AS telah mengumumkan serangan menggunakan pesawat nirawak ke Suriah yang dikabarkan menewaskan Jihadi John. Apakah ini perbuatan yang legal? Komentar Grahame Lucas.
Iklan
Mohammed Emwazi, yang dijuluki sebagai Jihadi John oleh media barat, muncul di video Agustus 2014 yang memperlihatkannya memenggal kepala sandera asal AS James Foley. Berminggu-minggu dan berbulan-bulan kemudian ia melakukan pembunuhan dengan gaya eksekusi. Pembunuhan tersebut bagian dari strategi Islamic State mengintimidasi musuhnya dengan cara brutal dan penekanan.
Tewasnya Emwazi, jika telah dikonfirmasi, mempertegas dilema yang dialami oleh negara yang merasa terancam oleh Islamic State. Amerika Serikat dan Inggris merasa berhak untuk melakukan serangan pesawat nirawak terhadap para ekstrimis dengan alasan pembelaan diri. Kedua pemerintahan bersikeras tidak ada alternatif lain selain menggunakan drone. Fakta bahwa sering warga tak bersalah yang turut terbunuh dalam serangan terhadap IS - seperti di Pakistan - diabaikan begitu saja.
Akan ada banyak orang yang menyambut serangan terhadap Emwazi. Tapi pertanyaan akan legalitas serangan pesawat nirawak masih belum terjawab. Apakah serangan ini karena Jihadi John merupakan ancaman langsung terhadap keamanan di AS an Inggris? Apakah ia merencanakan aksi terorisme? Ataukah mereka membunuh seorang pria yang dituduh tapi tidak sedang mencoba melakukan aksi terorisme? Dalam kata lain, apakah ini masalah penegakan hukum?
Pemerintah di Washington dan London harus bisa menjawab pertanyaan hukum ini dengan segera. Mereka harus menjelaskan hak apa yang mereka miliki dalam membunuh orang yang dituduh sebagai pelaku kejahatan terorisme sebelum diajukan ke pengadilan. Alasan penggunaan drone karena efektif dan tersedia tidaklah cukup. Tidak cukup dengan mengatakan bahwa keputusan tersebut diambil karena alasan keamanan nasional.
Penggunaan serangan pesawat nirawak secara terus menerus tanpa penjelasan yang jelas dan meyakinkan dari segi hukum dalam jangka panjang akan merusak hukum yang ada dan juga reputasi demokrasi negara barat. Ini bisa menjadi dampak terorisme yang paling merusak.
Lima Jurus Obama Redam Terorisme
Presiden AS Barack Obama berupaya menjauhkan Islam dari terorisme. Cuma dengan cara itu gelombang teror berkedok agama bisa diredam, ujarnya. Berikut jurus yang dirapal Washington dalam perang melawan teror.
Foto: picture-alliance/dpa
Terorisme Tanpa Label Agama
Barack Obama menekankan, pihaknya tidak sedang "berperang melawan Islam, melainkan teroris." Menurutnya tidak ada agama yang bertanggungjawab atas kekerasan dan terorisme. "Mereka (teroris) tidak mewakili satu miliar umat muslim."
Foto: picture-alliance/AP Photo
Kemiskinan Sumber Petaka
Kemiskinan dan minimnya pendidikan menurut Obama menjadi lahan subur bagi tumbuhnya terorisme. Ia bukan orang pertama yang mengungkapkan hal serupa. 2002 silam bekas Presiden AS, George W. Bush juga pernah mengutarakan: "Kita berperang melawan kemiskinan karena harapan adalah jawaban terhadap terorisme."
Foto: picture-alliance/AP
Di Tangan Sang Imam
Barack Obama berniat mengajak tokoh agama Islam untuk menyerukan damai. Menurutnya, para imam harus mempertanyakan dalih yang digunakan oleh para teroris. "Kita tidak boleh memberikan legitimasi keagamaan yang mereka tuntut. Mereka bukan pemimpin agama, melainkan teroris," ujarnya.
Foto: Nikolay Doychinov/AFP/Getty Images
Keluarga Kunci Perdamaian
Menurut orang nomor satu di Washington itu, bukan pemerintah, melainkan keluarga teman dan komunitas keagamaan setempat yang berada di garda terdepan dalam mencegah radikalisasi individu tertentu. Dalam praktiknya, negara-negara Eropa berulangkali meminta keluarga terduga teroris ISIS untuk membujuk putra atau putrinya agar keluar dari organisasi teror tersebut.
Foto: Abed al Qaisi
Islam di Amerika Serikat
Obama tidak luput mengingatkan warganya tentang nilai kebebasan yang dianut Amerika Serikat. Ia menekankan bahwa Islam sejak beberapa generasi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Amerika. Obama juga mengimbau warganya tidak mendorong "stigma sosial" terhadap kaum muslim.
Foto: picture-alliance/dpa/Jeff Kowalsky
Kekuatan Militer
Obama berupaya menekankan strategi yang dianut Amerika Serikat lebih condong pada tindak pencegahan. Namun begitu ia tetap membuka kemungkinan penggunaan "komponen militer," untuk meredam gerakan ekstremis seperti ISIS dan Al-Qaida.