WHO mengungkap, tanpa kebijakan yang lebih efektif jumlah perokok di Indonesia tahun 2025 akan bertambah menjadi 90 juta orang. Pemerintah kini harus memilih antara nasib petani dan buruh rokok atau kesehatan masyarakat
Iklan
Indonesia adalah surga perokok dan menurut perkiraan WHO, situasinya akan memburuk dalam 10 tahun kedepan. Dalam laporan tahunannya, badan kesehatan PBB itu mencatat saat ini 36% penduduk Indonesia merokok, atau lebih dari 60 juta orang.
Jika pemerintah di Jakarta terus melanjutkan kebijakan anti rokok yang dinilai kurang tegas seperti yang diterapkan saat ini, WHO memperkirakan jumlah perokok di Indonesia tahun 2025 akan meningkat menjadi 90 juta orang, atau 45% dari jumlah populasi.
Laporan WHO selaras dengan studi Universitas Indonesia yang dipublikasian Juni silam. Dalam penelitian tersebut, UI menemukan setiap hari sekitar 500 orang meninggal dunia akibat rokok. Data dari tahun 2010 menunjukkan jumlah nyawa yang melayang akibat asap tembakau di Indonesia mencapai 190.260 orang.
Studi yang dikumpulkan Wall Street Journal dan World Lung Foundation dan American Cancer Society mencatat, setiap tahun rata-rata penduduk Indonesia menghisap 1085 batang rokok. Artinya tingkat konsumsi rokok mencapai hampir dua bungkus per minggu.
Inilah Negara Surga Perokok di Dunia
Satu miliar manusia saat ini tercatat sebagai perokok aktif. Uniknya, negara yang mencatat konsumsi rokok tertinggi kebanyakan berada di kawasan Eropa Timur dan Balkan. Sementara Indonesia berada di urutan tengah.
Foto: Colourbox/A. Armyagov
1. Serbia - 2.861 Batang per Kepala/Tahun
Badan Kesehatan Dunia, WHO, mencatat 41% penduduk Serbia merokok secara berkala. Jumlahnya mencapai 3,3 juta orang. Jika program anti rokok oleh pemerintah terus berlanjut, badan dunia itu memperkirakan jumlah perokok di Serbia akan berkurang menjadi 35% atau 2,7 juta penduduk pada tahun 2025. Tapi untuk sementara ini, rata rata konsumsi rokok di Serbia mencapai tiga bungkus per minggu
Foto: Getty Images/C. Hondros
2. Bulgaria - 2822 Batang per Kepala/Tahun
Lima tahun silam jumlah perokok aktif di Bulgaria mencapai 35% dari total populasi, atau sekitar 2,2 juta orang. Sepuluh tahun ke depan, WHO memperkirakan jumlah perokok di negara di timur Eropa ini akan berkurang menjadi 24% atau sekitar 1,3 juta orang. Angka ini tergolong tinggi, terutama jika melihat harga sebungkus rokok rata.rata berkisar 3,24 US Dollar.
Foto: Getty Images/N. Doychinov
3. Yunani - 2795 Batang per Kepala/Tahun
Dari 10,7 juta penduduk Yunani, 44% di antaranya menghembuskan asap rokok secara rutin. Negara ini juga punya harga rokok tertinggi dibandingkan negara lain dalam daftar 10 besar, yakni sekitar 5,21 Dollar AS. Menurut WHO, kelompok masyarakat yang paling getol mengepul asap adalah penduduk di usia antara 40 hingga 54 tahun.
Foto: Getty Images/A. Messinis
4. Rusia - 2786 Batang per Kepala/Tahun
WHO mencatat saat ini terdapat 38% penduduk Rusia yang merokok. Jumlahnya sekitar 46,9 juta orang. Angka ini tidak mengherankan, terutama jika mengingat harga rata rata sebungkus rokok di Rusia termasuk yang paling murah di Eropa, yakni berkisar 1,74 Dollar AS.
