Roket dari Korea Utara memiliki kapasitas untuk mencapai Jerman dan Eropa Tengah dan bisa dilengkapi dengan hulu ledak nuklir. Hal itu disampaikan pejabat tinggi dinas rahasia Jerman BND.
Iklan
Pernyataan BND itu disampaikan dalam sebuah pertemuan tertutup yang diadakan dengan komisi parlemen Jerman, Bundestag, yang bocor ke media. Pertemuan itu disebut juga melibatkan dinas intelijen asing.
Mingguan Jerman "Bild am Sonntag“ (BamS) yang pertama kali menurunkan berita itu hari Minggu (18/3). Dalam pertemuan tertutup dengan anggota Bundestag, Wakil Direktur BND Ole Diehl mengatakan, ada "kepastian" bahwa Korea Utara sekarang bisa "mencapai Eropa dan Jerman dengan rudalnya," demikian BamS mengutip seorang peserta yang tidak ingin disebut namanya.
Diehl juga mengatakan kepada anggota parlemen Jerman bahwa BND juga mengamati kemungkinan pembicaraan antara Korea Utara dan Korea Selatan dan menilainya sebagai "langkah positif“.
Sejauh ini, tidak ada tanggapan langsung dari BND mengenai menanggapi laporan-laporan di media itu.
Korea: History of a divided nation
03:25
Perundingan AS, Korsel dan Korut diusulkan di Finlandia
Sementara itu kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan, perundingan antara pejabat senior Korea Utara dan perwakilan Amerika Serikat dan Korea Selatan dijadwalkan untuk dilaksanakan di Finlandia. Selama akhir pekan, para pejabat dari AS, Jepang dan Korea Selatan telah bertemu di Seoul untuk membahas denuklirisasi di semenanjung Korea.
Perundingan tersebut merupakan gagasan terbaru dalam serangkaian pertemuan diplomatik menjelang KTT AS-Korea Utara yang direncanakan bulan Mei mendatang.
Korea Utara selama ini dikecam dan terkena sanksi karena mengejar program nuklir dan rudalnya. Pyongyang bahkan sempat mengancam dan menyatakan sudah mampu menyerang daratan AS.
Ketegangan antara Korea Utara dan Selatan mulai mereda beberapa pekan terakhir, setelah partisipasi Korea Utara di Olimpiade Musim Dingin bulan lalu di Korea Selatan. Kedua negara kemudian melaksanakan serangkaian pertemuan tpejabat tinggi yangn membahas rencana pertemuan puncak antara kedua pimpinan Korea.
Keseharian Korea Utara dari Perspektif Seorang Pengguna Instagram
Di era teknologi komunikasi yang makin canggih, Korea Utara menjadi satu-satunya 'dunia gelap' bagi media dan publik. Warga Inggris Perre Depont lewat akun Instagramnya mengunggah foto-foto keseharian yang langka.
Foto: DW/P.Depont
Keseharian dibalik tirai besi
Meskipun sangat tertutup, Korea Utara tetap ingin menarik keuntungan dari pariwisata dan mengijinkan kunjungann wisatawan asing. Tapi perjalanan wisata selalu didampingi pemandu khusus yang mengawasi setiap langkah para turis. Pierre Depont telah mengunjungi negara itu tujuh kali dan berhasil merekam suasana kehidupan sehari-hari.
Foto: DW/P. Depont
Benih-benih kapitalisme?
Depont pertama kali berkunjung ke Korea Utara tahun 2013 - dan sejak saat itu dia mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi di negara otoriter itu. Dua sampai tiga tahun terakhir, dia mengamati "bahwa di Pyongyang orang sudah bisa memamerkan kekayaan." Ada kelas menengah yang sedang berkembang dan banyak proyek pembangunan.
Foto: Pierre Depont
Jalan utama di Pyongyang
Menjalin kontak penduduk lokal tidak mudah, kata Pierre Depont. "Saya melakukan beberapa percakapan acak - selalu didengar oleh salah satu pemandu." Menurut pengalamannya, kebanyakan penduduk lokal tidak suka difoto. "Wanita Korea Utara berpakaian makin modis, tapi Anda hanya bisa melihatnya di kota-kota."
Foto: DW/P. Depont
Kehidupan kota yang mentereng
Sarana transportasi mewah: stasiun bawah tanah di Pyongyang ini dihiasi dinding marmer dan lampu gantung. Bagi Depont, Korea Utara adalah "ruang fotografi yang menakjubkan. "Anda sama sekali tidak menemukan iklan, tidak ada gangguan, rasanya seperti permainan baru." Tapi sementara ibukota makin berkembang, bagian lain dari Korea Utara tetap miskin.
Foto: Pierre Depont
Hidup yang keras
Sampai hari ini, Korea Utara tetap merupakan masyarakat agraris yang sangat militeristik. Tapi wisatawan yang datang tidak bisa melihat banyak kondisi kehidupan penduduk pedesaan. Di sini "setiap bidang tanah dibudidayakan, setiap meter persegi digunakan," tulis Depont.
Foto: Pierre Depont
Kemakmuran semu?
Turis yang tertarik dengan kehidupan di luar kota akan diantar tur berpemandu ke peternakan kooperatif. Ketika mereka mengunjungi satu peternakan di dekat Hamhung, kota terbesar kedua di negara itu, dia masuk ke supermarkt kecil yang menampilkan berbagai barang yang tersusun rapi. Rasanya seperti toko "hanya untuk pertunjukan," tulisnya.
Foto: DW/P.Depont
Sekolah elit jadi obyek wisata
Kunjungan ke sekolah percontohan adalah stasiun penting dalam kebanyakan agenda wisata. Kamp musim panas Songdowon yang telah direnovasi ini tahun 2014 dibuka kembali dan diresmikan langsung oleh pemimpin Korut Kim Jong Un. "Ada sesuatu yang luar biasa," kata Depont. "Anak-anak ini bermain di ruang hiburan menggunakan alat yang sangat canggih dan ada sekitar 20 komputer modern."
Foto: DW/P.Depont
Militerisme di setiap sudut
Militer adalah pusat identitas negara dan struktur masyarakatnya. Sekitar seperempat dari populasi bekerja sebagai personil militer. Korea Utara memiliki salah satu anggaran militer terbesar dunia dibandingkan dengan kekuatan ekonominya. Dari usia yang sangat muda, warga Korea Utara tumbuh dengan citra militer. Model panser miniatur ini ada di taman bermain anak-anak dekat Hamhung.
Foto: Pierre Depont
Ritual pemujaan
Selain militerisme, tingkat pengawasan politik dan tradisi kultus kepribadian sangat tinggi. Patung-patung Kim Jong Un dan pendahulunya ada di mana-mana. Pemujaan sehari-hari pemimpin tertinggi ini meninggalkan kesan kuat pada Pierre Depont. "Anda pikirkan, berapa uang dan usaha mereka mengangkat kisah para pemimpin besar dan patung besar mereka." (Teks: Helena Kaschel, Christine Bayer/hp/yf)