Dihantam Gelombang Ketiga, Situasi RS Jerman Mengkhawatirkan
16 April 2021
Pemerintah Jerman memperingatkan pentingnya tindakan mendesak guna mengurangi dampak gelombang ketiga virus corona. Jumlah pasien di unit perawatan intensif (ICU) diprediksi bisa mencapai rekor tertinggi pada bulan ini.
Iklan
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn pada hari Kamis (15/04) meminta pemerintah negara bagian untuk segera menerapkan pembatasan lebih lanjut sebelum kebijakan "rem darurat" diberlakukan.
"Kami tahu dari musim gugur lalu apa yang terjadi jika tidak bertindak cepat," kata Spahn saat konferensi pers mingguan, seraya menambahkan "vaksinasi dan pengujian saja tidak cukup untuk menghentikan gelombang ketiga."
Situasi terkini di Jerman
Robert Koch Institute (RKI) melaporkan pada hari Kamis (15/04) bahwa Jerman mencatat 29.426 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi, jumlah kasus harian terbesar sejak 8 Januari lalu.
Tingkat infeksi baru per 100.000 penduduk selama tujuh hari naik menjadi 160, sedangkan kasus kematian naik 293. "Yang jelas kita harus bertindak sekarang," kata Presiden RKI Lothar Wieler, menambahkan bahwa situasi saat ini lebih buruk dibanding gelombang kedua.
Wieler mengatakan situasi di unit perawatan intensif (ICU) memburuk, sebagian besar kasus COVID-19 melanda kelompok usia 15-49 tahun. Wieler mengungkapkan 90% kasus yang tercatat merupakan varian B117, varian virus corona yang pertama kali terdeteksi di Inggris.
Negara dengan Kuota Vaksinasi Corona Tertinggi di Dunia
Sejumlah negara ngebut melakukan vaksinasi corona untuk meredam pandemi Covid-19 secara efektif. Yang mengejutkan, sejumlah negara kecil mencapai kuota vaksinasi per kapita tertinggi di dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/Geisler-Fotopress
Israel Terdepan
Israel berada di peringkat paling atas sebagai negara dengan kuota vaksinasi corona per kapita tertinggi sedunia. 96% dari seluruh populasi yang jumlahnya 8,6 juta orang minimal sudah mendapat dosis pertama vaksin (posisi 08/03/21). Sukses negara Yahudi itu untuk mengerem pandemi Covid-19 mendapat acungan jempol. Kini kehidupan publik berangsur normal, tapi prokes tetap dijalankan.
Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Uni Emirat Arab di Posisi Dua
Uni Emirat Arab (UEA) menyusul di posisi kedua dengan kuota vaksinasi per kapita mencapai 62 per 100 penduduk. Sekitar 6,8 juta dari lebih 9 juta penduduk UEA sudah mendapat vaksin corona dosis pertama. UAE menggunakan vaksin Sinovac buatan Cina untuk program vaksinasi massal gratis. Saat ini Dubai mulai "roll out" vaksinasi dengan vaksin buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Getty Images/AFP/K. Sahib
Inggris
Inggris mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita pada kisaran 31 per 100 orang. Dengan jumlah populasi hampir 86 juta orang, berarti lebih dari 28 juta warga Inggris sudah mendapat vaksin corona. Aktual ada tiga jenis vaksin yang digunakan, yakni buatan BioNTech-Pfizer, Moderna dan AstraZeneca.
Foto: Victoria Jones/AFP/Getty Images
Amerika Serikat
Amerika Serikat juga ngebut memerangi pandemi Covid-19, setelah terganjal beberapa bulan oleh politik Trump. Aktual kuota vaksinasi per kapita mencapai 23,5 per 100 orang. Artinya hingga saat ini sudah lebih dari 76 juta dari total 331 juta populasi AS mendapat minimal satu dosis vaksin buatan BioNTech-Pfizer atau Moderna. Presiden terpilih Joe Biden mendapat vaksinasi sebagai aksi simbolis.
