Pemerintah Kabupaten Lombok Barat mendeklarasikan situasi darurat setelah Malaria mewabah di tenda penampungan pengungsi dan menjangkiti lebih dari 130 orang. Kini pemerintah fokus pada tindak pencegahan.
Iklan
Wabah Malaria merajalela di Lombok Barat dan menjangkiti sedikitnya 137 orang. Korban yang tertular juga mencakup perempuan hamil dan balita.
Penyakit yang ditularkan nyamuk ini terutama menyebar di tempat-tempat penampungan pengungsi, pasca gempa bumi yang meluluhlantakkan kawasan timur dan barat Lombok. Angka infeksi Malaria di Lombok saat ini mencapai dua kali lipat lebih tinggi ketimbang periode yang sama tahun lalu. Akibatnya pemerintah kabupaten Lombok Barat mendeklarasikan darurat kesehatan untuk wilayahnya.
Sejauh ini pemerintah lokal dan Kementerian Kesehatan telah mengambil langkah mencegah penyebaran Malaria dengan mengambil sampel darah, mendistribusikan jaring anti nyamuk dan mengasapi sejumlah titik penyebaran penyakit.
Salah satu kasus menimpa Amaq Aniyah, 65, yang didiagnosa mengidap malaria setelah merasa tidak sehat selama sepekan. Akibat gempa merubuhkan rumahnya awal Agustus silam, dia terpaksa tinggal di tenda penampungan. Relawan medis pun membagi-bagikan jala anti nyamuk kepada penghuni kamp seperti Amaq.
"Idealnya kami memberikan jala nyamuk kepada semua orang, tapi karena kami hanya punya beberapa jadi kami harus selektif," kata Farlin, relawan medis yang telah bertugas di Lombok sejak Agustus lalu. Bupati Lombok Barat, Fauzan Khalid, mengatakan pihaknya hanya memiliki 3.000 jala nyamuk, meski yang dibutuhkan melebihi 10.000 jala.
Potret Kerusakan di Lombok Pasca Gempa Bumi
Kerusakan akibat gempa bumi di Lombok melumpuhkan separuh pulau. Regu penyelamat kini berpacu dengan waktu mengevakuasi para penyintas dari dalam reruntuhan gedung.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Pencarian Manual
Tidak jelas berapa jumlah korban yang masih terjebak di balik reruntuhan gedung. Hingga kini tim SAR gabungan masih berupaya mencari korban secara manual atau dengan bantuan alat berat.
Foto: Reuters/Antara Foto/Z. Karuru
Bencana di Tengah Ibadah
Lantaran gempa terjadi pada subuh ketika sebagian kaum Muslim masih menunaikan ibadah Sholat di Masjid, upaya pencarian kini diarahkan ke rumah-rumah ibadah. Jurubicara Badan Penanggulangan Bencana Nasional, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan pihaknya menemukan masih banyak sandal tercecer di depan masjid.
Foto: Reuters/Beawiharta
Kerusakan Meluas
Data sementara menyebutkan gempa Lombok yang berkekuatan 7 SR mengakibatkan setidaknya 105 orang meninggal dunia dan 236 orang luka-luka. Ada ribuan rumah yang rusak, terutama di wilayah Lombok Utara dan Timur. Sebanyak 84.000 penduduk dikabarkan mengungsi ke kamp penampungan.
Foto: Getty Images/AFP/S. Tumbelaka
Berpacu Dengan Waktu
Seorang korban dilaporkan berhasil diselamatkan oleh anggota TNI di masjid di Lading Lading, Lombok Utara. Sutopo meyakini masih ada belasan hingga puluhan korban lain yang tertimbun reruntuhan masjid. Regu penyelamat berpacu dengan waktu untuk mengeluarkan korban yang masih hidup.
Foto: picture-alliance/AA/A. Mardiansyah
Tanpa Tenaga Medis
Dua jemaah dikabarkan berhasil diselamatkan dari reruntuhan masjid, termasuk seorang perempuan yang menderita patah kaki. Menurut Budhiawan, Kepala Desa Lading Lading, regu penyelamat harus merawat korban dengan cara tradisional lantaran rumah sakit yang membludak.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Runtuhnya Rumah Tuhan
Runtuhnya masjid di Lombok menyita perhatian regu penyelamat. Sebanyak 90 personil dari TNI, Basarnas dan Kepolisian diterjunkan ke desa Lading Lading buat mencari korban yang tertimbun. Seorang saksi mata yang berhasil menyelamatkan diri mengaku melihat seratusan jemaah di dalam masjid sebelum disapu gempa.
Foto: Reuters/Beawiharta
Rumah Sakit Kewalahan
Selain tenaga medis, hampir semua rumah sakit di Lombok mengalami kekurangan obat-obatan. Gempa yang melanda selama dua kali selama sepekan meluluhlantakkan kawasan Lombok Utara dan Timur yang kini nyaris rata dengan tanah. Rumah dan infratsruktur yang rusak atau roboh pun menjadi pemandangan lazim. rzn/yf (rtr,ap,dpa)
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
7 foto1 | 7
Dengan mendelarasikan darurat kesehatan, Kabupaten Lombok Barat berhak mendapat dukungan dana dari pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Besarnya dana yang dibutuhkan untuk mencegah wabah merajalela ditaksir senilai 3,4 milyar Rupiah untuk tahap awal.
