Memperkenalkan puspa dan satwa asli Indonesia sebagai hadiah diplomatik adalah sesuatu yang baik. Namun, apakah diikuti dengan upaya untuk memajukan konservasi puspa dan satwa di Indonesia menjadi lebih baik?
Iklan
Belum lama ini, ketika sentimen anti-komunis dan anti-Tionghoa bernada politis didengungkan keras oleh oknum-oknum radikal di Indonesia, Tiongkok, negara yang diperintah partai komunis terbesar di dunia, justru menjawab huru-hara tersebut dengan menggemaskan: mengirim dua diplomat berbulu lebat bernama Cai Tao dan Hu Chun. Keduanya tiba di Jakarta pada 28 September 2017 untuk selanjutnya ‘berkantor' di Taman Safari Indonesia, Cisarua. Ya, keduanya bukan manusia, namun sepasang panda berusia 7 tahun.
Keduanya sejatinya dipinjamkan oleh Tiongkok kepada Indonesia selama 10 tahun untuk dikembangbiakkan dan dipertunjukkan kepada publik Indonesia. Panda termasuk hewan asli dan ikon budaya Tiongkok yang terancam punah, sehingga pertanggungjawaban diplomatiknya tinggi. Peminjaman ini merupakan bentuk diplomasi Tiongkok terhadap Indonesia, merespon hubungan bilateral yang baik sekaligus meneguhkan citra positif Tiongkok di Indonesia.
Kisah Cai Tao dan Hu Chun adalah sebuah diplomasi satwa, yang bersama dengan diplomasi puspa, termasuk dalam bingkai diplomasi lingkungan, sebuah bentuk komunikasi politik internasional yang lembut (soft power) antar negara-negara dunia. Di masa ini, diplomasi ini tidak sekedar bersifat simbolis, namun biasanya dilanjutkan dengan pembicaraan formal mengenai konservasi lingkungan antar negara yang terlibat. Kini diplomasi lingkungan termasuk dalam wilayah kerja lembaga Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-bangsa (UNEP).
Indonesia memiliki bentang alam yang luas, kaya, dan unik. Hal tersebut menjadi aset penting bagi pemerintah Indonesia dalam melaksanakan kebijakan diplomasi lingkungannya; suatu hal yang sesungguhnya telah Indonesia lakukan baik di era Sukarno maupun Suharto.
Puspa dan Satwa Tanda Persahabatan
Pada 13 April 1965, Kim Il Sung, pemimpin Korea Utara, dan rombongannya bertandang ke Indonesia untuk memperingati satu dasawarsa Konferensi Asia-Afrika. Sukarno menyambutnya dengan akrab, maklum, keduanya adalah sesama pemimpin revolusioner. Haluan politik Indonesia-Korea Utara saat itu serupa; kiri, anti-Barat, dan konfrontatif. Sukarno ingin merekatkan ikatan kedua negara dengan memberi Kim hadiah spesial, bukan benda yang terkesan militeristik, angker, atau sangar, melainkan sesuatu yang indah dan membumi: bunga.
Kebun Raya Bogor menjadi saksi kala Sukarno mencomblangi Kim dengan Dendrobium Clara Bundt, sebuah anggrek jenis baru hasil eksperimen persilangan C.L. Bundt, botanis keturunan Jerman yang memiliki laboratorium penyilangan bunga di Makassar. Kim menerima hadiah Sukarno tersebut, namun baru pada tahun 1970-an bibit bunga yang telah disempurnakan mulai dikirim ke Korea Utara. Responnya? Publik Korea Utara, dari pembesar sampai rakyat biasanya, jadi tergila-gila dengan anggrek tersebut. Namanya pun kemudian lebih dikenal sebagai Kimilsungia, atau ‘bunga Kim Il Sung'.