Foto: Getty Images/A. Utkin
5. Ukraina - 2401 Batang per Kepala/Tahun
Hampir 12 juta penduduk Ukraina tercatat sebagai perokok aktif. Kelompok usia yang paling banyak mengepulkan asap adalah antara 25 hingga 39 tahun. Ukraina juga mencatat peningkatan signifikan perokok perempuan. Selain itu penduduk di timur Eropa ini rata-rata menghabiskan 151 Dollar AS atau sekitar 2 juta Rupiah per tahun untuk membeli rokok.
Foto: Getty Images/A. Stepanov
6. Bosnia - 2278 Batang per Kepala/Tahun
Sebanyak 1,2 juta orang merokok di Bosnia Herzegovina atau sekitar 40% dari total populasi. Uniknya, produsen rokok terbesar di negeri yang carut marut oleh perang ini dimiliki oleh pemerintah. Hingga kini Fabrika Duhana Sarajevo (FDS) masih tercatat sebagai salah satu produsen rokok terbesar di kawasan Balkan.
Foto: Imago/Invision
7. Belarusia - 2266 Batang per Kepala/Tahun
Sekitar 29% dari populasi Belarusia mengepulkan asap rokok secara rutin. Jumlahnya mencapai 2,3 juta orang. Uniknya, negara diktatur terakhir di Eropa ini juga mencatat angka penyeludupan rokok tertinggi di Eropa, yakni mencapai 6,9 miliar batang per tahun.
Foto: Imago/fotoimedia
8. Rep. Ceko - 2125 Batang per Kepala/Tahun
Republik Ceko termasuk negara dengan program anti rokok paling ketat di timur Eropa. Jumlah perokok di sini mencapai 32% dari total populasi, atau sekitar 2,8 juta orang. Ceko juga mencatat angka perokok perempuan yang tinggi, yakni sekitar 27%.
Foto: FaceMePLS
9. Korea Selatan - 1958 Batang per Kepala/Tahun
Pemerintah Korea Selatan baru-baru ini menggandakan harga rokok dari 2000 Won menjadi 4500 Won atau sekitar 52 Ribu Rupiah per bungkus. Namun tidak jelas apakah langkah itu akan menurunkan jumlah perokok yang saat ini mencapai 45% dari total populasi. Menurut Kementrian Strategi dan Keuangan, tahun lalu saja penduduk Korsel menghabiskan dana 10,7 Miliar Dollar AS untuk membeli rokok.
Foto: Getty Images/AFP/J. Yeon-Je
10. Kazakhstan - 1934 Batang per Kepala/Tahun
Menurut Kementerian Kesehatan, sekitar 25000 orang meninggal dunia setiap tahunnya akibat konsumsi rokok. Saat ini tercatat 27% penduduk mengkonsumsi produk tembakau secara rutin. Jumlahnya mencapai 4,2 juta orang.
Foto: DW/Anatoliy Weißkopf
28. Indonesia - 1085 Batang per Kepala/tahun
WHO memperkirakan saat ini 36% atau sekitar 60 juta penduduk Indonesia merokok secara rutin. Berbeda dengan konsumsi rokok di banyak negara lain yang diprediksi bakal menurun, angka perokok aktif di Indonesia diyakini akan naik menjadi 90 juta orang pada tahun 2025.
Foto: Getty Images/AFP/O. Siagian
11 foto1 | 11
Tarik Ulur Kepentingan
Saat ini Indonesia tengah berkutat menggodok Rancangan Undang undang Tembakau yang dicibir sebagai produk titipan produsen rokok. Kelompok lobi tembakau juga mengakui, RUU tersebut merupakan gagasan petani tembakau.
Dalam hal ini pemerintah Indonesia tidak punya banyak ruang bermain. Betapapun juga, industri tembakau menyumbang sekitar 150 triliun Rupiah per tahun dalam bentuk pajak dan cukai. Ditambah lagi kenyataan bahwa enam juta lapangan kerja bergantung dari sektor yang sarat kontroversi ini.
