Israel dan Jerman memulai kembali konsultasi bilateral setelah perselisihan lama tentang pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat.
Iklan
Kanselir Jerman Angela Merkel berada di Israel pada hari Kamis(04/10), seminggu setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh para pemimpin Eropa "memanjakan para diktator Iran".
Kedua pemimpin itu berencana melanjutkan konsultasi rutin pemerintahan antar kedua negara yang berhenti pada tahun 2017, setelah Merkel menyatakan ketidaksetujuannya atas pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat.
Kritikan PM Israel
Netanyahu diperkirakan akan menekan Merkel dan para pemimpin Uni Eropa lainnya untuk mengikuti langkah pimpinan Presiden AS Donald Trump dan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran.
Berbicara di Majelis Umum PBB pekan lalu, Netanyahu mengklaim bahwa Uni Eropa telah mengadopsi kebijakan "appeasement" atau "penentraman" terhadap Teheran. Kata "penentraman" merujuk pada usaha diplomatik yang dilakukan oleh sebuah negara untuk menghindari konflik. Itu adalah sebuah kata yang menggambarkan bagaimana para pemimpin Eropa telah gagal untuk dalam mengikuti kebijakan "appeasement" dengan Adolf Hitler sepanjang tahun 1930-an.
Netanyahu juga menyebutkan soal tuntutan "benar-benar gila" Uni Eropa atas Israel, termasuk seruan untuk berhenti menggusur warga Palestina untuk pembangunan pemukiman kembali.
Ketika Palestina Belajar Mencintai Kemakmuran
Melalui kota Rawabi milyarder Bashar Masri mengajak warga Palestina menikmati kehidupan sebagai bahasa perlawanan. Kota yang baru berusia sembilan tahun itu menjadi oase kemewahan di tengah tandusnya medan perang.
Foto: Getty Images/AFP/A. Gharabli
Mengubah Wajah Muram Palestina
Selama ini Tepi Barat Yordan lebih dikenal lewat adegan kekerasan dan perang, ketimbang damai dan kemakmuran. Namun citra muram tersebut gugur oleh keberadaan kota Rawabi, metropolitan pertama milik Palestina. Adalah milyarder Bashar Masri yang pertama kali menggagas proyek raksasa senilai 1,4 milyar Dollar AS tersebut.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Perlawanan Lewat Pembangunan
Melalui Rawabi, Masri ingin melawan aneksasi lahan demi pemukiman Yahudi. Namun bukannya mengangkat senjata, ia memilih menawarkan oase kemakmuran yang dilengkapi infrastruktur kelas dunia untuk menyaingi kota dan pemukiman buatan Israel. Kini warga Palestina tidak perlu lagi pergi ke Israel untuk menikmati kehidupan yang layak.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Oase Kemewahan di Tepi Barat Yordan
Tata kota Rawabi memang serupa kota metropolitan modern Eropa. Selain pemukiman, penduduk juga dimanjakan lewat adanya pusat perbelanjaan mewah, bioskop, restoran, perkantoran, cafe, sekolah, rumah sakit dan arena hiburan Wadina seluas 135.000 meter persegi yang diharapkan bakal menyedot 100.000 wisatawan lokal setiap harinya. "Kami ingin melawan dengan bata, bukan peluru," kata Masri.
Foto: Getty Images/AFP/A. Gharabli
Minim Penduduk
Namun meski telah sembilan tahun berdiri, baru sekitar 4.000 penduduk menetap di Rawabi. Pengembang meyakini kota ini bisa menampung hingga 40.000 penduduk dan telah memiliki rancangan tata kota untuk perluasan lebih lanjut. Sayangnya sikap acuh pemerintah Palestina dan keengganan Israel melihat keberhasilan pembangunan Rawabi mempersulit upaya Masri.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Musuh di Dua Sisi
Salah satu kegagalan pemerintahan Fatah di Tepi Barat adalah menuntaskan pembangunan infrastruktur listrik dan air untuk Rawabi. Akibatnya aliran air dan ketersediaan listrik di kota tersebut bergantung sepenuhnya dari Israel yang berulangkali memblokir pasokan untuk Palestina. Akibatnya banyak calon pembeli rumah atau penyewa ruang usaha yang membatalkan niatnya.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Ehl
Rencana Perluasan di Masa Depan
Untuk menampung lonjakan penduduk, pengembang sudah menyiapkan rancangan 22 pemukiman dengan masing-masing 8.000 rumah dan 25.000 penduduk. Masri juga menyambut warga Kristen Palestina dan bahkan Yahudi untuk tinggal di Rawabi, selama mereka bukan penduduk pemukiman ilegal. Toleransi diyakini bakal menjadi pondasi kemakmuran Palestina.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Normalisasi Kehidupan di Tengah Perang
Rawabi mewakili pergeseran paradigma di Palestina - sebuah perlawanan damai. "Kami akan berusaha menjalankan kehidupan normal, sampai kehidupan kami benar-benar menjadi normal," kata Masri. Menurutnya Rawabi menandakan gelora hidup bangsa Palestina. "Kota ini menunjukkan bahwa kami adalah bangsa beradab dan menginginkan yang terbaik," ujarnya.