Diplomasi Panda Cina-Jerman
Dua Panda Besar menjadi atraksi utama di kebun binatang Berlin. Tiongkok meminjamkan kedua binatang tersebut untuk 15 tahun. Inilah Diplomasi Panda Jerman-Tiongkok
Foto: Reuters/A. Schmidt
Rumah Nan Nyaman
Meng Meng dan Jiao Qing, dua panda yang dipinjamkan negeri Tiongkok untuk kebun binatang Berlin. Demi membuat kedua penghuni asal Negeri Tirai Bambu tersebut nyaman, kebun binatang Berlin khusus membangun Taman Panda. Berlin adalah satu-satunya kebun binatang di Jerman yang punya rumah khusus untuk panda.
Foto: Reuters/A. Schmidt
Sambutan Hangat
Saat Meng Meng dan Jiao Qing datang ke Berlin, Kanselir Angela Merkel secara khusus datang untuk menyambut mereka. Publik juga sangat antusias menyambut kedua panda tersebut ketika tiba dengan pesawat terbang di bandara Schönefeld, Berlin, 24 Juni lalu.
Foto: Getty Images/AFP/T. Schwarz
Pinjaman dari Cina
Peresmian Taman Panda di Berlin dihadiri Presiden Xi Jinping dan Kanselir Merkel, sebelum mereka menghadiri KTT G20 di Hamburg, 7 Juli 2017 lalu. Dua panda besar ini adalah pinjaman dari Cina yang disepakati sejak dua tahun lalu.
Foto: Reuters/F. Bensch
Diplomasi Panda
Merkel mengatakan, kedua beruang yang sudah ditunggu lama itu adalan "dua diplomat cantik" yang akan menjadi "duta khusus antara kedua bangsa."
Foto: Reuters/A. Schmidt
Atraksi utama
Pengunjung dapat melihat aksi jenaka sepasang Panda bernama Meng Meng dan Jiao Qing di Taman Panda Berlin sejak 5 Juli 2017 lalu.
Foto: Reuters/A. Schmidt
Anak Panda?
Kalau pasangan panda ini punya anak, maka sesuai perjanjian anak panda itu akan dikirim kembali ke Tiongkok, jika sudah cukup besar untuk berpisah dari ibunya.
Foto: Getty Images/AFP/T. Schwarz
Tinggal di Taman Panda
Kedua panda itu menjadi penghuni baru di Taman Panda. Penghuni sebelumnya, Bao Bao, meninggal tahun 2012. Kedua beruang ini dipinjamkan oleh Cina untuk jangka waktu 15 tahun.
Foto: Reuters/A. Schmidt
7 foto1 | 7
Kimilsungia menjadi simbol cinta fanatik orang-orang Korea Utara terhadap pemimpin besarnya, dan pembudidayaannya menjadi kebijakan khusus yang diprioritaskan pemerintah. Semenanjung Korea sebenarnya tidak cocok untuk membudidayakan Kimilsungia yang merupakan tanaman tropis, namun hal itu ditangani pemerintah dengan membuat rumah-rumah kaca khusus. Pada 1979, rumah kaca pertama didirikan di Pyongyang, menyusul di daerah-daerah lainnya sepanjang tahun 1980-an. Praktis, Kimilsungia tumbuh subur di seluruh penjuru Korea Utara dan menjadi bunga kebanggaan warganya.
Musibah krisis ekonomi, energi, dan pangan yang menerpa Korea Utara pada 1990-an tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus membudidayakan Kimilsungia. Andrei Lankov, pengamat politik dan ahli studi Korea yang pernah berkuliah di Universitas Kim Il Sung pada 1985 mengatakan dalam bukunya, North of the DMZ, bahwa walau pasokan energi surut, listrik dan pompa air untuk rumah-rumah kaca masih terus dioperasikan, meski itu berarti pemerintah harus mengambil jatah listrik dari rumah-rumah warganya.
Bonbin Maut Indonesia Dalam Sorotan Dunia
Kebun binatang Indonesia kembali menjadi perhatian dunia lantaran kondisi muram satwa-satwanya. Kali ini Bandung yang menjadi sorotan.