"Kemunculan wabah ini adalah sesuatu yang luar biasa," kata Rahman Sahnan Putra, Kepala Dinas Kesehatan Lombok Barat. Kondisi itu dibenarkan Marjito, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. "Kami melakukan pengujian darah secara massal. Semua masyarakat diperiksa," ujarnya.
Pemerintah mengatakan akan menanggulangi fenomena Malaria sebagai "wabah standar." Artinya korban yang terinfeksi akan dirawat dan lingkungan di sekitar tempat hidupnya akan disterilkan dari berbagai jenis nyamuk. Kondisi hidup korban yang tinggal di tenda dan tidak menikmati masa tenang atau pola tidur berkualitas membuat mereka rentan terhadap kemunculan wabah, kata Marjito.
"Ketika korban yang terinfeksi malaria lemah, maka di situ masalahnya muncul," katanya sembari menambahkan pemerintah telah memetakan area dengan wabah malaria agar bisa mempercepat proses distribusi jala nyamuk sebagai tindak pencegahan.
rzn/ap (afp,rtr)
Ketika Bumi Lombok Bergoyang
Puluhan kehilangan nyawa menyusul gempa di Lombok. BNPB meyakini jumlah korban jiwa akan terus bertambah. Lambatnya proses evakuasi lantaran minimnya personil dan alat berat mengancam keselamatan para penyintas bencana.
Foto: Getty Images/AFP/S. Tumbelaka
Terdampar di Surga
Sekitar 1.200 wisatawan sempat terdampar di Gili Trawangan. Kondisi perairan yang dangkal tidak memungkinkan penggunaan kapal besar. Akibatnya proses evakuasi berjalan lambat. Kementerian Perhubungan terpaksa menurunkan sejumlah kapal kecil yang rata-rata hanya mampu mengangkut puluhan penumpang.
Foto: Reuters/Indonesia Water Police
Nestapa di Timur dan Utara
Gempa terutama meluluhlantakkan Lombok Utara dan Timur. Najmul Akhyar, Bupati Lombok Utara, mengatakan hingga 80% wilayahnya luluh lantak akibat gempa. "Kami membutuhkan alat berat karena sebagian masjid runtuh dan kami mencurigai jemaah masih terjebak di dalam," katanya kepada Metro TV.
Foto: Reuters/Antara Foto/A. Subaidi
Rumah Beratap Tenda
Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengklaim hingga 20.000 penduduk harus diungsikan dari rumah masing-masing. Kebanyakan ditampung di tenda darurat yang dibangun menyusul gempa bumi akhir Juli silam. Hingga beberapa hari lalu penduduk yang terdampak gempa pertama masih memilih bertahan di kamp pengungsian.
Foto: picture alliance/AP/A. Pranandi
Kerusakan Merajalela
Proses evakuasi dipersulit oleh kerusakan yang diakibatkan gempa bumi. BNPB melaporkan banyak ruas jalan dan jembatan yang tidak bisa dilalui. Selain itu sebagian besar pasokan listrik di Lombok terhenti, Kerusakan bahkan juga terjadi di kota Denpasar dan Kabupaten Badung, Bali.
Foto: Getty Images/AFP/S. Tumbelaka
Membludak Hingga ke Lahan Parkir
Sebagian besar rumah sakit di Lombok juga kewalahan menghadapi jumlah pasien yang membutuhkan perawatan. Di beberapa tempat, pihak rumah sakit terpaksa menginapkan pasien di bagian luar lantaran fasilitas yang mengalami kerusakan. Tampak pada gambar pasien yang dirawat di pelataran parkir Rumah Sakit Umum Daerah Mataram.
Foto: Reuters/ANTARA FOTO
Berburu Tempat di Langit
Ketika petugas gabungan dan sukarelawan masih berupaya menemukan korban terakhir, sebagian wisatawan berusaha meninggalkan Lombok. Tidak sedikit warga lokal yang membantu mengantar turis ke bandara menyusul lumpuhnya fasilitas transportasi kota. Serbuan penumpang yang ingin mempercepat jadwal keberangkatan berusaha diantisipasi oleh pihak Bandar Udara Lombok dengan menyiagakan pesawat tambahan.
Foto: Reuters/Antara Foto/A. Subaidi
Asa di Balik Timbunan
BNPB memperkirakan jumlah korban jiwa akan terus bertambah. Pasalnya proses evakuasi di sebagian wilayah masih dilakukan secara manual, tanpa alat berat. Jurubicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho meyakini masih banyak penduduk yang tertimbun reruntuhan bangunan dan belum diselamatkan. rzn/p (rtr, dpa, ap)