Diancam Trump, Presiden Turki Erdogan Tetap Beli Rudal Rusia
13 Juni 2019
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan telah membeli sistem pertahanan rudal Rusia S-400, sekalipun ada ancaman dari Presiden AS Donald Trump yang menentang transaksi itu.
Iklan
Turki sudah membeli sistem rudal anti-pesawat milik Rusia, kata Presiden Recep Tayyip Erdogan kepada anggota partainya AKP hari Rabu (12/6). Sistem pertahanan udara itu akan dikirim ke Turki pada bulan Juli, tambahnya.
Rencana Turki membeli sistem pertahanan udara Rusia sebelumnya dikecam Presiden AS Donald Trump, yang mengancam akan ada konsekuensi serius bagi Turki, yang anggota NATO. AS dan anggota NATO lainnya khawatir Rusia bisa memata-matai pesawat NATO melalui sistem rudal anti pesawat S-400.
Washington sebelumnya mengatakan akan menunda program penjualan dan pelatihan jet tempur AS F-35 dan mengancam Turki dengan sanksi ekonomi lebih lanjut. Penjabat Menteri Pertahanan AS Patrick Shanahan pekan lalu memperingatkan bahwa Turki akan ditarik keluar dari program pendidikan jet tempur F-35, kecuali jika negara itu menghentikan rencana pembelian sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia.
Erdogan mengatakan di depan pendukungnya hari Rabu, akan membalas langkah siapa pun yang mengeluarkan Turki dari program F-35.
Memperkuat kerjasama di bidang militer
Amerika Serikat sebenarnya menawarkan sistem rudal Patriot yang lebih mahal dengan memberi potongan harga. Namun ketika berkunjung ke Moskow pada bulan April lalu, Recep Tayyip Erdogan mengatakan Rusia dan Turki harus "memperkuat kerja sama dalam bidang teknis-militer."
Presiden Vladimir Putin menyambut pernyaaan Erdogan. "Ini menyangkut pertama-tama penyelesaian kontrak untuk memasok sistem rudal anti-pesawat S-400 ke Turki," kata Putin sambil mengatakan bahwa masih ada proyek-proyek militer lainnya yang sedang dibahas.
Erdogan kini mengatakan, dia masih berharap bisa membujuk Washington agar tidak mengecualikan negaranya dari program F-35 dalam pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di sela-sela KTT G20 di Jepang, yang dijadwalkan pada 28-29 Juni 2019.
"Tetapi sebelum ke sana, kami akan membahas masalah ini (program F-35) melalui telepon," kata Erdogan dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi.
Pemerintah AS telah memberi Turki batas waktu akhir Juli untuk membatalkan kesepakatan pembelian sistem pertahanan rudal dengan Rusia.
Uni Soviet Runtuh, Senjatanya Tetap Berjaya
Senjata sisa Perang Dingin masih menjadi alat tempur andalan para tentara di penjuru dunia, yang penggunaannya jauh melampaui daerah kekuasan blok Timur. DW pun mengulik senjata dari era Uni Soviet yang paling terkenal.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Kovalev
Tujuh Dekade Kalashnikov
Avtomat Kalashnikova 1947 atau AK 47adalah senjata api yang paling dikenal di dunia. Senapan serbu yang dirancang Mikhail Kalashnikov (foto tahun 2002) itu diproduksi setelah Perang Dunia II dan digunakan banyak negara Blok Timur semasa Perang Dingin. Senjata yang dikenal murah namun dapat diandalkan itu, sekarang tak hanya digunakan tentara, namun juga kelompok pemberontak dan mafia jalanan.
Foto: picture alliance/dpa/S.Thomas
Makarov Merambah Luar Angkasa
Senjata 9mm Makarov diproduksi tahun 1951 sebagai senjata utama untuk tentara dan polisi Soviet dan pasukan khusus Spetsnaz. Kosmonot (nama khusus antariksawan Soviet) bahkan membawa senjata tersebut ke luar angasa sebagai bagian dari P3K agar kosmonot dapat bertahan hidup seandainya mereka terdampar saat mendarat kembali ke bumi.
Foto: Imageo
MiG-29 Menjulang Tinggi di Angkasa
Mikoyan MiG-29 pertama kali diproduksi di awal tahun 1980-an dan langsung disanjung sebagai pesawat tempur yang mampu bermanuver dengan sangat lincah. Model aslinya bisa jadi telah kalah saing dengan Sukhoi, yang lebih mahal, namun variannya masih tetap digunakan hingga kini dalam pertempuran. Angkatan udara Rusia menggunakan MiG-29 untuk menggempur ISIS di Suriah.
Foto: picture-alliance/dpa/L. Marina
Katyusha, Lolongan Organ Stalin
Tentara Merah menggunakan Katyusha untuk menciptakan efek yang menjatuhkan semangat tentara Jerman dalam Perang Dunia II karena menghasilkan suara ratapan yang menakutkan ketika diluncurkan. Tentara Jerman menamai senjata yang mirip orgel gereja itu sebagai "Orgel Stalin" atau "Organ Stalin". Peluncur roket tersebut dilekatkan pada truk tentara, sehingga selain murah, mobilisasinya pun mudah.
Foto: picture-alliance/dpa/H.Brix
S-300 dan Keturunannya
Tahun 2016 Rusia menjual menjual sistem pertahanan udara canggihnya ke Iran, yang rinciannya masih menjadi rahasia. S-300, versi era Perang Dingin berjarak tempuh 150 km dan dapat mencapai target di ketinggian di atas 27 km. Sistem Antey 2500 yang lebih modern dilaporkan memiliki jangkauan hingga 400 kilometer. India dan China berusaha untuk membeli rudal yang lebih canggih lagi, bernama S-400.
Foto: picture-alliance/dpa/D. Rogulin
Dragunov, Senapan Penembak Jitu
Senapan Dragunov pertama kali diperkenalkan untuk penembak jitu pasukan Soviet pada tahun 1963. Sejak itu senapan semi otomatis ini pun memasuki arena perang di seluruh penjuru dunia. Dragunov kabarnya digunakan tentara AS saat perang Vietnam. Tahun 2015, SITE Intelligence Group, organisasi yang menelusuri jejak teroris di Internet merilis foto tentara ISIS yang berpose dengan Dragunov.
Foto: Imago
T-34, Simbol dari Sebuah Era
Kemenangan Tentara Merah atas tentara Jerman terjadi berkat keampuhan T-34. Senjata yang menjadi ikon tentara Uni Soviet ini pertama kali merambah medan tempur pada tahun 1941. Tank temput T-34 menjadi tank yang paling banyak diproduksi untuk perang dan jadi sumber inspirasi alat tempur selama bertahun-tahun. Militer Rusia menghargai ketangguhannya dalam parade "Victory Day."