Foto: Getty Images/AFP
Kardit Kelaparan
Adalah Kardit (ka.), seekor beruang madu berusia 20 tahun, yang belakangan mencuri perhatian dunia lantaran posturnya yang kurus dan terkesan kelaparan. Kardit bahkan dilaporkan memakan kotorannya sendiri untuk bertahan hidup. Penghuni kebun binatang bandung itu difoto saat sedang mengemis makanan dari para pengunjung.
Foto: Getty Images/AFP/T.Matahari
Bantahan Tamansari
Sontak kecaman mengalir ke manajemen kebun binatang Bandung. Jurubicara Yayasan Margasatwa Tamansari, Sudaryo, bersikeras satwa kurus bukan berarti sakit. "Kurus itu pendapat orang," tukasnya, Ia mengklaim pihak manajemen telah memberi pakan cukup dan menyediakan layanan kesehatan secara rutin. Sudaryo malah mencurigai skandal terbaru itu adalah cara curang organisasi satwa mencari perhatian.
Foto: Getty Images/AFP/T.Matahari
Aib Parahayangan
Namun begitu tuntutan kepada Walikota Ridwan Kamil agar menutup kebun binatang Bandung terus menguat. Sebuah petisi online saat ini telah ditandatangani oleh lebih dari 200.000 orang. Kamil mengungkapkan kekecewaan pada pengelola bonbin yang dianggapnya memberikan citra buruk bagi Bandung di dunia internasional.
Foto: Getty Images/T.Matahari
Nasib Pilu Yani
Bukan pertama kali kebun binatang Bandung disorot. Tahun lalu seekor gajah Sumatera bernama Yani tewas mengenaskan. Satwa langka itu mederita sakit dalam waktu lama. Ketika sekarat, tim dokter gabungan menemukan luka terbuka di tubuhnya yang tidak dirawat. Lagi-lagi manajemen kebun binatang menepis kritik.
Foto: Getty Images/T.Matahari
Maut di Surabaya
Bandung bukan kebun binatang pertama di Indonesia yang disorot dunia internasional lantaran buruknya kondisi penghuninya. Pada 2010 silam sederet kasus kematian satwa di Kebun Binatang Surabaya mengundang sumpah serapah aktivis hewan. Pengelola bonbin dinilai lalai. Menurut investigasi Tempo, antara 2006 dan 2014 sudah sebanyak 1.800 satwa yang mati, termasuk seekor harimau Sumatera ini.
Foto: Getty Images/AFP
Plastik di Perut Kliwon
Salah satu nasib paling menyedihkan dialami Kliwon, seekor Jerapah berusia 30 tahun yang mati kelaparan 2012 silam. Di perutnya dokter menemukan sampah plastik seberat 20 kilogram. Sementara tahun 2014 sekitar 45 ekor komodo tewas karena saling serang dalam kandang yang penuh sesak. Hasil audit yang digelar Universitas Airlangga mengungkap buruknya pengelolaan manajemen kebun binatang.
Foto: Getty Images/J.Kriswanto
Bayang Panjang KBS
Setelah tahun-tahun penuh kegaduhan, termasuk gugatan terhadap pemerhati satwa yang mengritik pengeloa bonbin, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini akhirnya merombak struktur manajemen. Namun hingga kini reputasi kebun binatang Surabaya belum juga pulih lantaran sejumlah kasus kecil yang tidak ditangani dengan cepat.
Foto: Getty Images/AFP
7 foto1 | 7
Upaya membudidayakan Kimilsungia mungkin hanya satu dari sedikit hal yang masyarakat dunia apresiasi dari rezim dinasti Kim yang otoriter, dan Indonesia berperan penting dalam membangun citra positif tersebut. Hubungan bilateral kedua negara kini terbilang baik, dan Indonesia terus aktif melobi Korea Utara untuk memperlunak kebijakan senjata nuklirnya, seperti yang terjadi pada bulan September 2017 lalu. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh BBC tahun 2013, 42% penduduk Indonesia memandang Korea Utara secara positif. Rasanya angka tersebut masih belum berubah signifikan di tahun ini.
