Dilanda Hujat Lebat, Cile Dinyatakan Keadaan Bencana
14 Juni 2024
Ribuan rumah di Cile rusak terendam banjir dan aliran listrik dipadamkan. Pihak berwenang menyatakan beberapa daerah, termasuk ibu kota Santiago, sebagai "zona bencana”.
Iklan
Hujan lebat menyebabkan malapetaka di Cile bagian selatan dan tengah, menewaskan satu orang, dan merusak ribuan bangunan. Pihak berwenang pun mengumumkan keadaan bencana di beberapa wilayah di negara itu.
Hujan deras disertai badai menyebabkan jalan terendam banjir, listrik padam, dan tanah longsor di beberapa kawasan pemukiman.
Lebih dari 2.000 rumah rusak dan aliran Listrik ke 60.000 rumah terputus.
Wilayah Bio Bio di ibu kota, Santiago, adalah salah satu yang terkena dampak paling parah. Longsor meluluhlantahkan puluhan rumah yang penghuninya telah dievakuasi.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Seseorang di kota selatan Linares tewas ketika tiang lampu jatuh setelah berjam-jam hujan tak henti-hentinya, kata layanan tanggap bencana Senapred, yang mengatakan hujan lebat telah berdampak pada sekitar 3.300 orang.
Zona bencana di Cile
Wilayah tengah dan selatan Cile dilanda hujan selama sepekan terakhir, yang menyebabkan sekolah-sekolah tutup dan orang-orang mengungsi. Santiago dan beberapa provinsi lainnya dinyatakan sebagai zona bencana.
Untuk memitigasi kerugian, Kementerian Pendidikan juga memerintahkan diliburkannya kelas-kelas di tujuh dari 16 wilayah di Cile, termasuk ibu kota, selama sisa minggu ini.
"Pemkot menolak, tapi kami menyerukan adanya tanggung jawab,” kata gubernur Wilayah Metropolitan Santiago sambil mendesak warga untuk tetap berada di dalam rumah.
Akankah Peningkatan Suhu Lampaui Batas 1,5 Derajat pada 2026?
Pakar iklim PBB mengungkap hal yang dikhawatirkan akan jadi kenyataan. Penelitian menunjukkan suhu rata-rata global akan meningkat di atas 1,5 derajat Celsius dalam empat tahun ke depan.
Foto: Adrees Latif/REUTERS
Maraknya kebakaran hutan
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) PBB mengungkap adanya kemungkinan sekitar 50% dalam lima tahun ke depan akan terjadi peningkatan suhu 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri. Kebakaran hutan, misalnya seperti di Taman Nasional Plumas California pada tahun 2021, dapat terjadi.
Foto: David Swanson/REUTERS
Cuaca ekstrem
Menurut Sekjen WMO Petteri Taalas, penelitian terbaru menunjukkan peningkatan suhu melebihi batas 1,5 derajat Celsius, yang ditetapkan sebagai batas maksimal pada perjanjian Paris. Hal ini dapat mengakibatkan cuaca ekstrem, contohnya banjir akibat hujan deras di kota Zhengzhou di Cina pada 2021.
Foto: Aly Song/REUTERS
Kerusakan ekosistem
Di tahun 2015 silam, para pemimpin dunia setuju untuk membatasi kenaikan suhu di bawah 2 derajat Celsius, saat itu tidak diprediksi bahwa perubahan iklim akan terjadi begitu cepat. Dampaknya terlihat pada kerusakan ekosistem. Misalnya Laut Marmara di Turki yang sudah tercemar oleh air limbah, setidaknya 60% spesies hewan dilaporkan menghilang.
Foto: Umit Bektas/REUTERS
Gletser dan lapisan es mencair
Taalas mengkhawatirkan suhu panas luar biasa yang terjadi di Arktik. Dia mencontohkan, melelehnya gletser Jakobshavn di Greenland hingga menyebabkan sejumlah bongkahan es terbuang ke laut dari tahun 2000 hingga 2010. Hal ini menyebabkan kenaikan permukaan laut setinggi 1 milimeter. “Apa yang terjadi di Arktik berdampak pada kita semua,” kata Taalas.
Foto: Hannibal Hanschke/REUTERS
Dampak fatal
Umat manusia akan dipaksa untuk menghadapi dampak dari perubahan iklim dan cuaca ekstrem, misalnya Badai Ida di tahun 2021 yang menghancurkan rumah milik Theophilus Charles di Louisiana (dalam gambar). Taalas memperingatkan bahwa batas 1,5 derajat Celsius tidak ditetapkan secara sembarangan. Nilai itu menandai dampak perubahan iklim jadi berbahaya bagi umat manusia dan Bumi.
Foto: Adrees Latif/REUTERS
Kemungkinan buruk bagi perlindungan iklim
Para pengamat lingkungan sangat mengkhawatirkan perkembangan perubahan iklim, meskipun banyak penduduk Eropa yang fokus dengan perang di Ukraina. Apa pun yang terjadi di Eropa timur, darurat iklim masih akan terus berlangsung bagi umat manusia. (mh/vlz)
Foto: Christoph Hardt/Geisler-Fotopres/picture alliance
6 foto1 | 6
Dalam laporan resmi terbaru, Menteri Dalam Negeri Carolina Toha mengatakan "hal terburuk dari sistem frontal ini sudah berlalu, tapi kita tidak boleh lengah."
Sebelumnya pada hari yang sama, Dinas Cuaca Cile mengeluarkan tingkat peringatan tertinggi, yang diperkirakan akan berdampak kepada sekitar 14 juta dari 20 juta orang yang tinggal di enam dari 16 wilayah di negara tersebut. Namun peringatan ini kemudian dicabut karena pihak berwenang mengatakan 80 persen badai telah berlalu, dan kini bergerak ke negara tetangga Argentina.
Sebelum diterjang banjir, wilayah tengah Cile telah berjuang menghadapi kekeringan parah selama 15 tahun.