Foto: Getty Images/AFP/A. Gharabli
7 foto1 | 7
Jerman menentang pembongkaran desa
Menjelang kedatangan Merkel pada hari Rabu(03/10), anak-anak di desa Tepi Barat, Khan al-Ahmar memasang poster memohon kepada kanselir untuk menghentikan pembongkaran rumah mereka.
Merkel sebelumnya menyuarakan oposisi terhadap rencana untuk meruntuhkan desa. Di lain pihak, Israel menyatakan bahwa dusun itu dibangun secara ilegal dan nyaris mendekati jalan raya.
Merkel juga berencana mengunjungi Yad Vashem Holocaust Memorial pada hari Kamis (04/10) dan akan menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Haifa.
Para pemimpin negara yang bertemu mengatakan bahwa mereka berencana untuk membahas perdagangan dan inovasi, tetapi kekhawatiran tentang meningkatnya anti-Semitisme di Jerman juga kemungkinan akan jadi tema bahasan.
ap/yf(afp/dpa)
Rawabi: Melawan Israel Dengan Bata
Proyek swasta terbesar dalam sejarah Palestina: Pembangunan kota Rawabi di Tepi Barat. Tak jauh dari situ berdiri banyak permukiman yang dibangun Israel untuk warga Yahudi. Sebuah harapan bagi terciptanya perdamaian?
Foto: Getty Images/AFP/A. Gharabli
Kota berbukit
Rawabi artinya bukit-bukit. Kawasan ini memang berada di atas perbukitan. Rawabi menjanjikan komunitas baru bagi keluarga Palestina untuk memiliki rumah modern dengan harga terjangkau. Di sekitar kota ini, banyak pemukiman yang dibangun Israel.
Foto: picture alliance/dpa
Kota baru di Tepi Barat
Berlokasi di kawasan yang tak putus dirundung konflik. Rawabi berada di antara Ramallah dan Nablus.Kota ini berjarak sekitar 25 km dari Yerusalem dan sekitar 9 kilometer dari Ramallah.
Proyek percontohan modern
Mulai dibangun pada 2010, secara bertahap, Rawabi akan menjadi sebuah kota lengkap dengan fasilitas perbelanjaan, sekolah, universitas, rumah sakit, pusat kebudayaan, restoran, ruang hijau, serta rumah-rumah ibadah.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Membangun komunitas baru
Tersedianya lapangan kerja, pendidikan, rekreasi dan lingkungan diharapkan menyokong pertumbuhan komunitas di sini. Keluarga Khateeb bersantai di teras apartment baru mereka, menyongsong masa depan baru. Kota ini bukan sekedar pemukiman, namun juga simbol 'aspirasi bernegara' setelah puluhan tahun pendudukan Israel.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Menyediakan ribuan unit rumah
Pada tahap awal, disediakan 5000 rumah bagi sekitar 25.000 penduduk. Rumah-rumah itu tersebar di 23 blok, masing-masing dengan estetika tersendiri. Semua kawasan didukung fasilitas modern yang indah termasuk parkir bawah tanah, taman bermain, trotoar dan toko-toko ritel. Konstruksi berikutnya dibangun untuk menampung lebih dari 40.000 warga.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Dari tradisional ke modern
Sejak dibuka jelang akhir tahun 2015, sudah lebih dari 1200 orang menempati unit-unit rumah di Rawabi.Apartment tersedia dalam jenis studio hingga unit keluarga. Tipe rumah semacam ini berbeda dengan budaya tradisonal Palestina yang biasa menempati rumah besar dengan didiami oleh keluarga besar dari berbagai generasi di bawah satu atap.