RUU Tembakau dikritik lantaran menganulir beberapa pasal yang mengatur pembatasan konsumsi rokok. Hal ini juga masuk dalam laporan WHO yang menilai pemerintah Indonesia masih setengah hati dalam kiprah memerangi kebiasaan merokok.
Solusi Sederhana
Sebab itu WHO menawarkan solusi yang terkesan sederhana dan efektif, yakni menaikkan pajak rokok. Tapi sayangnya baru sedikit negara yang mengikuti himbauan badan PBB itu.
Dalam laporan tahunannya WHO mengklaim, bahwa cukai tembakau yang mahal mampu meredam konsumsi rokok. Selain itu kas negara juga akan semakin gemuk dan pemerintah memiliki duit cadangan untuk menjalankan program anti rokok atau untuk membantu petani dan buruh yang kehilangan mata pencaharian di industri rokok.
Dilema Industri Rokok Indonesia
Sejak lama industri rokok dan tembakau menjadi salah satu sumber pemasukan terbesar buat negara. Namun belakangan ketahuan, bisnis rokok malah menciptakan beban kerugian yang jauh lebih besar ketimbang nilai pasarnya.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Irham
Tembakau dalam Sejarah
Tembakau sejak lama menopang penerimaan pajak negara lewat cukai. Namun keberadaan industri rokok banyak mengundang kritik lantaran dinilai mengkampanyekan gaya hidup yang tidak sehat. Menurut catatan sejarah, rokok telah mulai diproduksi secara massal di Indonesia sejak tahun 1700.
Foto: Getty Images/K. Dowling
Duit Rokok
Di negara maju, industri rokok kian surut oleh kampanye pemerintah. Namun di Indonesia peranan rokok sebagai sumber pemasukan negara saat ini masih besar. Penerimaan dari sektor bea dan cukai, pajak daerah dan PPB dari tembakau dan rokok tahun 2015 lalu saja tercatat melebihi angka Rp 170 triliun.
Foto: Getty Images/P. Sayoga
Gantungan Hidup
Rokok saat ini menjadi gantungan hidup banyak orang. Saat ini industri rokok menyediakan lapangan pekerjaan untuk sekitar 6,1 juta orang, termasuk di antaranya 1,8 juta petani tembakau dan cengkeh.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Sisi Gelap Tembakau
Namun industri rokok memiliki wajah kedua yang tidak ramah. Terutama beban kesehatan menjadi kekhawatiran banyak orang. Menurut Kementerian Kesehatan, kerugian total akibat konsumsi rokok selama 2013 mencapai Rp 378,75 triliun. Padahal nilai pasar industri saat ini ditaksir berkisar hingga 224,2 triliun Rupiah.
Foto: Getty Images/P. Sayoga
Kerugian Akibat Rokok
Tingginya angka kerugian berasal dari beban pembelian rokok yang mencapai 138 triliun Rupiah, hilangnya produktivitas akibat sakit, disabilitas dan kematian prematur di usia muda sebesar 235,4 triliun dan biaya berobat akibat penyakit-penyakit terkait tembakau sebanyak 5,35 triliun Rupiah.
Foto: Getty Images/AFP/O. Siagian
Tumbuh Pesat
Meriahnya industri rokok juga membuat angka pecandu tembakau di Indonesia melonjak ke angka 90 juta jiwa, yang tertinggi di dunia. Saat ini industri rokok Indonesia memproduksi hingga 315 miliar batang per tahun. Menurut catatan Kementerian Perdagangan, industri rokok Indonesia tumbuh hingga 10% setiap tahun.
Foto: Getty Images/AFP/J. Kriswanto
Pasar Internasional
Namun begitu sikap pemerintah terkait industri rokok dan tembakau tetap berpegang pada pertumbuhan ekonomi, terutama sebagai komoditi ekspor. Tahun 2015 silam nilai ekspor rokok asal Indonesia mampu menembus angka 1,1 miliar Dollar AS atau sekitar 135 triliun Rupiah.
