1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Diplomasi AS Picu Ketidakpastian

30 November 2010

Diplomasi bukan sekedar melaporkan segala macam tetek bengek. AS menjalankan diplomasi yang membuat mitranya berada dalam ketidak pastian.

Wikileaks mempublikasiakn 250.000 dokumen rahasia antara lain mengenai bagaimana AS menilai mitranya.Foto: picture-alliance/dpa


Publikasi ratusan ribu dokumen rahasia dari kementrian luar negeri AS oleh portal internet Wikilieaks menjadi tema utama komentar dalam harian internasional.

Harian liberal kiri Spanyol El Pais yang terbit di Madrid dalam tajuknya berkomentar : Berdasarkan konvensi Wina, para diplomat memiliki hak mengumpulkan semua informasi mengenai sebuah negara, lewat cara yang legal. Pembeberan dokumen rahasia terbaru oleh Wikileaks tidak menunjukan bahwa AS telah melanggar aturan. Tapi hanya membuktikan, bahwa diplomasi AS memiliki kecenderungan mengurusi segala macam tetek bengek. Informasinya dirahasiakan dari minat publik. Padahal transparansi merupakan prasarana terpenting dalam perang melawan kesewang-wenangan dan korupsi. Publikasi Wikilieaks itu juga semacam pembenaran dari merosotnya peran pimpinan AS di panggung politik dunia.

Harian konservatif Inggris The Times yang terbit di London berkomentar : Publikasi Wikileaks ini sudah jelas merugikan kepentingan AS. Tapi paling tidak juga menegaskan, bahwa banyak negara lainnya yang mengekor penilaian AS mengenai berbagai peristiwa di dunia. Banyak negara lain takut pada program atom Iran. Sejumlah negara Arab mendesak Washington agar melancarkan serangan militer, untuk mencegah Iran memiliki senjata atom. Publikasi dokumen rahasia itu hendaknya sedikit dikendalikan, untuk meredam potensi kerusakan. Namun Wikileaks tetap tidak mengindahkan kebijakan diplomasi. Tapi juga pengetahuan paling berharga dari publikasi ini terhadap AS, kebalikan dari administrasi penyimpanan datanya, Washington memainkan kekuasaannya dengan penuh rasa tanggung jawab.

Harian Austria Kurier yang terbit di Wina berkomentar : Publikasi Wikileaks terbaru lebih memalukan dibanding pembeberan dokumen rahasia perang Irak dan Afghanistan. Jika mitra terpenting AS di Eropa dinilai secara menghina, hal itu menunjukan kesombongan AS. Hal itu memang membuat berang dan tidak nyaman bagi tokoh bersangkutan. Akan tetapi dalam hubungan diplomatik, secara mendasar tidak akan ada yang berubah. Yang lebih gawat lagi adalah publikasi mengenai pernyataan politik, karena hal itu benar-benar mengandung bahan peledak. Jika Arab Saudi bersama Israel mendorong pemboman terhadap Iran, ini merupakan provokasi yang membuat struktur internasional kacau balau.

Harian liberal kiri Hungaria Nepzabadsag yang terbit di Budapest berkomentar : Diplomasi adalah profesi yang memerlukan kearifan tinggi, karena ketidakselarasan antara pernyataan resmi dengan data rahasia yang disimpan dalam komputer bisa amat besar. Sejak saat ini, bidang profesi tsb hidup dalam situasi ketidakpastian total. Sebab, tidak ada seorangpun yang tahu persis, kapan sesuatu merupakan kenyataan? Apa saja yang setelah pembicaraan yang dilakukan dengan penuh senyuman akan dilaporkan ke pusat? Dan apa yang benar-benar dipikirkan mitra kita menyangkut orang lainnya?

Terakhir harian konservatif Italia Corriere della Sera yang terbit di Milan berkomentar : Adalah tugas pemerintah dan bukannya kewajiban wartawan untuk melindungi informasi rahasia. Wikileaks merupakan bukti, bahwa rahasia data elektronik mengandung kontradiksi. Sekarang, ketika bocoran itu berubah menjadi air bah, tidak ada gunanya lagi mengabaikan pembocoran rahasia itu. Sebab suatu saat nanti, ibaratnya kita juga akan tersiram dan menjadi basah.