Foto: Ulrike Schleicher
Mengawinkan pemukiman dengan bisnis
Bintang film barat dan Arab terlihat dari jendela bar dan restoran. Di pusat kotanya dibangun ritel-ritel bisnis, hotel, bioskop dan lain-lain, yang didukung oleh teknologi terbaru dan jaringan internet berkecepatan tinggi. Sebagai kota swasta terbesar dalam sejarah Palestina, Rawabi akan memperluas hubungan ekonomi lokal dan global.
Foto: Ulrike Schleicher
Hiburan juga penting
Gambar artis legendaris Amerika Serikat, Marilyn Monroe tampak pada dinding sebuah bangunan pertunjukan yang dipersiapkan bagi warga. Sejumlah pusat hiburan dipersiapkan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Theater terbuka
Ada pula theater terbuka ala Amphitheater Romawi yang bisa menampung ribuan pengunjung yang ingin datang menyaksikan pertunjukan.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Penasaran lihat dalamnya?
Ini ruang tamu salah satu apartment yang disediakan oleh pihak developer. paling tidak, mebel-mebel yang paling sering digunakan sudah tersedia di dalam rumah. Apakah cukup nyaman?
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Serba modern
Seorang pria tampak berjalan di dalam sebuah apartment. Tampilan luar dan interior dalam tiap rumah terlihat sangat modern.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Mendorong investasi asing
Janina dari Ramallah bertanggung jawab urusan investasi. Perusahaan internasional, terutama di bidang berteknologi tinggi, kesehatan dan energi terbarukan terus dijajaki untuk diajak ambil peran penting dalam memperkuat kegiatan ekonomi di Rawabi, yang berencana membuka lebih dari 5.000 lapangan pekerjaan tetap untuk mendukung kualitas hidup jangka panjang.
Foto: Ulrike Schleicher
Perusahaan pengembang
Bayti Real Estate Investment Company, pengembang Rawabi, adalah perusahaan milik Qatari Diar dan Massar Internasional. Investasi di Rawabi diperkirakan akan melebihi volume satu miliar US Dollar.
Foto: Getty Images
Tokoh di balik pembangunan Rawabi
Bashar Al-Masri lahir di Nablus, Palestina. Menempuh pendidikan di Mesir dan Amerika, ia kemudian menjadi pengusaha yang sangat sukses. Pengusaha di balik pembangunan Rawabi ini berharap, kota baru Palestina itu akan mendekatkan orang-orang, termasuk pihak Israel sendiri. Theglobeandmail menulis, Masri melawan Israel bukan dengan peluru melainkan dengan bata.
Foto: Getty Images
Dibangun putra putri Palestina
Hanan Khalaf adalah seorang teknisi bangunan yang baru lulus kuliah dari Universitas Bir Zeit. Kini ia mengabdikan ilmunya untuk membangun kota baru Rawabi.
Foto: Ulrike Schleicher
Diserang dua belah pihak
Masri dan para investor lainnya menghadapi tekanan baik dari Israel maupun Palestina. Kelompok garis keras Palestina menganggap pembangunan ini hanya sebagai ilusi atas hubungan Israel dan Palestina, dimana meski kemajuan ekonomi akan tercapai, Israel masih tetap bercokol di Tepi Barat. Dari pihak Israel, problem utamanya: air.
Foto: Getty Images/AFP/T. Coex
Semua lengkap, kecuali air
Hampir 60 persen Tepi Barat, termasuk pemukiman, akses jalan, dll, berada di bawah administrasi Israel. Kebutuhan pasokan air di Rawabi sangat tergantung pada Israel. Setelah negosiasi alot, Israel menyetujui pasokan air untuk Rawabi. Pembangunan Rawabi sendiri bertahun-tahun banyak terhadang konflik Palestina-Israel.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Nasser
Harapan baru
Meski pembangunan belum usai, ratusan keluarga sudah mulai bermukim di kota baru ini. Dengan tawaran modernitas dan harga rumah lebih murah dari di Ramallah, penduduk berharap dapat hidup normal. Hal yang sulit mereka peroleh di kota-kota Palestina lainnya. Penulis: Ayu Purwaningsih Editor: Agus Setiawan