Pemerintah Orde Baru kemudian juga melakukan pendekatan diplomatik serupa, namun hadiahnya mematikan: komodo. Suharto melakukannya ketika menyambut kunjungan presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan, di Bali tahun 1986. Selwa Roosevelt, kepala protokol presiden yang juga menyeleksi hadiah untuk presiden saat itu, dalam otobiografinya, Keeper of the Gate, mengatakan bahwa tawaran Suharto adalah pengalaman terburuknya, terlebih komodo terbilang buas dan mampu memangsa manusia. Akhirnya tercapai kesepakatan, Suharto saat itu hanya boleh memberikan patung kayu berbentuk komodo kepada Reagan.
Jangan Coba-coba Pelihara Binatang Eksotis
Walau sedang tren, para ahli sarankan JANGAN pelihara binatang eksotis. Selain mahal, perawatannya intensif, ganggu ekosistem dan sebagian juga tularkan penyakit. Beberapa binatang eksotis yang perlu dihindari:
Foto: Reuters/FB Anggoro/Antara Foto
Ular
Memelihara reptil ini baik yang beracun maupun yang tidak, belakangan jadi lambang gengsi. Tapi ular berumur panjang dan tumbuh membesar, hingga suatu saat tidak pas lagi dalam terarium. Juga patukan ular berbisa mematikan, dan belitan phyton juga bisa fatal. Florida kini juga hadapi hama phyton belang (Foto) yang dulu dilepaskan pemelihar di tahun 80-an dan berkembangbiak jadi spesies invasif.
Foto: picture alliance/AP/L. Sladky
Kura-Kura
Reptil ini lucu dan kelihatannya tak bermasalah. Tapi kura-kura bisa berumur hinga 50 tahun, dan jika membesar dan menua, tidak lagi lucu. Di Inggris kura-kura spesies asing picu masalah lingkungan nasional, karena memangsa jenis kura-kura lokal. Juga kura-kura bisa tularkan salmonela.
Foto: picture-alliance/dpa
Burung Eksotis
Burung eksotis seperti kakatua berwarna (Foto) belakangan jadi tren untuk dipelihara. Dampaknya, populasi burung di alam merosot drastis akibat penangkapan liar. Juga burung "cerdas" ini menuntut pemeliharaan intensif dan seumur hidup, karena sebagian jenisnya bisa beumur hingga 60 tahun.
Foto: cc-by:Marcel Burkhard-sa
Monyet
Memelihara monyet kerdil atau lucu belakangan juga jadi tren dan simbol status. Tapi monyet perlu banyak perhatian, sama seperti manusia, karena kalau ditelantarkan, bisa jadi agresif. Monyet yang kode genetiknya 90 persen sama dengan manusia, juga bisa tularkan penyakit seperti cacar monyet dan Herpes-B bahkan juga sejenis virus pelemah ketahanan tubuh.
Foto: picture-alliance/dpa
Orang Utan dan Kera Besar Lain
Orang utan kita tahu terancam kepunahan. Di alam bebas populasinya tinggal sekitar 60.000. Orang utan atau kera besar lain seperti Simpanse dan Bonobo adalah binatang liar yang perilakunya sulit diduga dan sekali waktu bisa agresif. Kera besar juga perlu perhatian terus menerus dan makanan terjamin agar tidak sakit, stres atau jadi agresif.
Foto: picture alliance/dpa
Kucing Besar
Orang super kaya belakangan bahkan memelihara harimau, macan tutul, macan kumbang atau singa sebagai simbol status. Kucing besar pada dasarnya adalah binatang buas yang perlu pemelihara profesional. Memelihara harimau atau singa, bukan hanya mengundang potensi bahaya bagi pemiliknya, tapi juga membahayakan eksistensi hewan itu di alam.
