Dilema Upah Rendah di Jerman
2 Agustus 2011Perekonomian tumbuh, namun tingkat upah menurun. Terdengar paradoks, tapi menurut hasil studi Institut Riset Ekonomi Jerman DIW di Berlin, itulah gambaran pertumbuhan ekonomi di Jerman dalam 10 tahun terakhir.
Meski perekonomian Jerman tumbuh dengan baik sejak pergantian milenium, laba serta investasi yang masuk meningkat tajam, kaum pekerja hampir tidak merasakan keuntungan apa-apa. Justru sebaliknya, gaji bagi pekerja dengan tingkat upah rendah turun secara drastis dalam periode ini. Peneliti DIW, Markus Grabka, menjelaskan, "Sebagai contoh pekerja dengan tingkat upah menengah di Jerman, pendapatan bersihnya di tahun 2000 sekitar 1300 Euro. Di tahun 2010, angkanya turun menjadi kurang dari 1200 Euro."
Hasil survei jangka panjang
Sementara pendapatan bersih seluruh pekerja di Jerman sejak tahun 2000 turun rata-rata 2,5 persen. Penurunan pendapatan di sektor upah rendah mencapai 22 persen. Pekerja dengan pendapatan bersih antara 700 hingga 1300 Euro mendapat pukulan terbesar. Angka-angka tersebut didapat dari analisa survei jangka panjang yang digelar DIW sejak tahun 1984 setiap tahunnya terhadap 22 ribu responden mengenai kondisi hidup dan pemasukan.
Wilhelm Adamy dari Konfederasi Serikat Perdagangan Jerman, menilai tren ini berbahaya. "Dalam standar internasional, perkembangan semacam ini mengkhawatirkan. Karena tidak ada negara terindustrialisasi lainnya yang level ketimpangan upah serta kemiskinannya meningkat lebih besar dalam beberapa dekade terakhir daripada Jerman," ujarnya.
Penyebab menurunnya upah
Penyebab di balik menurunnya tingkat upah beragam. Salah satunya reformasi terhadap pasar tenaga kerja Hartz IV di tahun 2005, yakni ekspansi besar-besaran sektor upah rendah di Jerman. Hartz IV adalah istilah yang kerap digunakan bagi warga kelas miskin pengangguran. Angka terakhir yang dirilis biro statistik Jerman menunjukkan bahwa jumlahnya terus bertambah sejak tahun 2008. Sehingga semakin banyak warga Jerman yang membutuhkan pekerjaan bersifat sementara dengan upah rendah.
Penyebab lainnya adalah semakin banyaknya kaum pekerja bergender perempuan. Gender yang rata-rata secara statistik masih mendapatkan upah lebih rendah. Lebih jauh, serikat buruh menahan permintaan kenaikan gaji karena terintimidasi dengan kekhawatiran akan terciptanya pengangguran masal.
Hasilnya, jumlah pekerja berupah rendah memecah rekor baru hingga menembus angka 7 juta orang di tahun 2010. Kasarnya, satu dari tujuh, dari total 40 juta pekerja di Jerman memiliki pekerjaan berupah rendah.
Keberhasilan atau kegagalan?
Bagi kalangan ekonom, kenyataan ini menjadi bukti keberhasilan perang melawan pengangguran masal serta fleksibilitas pasar tenaga kerja Jerman. Serikat buruh serta partai oposisi di Jerman berargumentasi bahwa angka tersebut tidak dapat disamaratakan untuk seluruh pekerjaan berupah rendah. Namun hanya berlaku bagi sejumlah industri seperti jasa keamanan, tenaga pembersih eksterior gedung dengan sistem kontrak, serta layanan servis. Meski begitu, Markus Grabka memperingatkan bahwa upah rendah bukanlah jalan keluar. "Upah rendah secara alamiah menyebabkan stabilisasi fungsi tingkat pendapatan rendah. Kita akan melihat sebagian besar populasi mengalami stagnasi pendapatan. Oleh karena itu, penerapan upah rendah hanya dapat membantu sebagian kecil dari kelas pekerja," jelas Grabka.
Mungkin itu juga mengapa Kementerian Tenaga Kerja Jerman mulai mencari langkah yang tepat untuk mengatasi temuan studi DIW. Juru bicara kementerian mengatakan serendah atau setinggi apa tingkat upah minimum nantinya tergantung tawar menawar kolektif antara perusahaan dengan pekerja.
Bagi Konfederasi Serikat Perdagangan Jerman, pembuat kebijakan seharusnya juga menunjukkan ketertarikan. Dengan begitu warga tidak akan terjerumus ke sektor upah rendah. Kembali Wilhelm Adamy, "Bagi warga yang pernah berada di sektor upah rendah, umumnya rentan untuk selalu berada di sektor tersebut. Jadinya semacam jebakan di pasar tenaga kerja. Tidak sesuai dengan yang selama ini digembar-gemborkan, bahwa sektor upah rendah bisa menjadi batu loncatan."
Namun walaupun serikat buruh mampu mendorong peningkatan tingkat upah di tahun 2011, inflasi yang terus meningkat di zona Euro kemungkinan besar hanya akan mendorong pekerja berupah rendah di Jerman tetap saja memiliki sedikit uang untuk bertahan hidup.
Richard Fuchs/Carissa Paramita
Editor: Andy Budiman