya tidak dapat diakses oleh mereka, termasuk di pengadilan tinggi dan institusi resmi lainnya.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Orang-orang yang ditinggalkan
Beberapa orang menemukan barang-barang bernilai sentimental murni di tempat barang rongsokan, untuk mengingatkan mereka pada pangkalan militer AS ini. Banyak pemukiman pasukan lokal Afganistan bermunculan di sekitar Bagram, dan eksistensi mereka bergantung pada pangkalan itu. Banyak yang sekarang bertanya-tanya apa yang akan terjadi dengan mereka dan keluarga mereka.
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
Apa yang tersisa?
Jadi apa yang tersisa dari kehadiran AS di Hindu Kush, selain sepatu usang dan kawat berkarat? Presiden AS Joe Biden menjanjikan kemitraan "berkelanjutan" pada saat pertemuan dengan mitranya dari Afganistan, Ashraf Ghani di Gedung Putih 25 Juni. Nasib jutaan warga Afganistan akan tergantung dari janji Biden. (bn/as)
Foto: Adek Berry/Getty Images/AFP
9 foto1 | 9
"Kecepatan ekspansi mereka menimbulkan pertanyaan apakah Taliban benar-benar punya personel yang cukup untuk merebut semua wilayah. Mereka mungkin akan mampu merebut beberapa provinsi, tapi tidak seluruh negeri.”