1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanGlobal

Rasisme Memicu Penyakit Psikiatris

19 Januari 2024

Mereka yang mengalami diskriminasi rasial, punya risiko lebih tinggi terserang penyakit psikiatris. Rasisme bisa menyebabkan tekanan darah tinggi, obesitas dan masalah kesehatan mental.

Diskrimansi rasial, tidak punya privasi dan menganggur, picu penyakit mental pada imigran
Diskrimansi rasial, tidak punya privasi dan menganggur, picu penyakit mental pada imigranFoto: Jens Büttner/dpa/picture alliance

Banyak orang dengan latar belakang migran, berbeda warna kulit, agama atau warna rambut, mengalami diskriminasi ras hampir setiap hari. Mulai dari pandangan melecehkan, lelucon rasis hingga ejekan, dikriminasis rasial semacam itu bisa terakumulasi, dan membuat orang yang mengalaminya sakit secara klinis.

"Hal itu bisa memicu sindroma stres pasca-trauma PTSD atau penyakit psikiatris lainnya" ujar Prof. Dr. Meryam Schouler-Ocak, dokter spesialis psikiatri, psikoterapi dan neurologi di Rumah Sakit Universitas Charité dan St. Hedwig Hospital di Berlin.

Alegra Wolter: Dokter Transpuan Pertama di Indonesia

01:00

This browser does not support the video element.

Rasisme memicu depresi dan kecemasan

Diskriminasi, apapun bentuknya, apakah seksisme, antisemitisme atau rasisme, menyakiti perasaan orang lain. Orang yang menjadi obyeknya mengalami demoralisasi atau pelecehan terkait budaya atau latar belakang geografi mereka, warna kulit dan juga hal-hal lain menyangkut kepribadian mereka.

Masalahnya juga lebih dalam dari sekedar komentar menyakitkan baik secara langsung ataupun secara online. Terdapat struktur dan bentuk institusi rasisme, yang merugikan orang yang mencari pekerjaan atau mencari tempat tinggal.

"Jika kita memiliki warna kulit gelap, nama asing atau mengenakan jilbab, kita akan mendapat perlakuan buruk, di dalam sebuah kebudayaan dimana hal itu bukan mayoritas", ujar Schouler-Ocak menambahkan.

Jika pelecehan semacam itu berlangsung terus menerus, akan menimbulkan efek merugikan yang menetap.

"Diskriminasi rasial dapat memicu impak yang signifikan terhadap kesehatan seseorang”, ujar dokter ahli psikiatri keturunan Turki itu. Mereka yang mengalami diskriminasi, peluangnya dua kali lipat untuk menderita penyakit psikiatris, dibanding orang yang tidak mengalaminya.

"Risiko menderita depresi, kecemasan tidak beralasan, PTSD, kecanduan atau psikosis juga meningkat, karena diskriminasi mempengaruhi aktivitas otak. Wilayah tertentu di otak mengalami disregulasi, serupa dengan bentuk lain penyakit psikiatri", ujar Schouler-Ocak lebih lanjut.

Prevalensi kematian lebih tinggi akibat diskriminasi

Semua hal itu bisa memicu angka kematian lebih tinggi di kalangan orang yang menjadi subyek diskriminasi rasial. Demikian hasil riset yang dirilis di jurnal ilmiah Lancet Psychiatry. Para peneliti melakukan riset efek kesehatan mental dari rasisme di kalangan warga kulit hitam di Amerika Serikat.

Dalam penelitian juga ditemukan indikasi lain, yang menunjukkan diskriminsi rasial juga berdampak pada kesehatan anak atau cucu orang bersangkutan. Memang belum ada data yang meyakinkan terkait poin ini, para ahli epigenetis meneliti bagaimana pengalaman rasisme mempengaruhi genetik seseorang.

"Rasisme dan struktur rasis tumbuh sepanjang sejarah dan karena itu sangat terkait erat dengan masyarakat", papar ahli psikiatri Schouler-Ocak.

Organisasi hak asasi Amnesty International menyebutkan, entah itu disengaja atau tidak, kebanyakan warga berkulit putih berperilaku rasis. Jadi amat penting untuk menyadari bahwa segala bentuk rasisme punya kemampuan untuk mengubah perilaku dan tutur bahasa seseorang.

(as/hp)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait