Rencana Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merestorasi lahan gambut memicu konflik dengan pemerintah daerah. Pasalnya upaya menyelamatkan hutan dan habitat satwa langka mengancam investasi dan pertumbuhan ekonomi
Iklan
Di sebuah sudut Kalimantan sebuah perusahaan Indonesia menggandeng mitra asal Cina buat membuka perkebunan kayu. Foto dan video udara yang dibuat aktivis Juli silam menunjukkan sistem kanalisasi sepanjang puluhan kilometer, sejumlah alat berat dan aktivitas pegawai menyemuti kawasan hutan seluas 57.000 hektar tersebut.
Semua terlihat normal, kecuali bahwa Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya Bakar sebelumnya telah memerintahkan PT. Mohairson Pawan Khatulistiwa untuk menghentikan operasi. Pasalnya hutan tropis di Sungai Putri, Ketapang, merupakan habitat alami bagi 1.200 orangutan.
Celakanya pihak perusahaan mengantongi izin pengelolaan hutan secara resmi. Pada saat yang bersamaan kawasan yang dikuasai PT. Mohairson Pawan Khatulistiwa itu juga termasuk dalam arena restorasi hutan gambut yang sedang digalakkan pemerintah. Tumpang tindih perizinan masih menjadi kendala upaya memulihkan hutan di Kalimantan.
Mohairson bekerjasama dengan perusahaan pengolahan kayu asal Cina, Benshang Advanced Materials Co. Menurut pemerintah Kabupaten Ketapang, Benshang menanamkan investasi senilai 300 juta Dollar AS atau sekitar 4 trilyun Rupiah yang menyedot 2.000 tenaga kerja. Pada tahap ini rencana Presiden Joko Widodo menyelamatkan hutan Indonesia menemui perlawanan.
Pada 25 April silam pemerintah provinsi Kalimantan Barat melayangkan surat ke Istana Negara yang mengeluhkan moratorium lahan gambut mengancam 90.000 lapangan kerja dan membahayakan ekspor senilai trilyunan Rupiah. Akhirnya Juli silam Jokowi meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar tidak membuat regulasi baru yang bisa mengusir investor.
Kebakaran Hutan Ancam Orang Utan
Kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan tidak saja menimbulkan masalah bagi manusia, tapi juga bagi berbagai jenis flora dan fauna, termasuk bagi orang utan. Berikut beberapa dampak kebakaran hutan pada orang utan.
Foto: picture-alliance/dpa/Fully Handoko
Habitat dan Populasi Terancam
Pembalakan hutan serta kebakaran hutan menjadi ancaman utama bagi habitat dan populasi orang utan. Menurut data tahun 2008, di Kalimantan hidup sekitar 56.000 orang utan di alam liar. Namun akibat pembalakan hutan, dan diperparah dengan kebakaran hutan yang terjadi setiap tahun, populasi orang utan saat ini diperkirakan tinggal 30.000 – 40.000.
Foto: picture alliance/dpa
Korban Kebakaran Hutan
Menurut Borneo Orang Utan Survival Foundation (BOSF), 16 bayi orang utan yang berada di hutan rehabilitasi di Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, mengalami masalah kesehatan akibat paparan kabut asap. Belum ada informasi berapa ekor orangutan yang menjadi korban tewas akibat kebakaran hutan. Namun BOSF meyakini banyak orangutan yang tidak mampu menyelamatkan diri dari kebakaran yang melanda hutan.
Foto: Reuters/FB Anggoro/Antara Foto
Waktu Tidur
Selama terjadinya kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap tebal, orangutan diamati pergi tidur lebih awal dari biasanya, yaitu antara pukul 14:30 – 15:00. Pada kondisi normal, orangutan tidur pada pukul 17:00. Dan saat bencana kabut asap, orangutanpun tidur lebih lama. Biasanya orangutan bangun pukul 04:30-05:00, namun kini mereka bangun sekitar pukul 06:00.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Burgi
Lebih Mendekat ke Tanah
Selama terjadinya kabut asap, orangutan membangun sarang lebih rendah dibandingkan pada kondisi normal. Selain itu, dari pengamatan terlihat juga adanya orangutan yang mengalami perubahan dalam pola makannya. Walau saat ini makanan pokok mereka, buah Tutup Kabali, masih tersedia di hutan, tapi beberapa orangutan lebih memilih umbut dari sejenis pohon pandan.