Foto: Tom Brenner/REUTERS
Serbia
Serbia, salah satu negara bekas Yugoslavia dengan populasi 7 juta orang juga ngebut dengan program vaksinasi massal. Kuotanya mencapai 22 per 100 orang (posisi 4/3/21) Menteri kesehatan Serbia, Zlatibor Loncar secara simbolis mendapat vaksinasi anti Covid-19 buatan Sinopharm, Cina di Beograd akhir Januari silam.
Foto: Nikola Andjic/Tanjug/ Xinhua News Agency/picture alliance
Chile
Negara kecil di Amerika Selatan, Chile juga melakukan vaksinasi massal dengan cepat. Negara dengan populasi sekitar 19 juta orang itu sudah mencapai kuota 19,2 per 100 penduduk. Presiden Sebastian Pinera mendaat suntikan vaksin perdana secara simbolis pertengahan Februari lalu di kota Futrono. Vaksin yang digunakan adalah Sinovac buatan Cina.
Bahrain menjadi negara di kawasan Teluk berikutnya yang mencatatkan kuota tinggi vaksinasi corona dengan 17,8 per 100 orang. Registrasi vaksinasi di negara kecil berpenduduk sekitar 1,6 juta orang itu dilakukan menggunakan aplikasi mobile. Vaksinasi menggunakan dua jenis vaksin dalam program ini, yakni vaksin buatan Sinopharm dan buatan BioNTech-Pfizer.
Foto: Imago/Sven Simon
Denmark
Denmark negara kecil di Eropa dengan populasi 5,8 juta mencatatkan kuota vaksinasi corona per kapita 11 per 100 warga. Jika dilihat angka mutlaknya relatif kecil, hanya sekitar 600 ribu warga yang mendapat vaksinasi. Tapi dilihat dari kuota per total populasi angka itu cukup tinggi.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapat vaksin Sinovac buatan Cina saat memulai kampanye vaksinasi massal di Ankara pertengahan Januari silam. Saat ini kuota vaksinasi di Turki mencapai sekitar 11 dari 100 warga di negara dengan populasi 82 juta orang itu.
Foto: Murat Cetinmuhurdar/Presidential Press Office/REUTERS
Jerman
Jerman belakangan catat pertambahan kasus covid-19, menjadi lebih dari 2,5 juta orang dan lebih dari 72.000 korban meninggal. Walau vaksin BioNTech berasal dari Jerman, namun pembagiannya tergantung Uni Eopa. Jerman baru mencatat 7,9% vaksinasi corona bagi 83 juta penduduknya. Strategi vaksinasi dikritik sebagai amat lamban dan kurang efektif. Penulis Agus Setiawan (as/pkp)
Foto: Markus Schreiber/AP Photo/picture alliance
10 foto1 | 10
Kemajuan vaksinasi di Jerman
Baru sekitar 17% dari total populasi Jerman telah mendapatkan suntikan vaksin dosis pertama. Menkes Spahn bahkan memperbarui janjinya untuk memberikan vaksin kepada semua orang dewasa di Jerman pada musim panas ini.
"Vaksinasi akan memakan waktu hingga musim panas, bukan pada awal Juli melainkan di musim panas, pada kuarter ketiga," kata Spahn.
Bagaimana Jerman memberlakukan pembatasan COVID-19?
Di bawah sistem federal Jerman, setiap negara bagian sejatinya memiliki kekuasaan untuk menerapkan tindakan pembatasan yang diperlukan. Namun, anggota kabinet pada hari Selasa (13/04) sepakat menyetujui perubahan hukum, dengan memberikan pemerintah federal lebih banyak kewenangan untuk menegakkan peraturan dalam menangani pandemi corona secara nasional.
Dijuluki "rem darurat", keputusan itu secara hukum akan mewajibkan negara bagian mana pun yang memiliki jumlah kasus COVID-19 tinggi untuk menerapkan seperangkat aturan yang ditetapkan oleh pemerintah federal. Meski Kanselir Angela Merkel ingin mempercepat pemberlakuan "rem darurat", tenggat waktu pelaksanaannya masih belum jelas.