Foto: DW
Peran Pemerintah
Saat ini upaya pemerintah membatasi konsumsi rokok di tanah air dinilai belum terlalu efektif. Namun Kementerian Keuangan mengklaim, dalam 10 tahun terakhir Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah membantu mengurangi jumlah pabrik rokok dari 4.669 pabrik menjadi 754 pabrik di tahun 2016.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Irham
8 foto1 | 8
Saat ini cuma 33 dari 197 negara yang telah menyesuaikan kebijakan pajak rokok seusai himbauan WHO. "Menaikkan pajak tembakau adalah metode yang paling efektif dan ekonomis untuk meredam konsumsi produk-produk yang membahayakan kesehatan," kata Direktur WHO, Margaret Chan.
Senjata Pemusnah Massal
Satu nyawa melayang setiap enam detik, tulis badan dunia itu dalam laporannya. Jumlah tersebut lebih tinggi ketimbang angka kematian yang diakibatkan oleh HIV/Aids, Malaria atau TBC sekaligus.
WHO menempatkan rokok ke dalam daftar utama pemicu penyakit mematikan seperti kanker, jantung dan paru-paru, serta Diabetes. Setiap tahun enam juta manusia meninggal dunia akibat tembakau. 80 diantaranya berasal dari tingkat ekonomi rendah dan menengah.
Jika tidak dibarengi dengan kebijakan yang efektif, angka kematian akibat rokok bisa meningkat menjadi delapan juta orang per tahun pada 2030. Saat ini ditaksir terdapat sekitar satu miliar manusia yang secara rutin mengepulkan asap tembakau.
rzn/as (dpa,who,wsj,antara)
Manfaat Berhenti Merokok
Asap rokok mengandung 200 jenis racun yang merusak kesehatan tubuh. Tapi tubuh manusia juga bereaksi cepat untuk pemulihan jika kebiasaan merokok dihentikan. Manfaatnya bisa dilacak seiring waktu.
Foto: Fotolia/Rumkugel
Tekanan Darah Normal
20 Menit setelah Anda menghentikan kebiasaan merokok, tekanan darah dan detak jantung kembali ke kondisi normal. Kedua hal ini biasanya meningkat, karena nikotin mengaktifkan sistem saraf yang menjadikan tubuh berada dalam kondisi siap tempur.
Foto: Fotolia/Andrei Tsalko
Kadar Oksigen Pulih
12 jam kemudian kadar karbon monoksida dalam darah turun dan kadar oksigen naik ke level normal. Karbon monoksida salah satu komponen dalam asap rokok menghambat pengangkutan oksigen dalam darah.
Foto: Fotolia/ Gina Sanders
Indera Penciuman Kembali Normal
Dua hari setelah berhenti merokok, indra penciuman dan indra pengecap yang terganggu oleh asap rokok mulai kembali berfungsi normal.
Nafas Kembali Lancar
Setelah 3 hari berhenti merokok, saluran pernafasan atas kembali relax dan bernafas kembali lancar. Pada hari ketiga biasanya tubuh sudah bebas nikotin. Muncul gejala nagih, seperti sakit kepala, pusing, kram, frustrasi dan perasaan terkucil.
Foto: Andrzej Wilusz/Fotolia
Paru-Paru Makin Aktif
Beberapa bulan setelah berhenti merokok, suplai darah dalam tubuh naik. Kapasitas paru-paru untuk menyerap oksigen naik 30 persen. Gejala batuk makin jarang, pasalnya Cilia atau bulu-bulu halus dalam paru-paru yang tugasnya menolak partikel asing, kini bisa tumbuh kembali.
Foto: Fotolia/Sebastian Kaulitzki
Resiko Serangan Jantung Turun
Setahun tanpa rokok, resiko serangan jantung turun 50 persen dibanding perokok. Setelah 10 tahun berhenti merokok, resiko mati terkena kanker paru-paru juga turun separuhnya dibanding perokok. Dan setelah 15 tahun tanpa rokok, resiko serangan jantung koroner sama rendahnya dengan mereka yang samasekali tidak pernah kecanduan rokok.