Foto: picture-alliance/WILDLIFE
Keluar dari Habitat
Sejak kabut asap yang dipicu kebakaran hutan terjadi, orang utan juga kerap terlihat masuk pemukiman warga. Sebenarnya, orang utan dikenal sebagai hewan pemalu dan berusaha untuk menghindari kontak dengan manusia. Tapi karena habitatnya rusak atau musnah akibat kebakaran hutan, kini orang utan turun hingga ke permukiman penduduk untuk mencari makan dan bertahan hidup.
Foto: picture-alliance/dpa/Fully Handoko
5 foto1 | 5
Meski begitu dalam kasus PT. Mohairson dan Benshang, Siti Nurbaya Bakar tidak mengendurkan sikap. Melalui situs ForestHints, ia mengatakan pembukaan lahan dan pembangunan kanal di kawasan gambut "dilarang" dan pihaknya "tidak akan berkompromi."
Abram, seorang penduduk lokal, mengatakan pihak perusahaan sempat mengimbau warga agar tidak mengkhawatirkan konflik dengan pemerintah dan meminta mereka mengeluarkan surat izin buat pembukaan lahan. Namun permintaan tersebut ditolak.
Sikap warga dikritik Bupati Ketapang, Martin Ratan. Menurutnya penduduk tidak seharusnya menolak permintaan perusahaan karena menyangkut kemakmuran bersama. Berbeda dengan pemerintah pusat, Martin menyambut investasi Benshang yang dianggapnya akan menggerakkan perekonomian lokal.
Organisasi lingkungan Greenpeace memperingatkan, sistem kanalisasi di hutan gambut Sungai Putri akan meningkatkan risiko kebakaran hutan yang mengancam warga lokal dan populasi orangutan. "Jika pemerintah serius mengatasi kebakaran hutan, mereka harus menghentikan perusahaan ini," kata aktivis Greenpeace Ratri Kusumohartono.
Deforestasi dan Perburuan Ancam Harimau Sumatera
Apakah anak cucu kita masih bisa melihat harimau Sumatera? Kerusakan hutan dan perburuan menjadi ancaman kepunahan harimau Sumatera. Nasib mereka dikhawatirkan akan punah sebagaimana harimau Jawa dan harimau Bali.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Terluka akibat perburuan
Perempuan ini bernama Erni Suyanti Musabine. Ia tampak memonitor kondisi harimau yang terluka akibat ulah pemburu. Selain jadi sasaran perburuan, harimau rawan terlibat konflik dengan manusia dan rentan tertular penyakit dari hewan domestik. Semua faktor tersebut dapat mengancam jiwanya.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Sahabat harimau
Erni Suyanti Musabine tak kenal lelah mengobati dan merawatharimau-harimau terluka. Foto: Erni membantu relokasi harimau yang terluka ke kawasan konservasi Taman Wisata Alam Seblat Bengkulu Utara, 28 Okt 2015.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Kehilangan Habitat dan Diburu
Dari tahun ke tahun habitat harimau Sumatera makin menyempit, sementara perburuan harimau untuk perdagangan gelap masih terus terjadi. Jumlah harimau Sumatera diperkirakan tinggal 400 ekor.
Foto: Getty Images/AFP/T. Fabi
Bahaya dalam penyelamatan
Tampak dalam foto, Erni dan timnya menyelamatkan harimau bernama Elsa di Kabupaten Kaur Bengkulu dan dua ekor harimau lainnya di dekatnya, pada tahun 2014. Jerat Elsa putus sebelum dibius dan ini bersembunyi di semak belukar. Menyuntik bius harimau dalam kondisi seperti itu bukanlah pekerjaan yang mudah dan membahayakan tentunya.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Perdagangan gelap
Meski pemerintah mencanangkan upaya meningkatkan jumlah hewan buas ini sejak tahun 2010, keberadaan harimau Sumatera masih memprihatinkan. Perdagangan gelap merajalela. Kebanyakan bagian tubuh harimau tersebut dijual di toko kerajinan tangan dan penjual obat.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Ditangkarkan di Luar Negeri
Untuk menjaga kelestariannya, harimau Sumatera ditangkarkan di beberapa negara lain, seperti di Inggris.. Baru-baru ini, seekor harimau Sumatera, yang diyakini sebagai harimau tertua di penangkaran, telah meninggal dunia di Hawaii dalam usia 25 tahun.