Foto: picture-alliance/AP
6 foto1 | 6
Adapun pemberian komodo bukanlah sesuatu yang asing bagi masyarakat Amerika. Pada 1955, Kebun Binatang Surabaya memberikan sepasang komodo untuk Kebun Binatang Bronx, bernama Djago dan Tjantik, namun keduanya mati tanpa meninggalkan keturunan; ternyata keduanya berkelamin jantan. Kebun Binatang San Diego menerima sepasang juga pada 1963, dan lagi-lagi keduanya juga jantan. Meskipun begitu, kehadiran singkat mereka di Amerika ternyata menyedot banyak perhatian, terlebih mengingat terkuaknya eksistensi Pulau Komodo pada 1920-an menginspirasi pembuatan film King Kong tahun 1933.
Namun akhirnya, komodo hadiah Suharto berhasil masuk ke Amerika tahun 1990. Keduanya, sepasang jantan dan betina bernama Friendty dan Sobat, ditempatkan di Kebun Binatang Nasional. Anak mereka bernama Kraken lahir pada 1992; komodo pertama kelahiran Amerika. Mengutip the Washington Post, Dale Marcellini, ilmuwan reptil di kebun binatang tersebut mengatakan kelahiran Kraken sama pentingnya seperti momen kelahiran anak Ling-Ling dan Hsing-Hsing, dua panda pemberian Tiongkok untuk Amerika pada 1972, yang menjadi simbol meredanya ketegangan kedua negara.
Satwa Langka yang Cuma Bisa Ditemukan di Indonesia
Indonesia dikaruniai kekayaan flora dan fauna tak terhingga. Tapi beberapa di antaranya nyaris punah. Inilah sejumlah satwa langka yang cuma hidup di kepulauan Nusantara.
Foto: public domain
Komodo
Satwa langka ini cuma hidup di sejumlah pulau di kawasan Nusa Tenggara. Komodo mampu tumbuh sepanjang tiga meter dan berbobot hingga 70 kilogram. Dunia barat baru mengenal komodo saat penjanjahan Belanda. Kala itu Letnan Felix van Steijn van Hensbroek memerintahkan pakar zoologi Belanda Peter Ouwen buat mengunjungi pulau "buaya" yang ternyata adalah pulau Komodo
Foto: Romeo Gacad/AFP/Getty Images
Merak Hijau
Unggas bermahkota alias merak sebenarnya juga bisa ditemukan di India dan Sri Langka. Tapi jenis yang hidup di Indonesia diklaim memiliki mahkota lebih indah ketimbang saudaranya di sebrang samudera. Selain lebih besar dan bisa berbobot hingga lima kilogram, merak hijau Indonesia juga sangat agresif terhadap manusia.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Harimau Sumatera
Saat ini Indonesia masih bisa berbangga dengan Harimau Sumatera, tapi tidak lama. Menurut daftar merah IUCN, saat ini tinggal tersisa hingga 500 ekor di Indonesia. Tren menyebutkan populasi harimau Sumatera cenderung menyusut. Terlebih saudara sejenisnya, harimau Jawa dan Bali, sejak lama telah menghilang dari muka Bumi.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Badak Jawa/Sumatera
Dari semua satwa langka yang ada di Indonesia, Badak Sumatera dan Badak Jawa adalah yang paling terancam. Saat ini cuma ada seekor badak Jawa yang hidup dalam program konservasi. Tidak ada yang tahu berapa ekor yang hidup di alam liar. Sementara populasi badak Sumatera tidak lebih dari 100 ekor.
Foto: BAY ISMOYO/AFP/Getty Images
Orangutan
Seabad silam populasi Orangutan Kalimantan masih berjumlah lebih dari 250.000 ekor. Kini jumlahnya tidak sampai seperempatnya. Kondisi orangutan di Sumatera jauh lebih mengenaskan. Lantaran penyusutan habitat akibat eksploitasi hutan, jumlah orangutan di barat Indonesia diperkirakan cuma sekitar 7500 ekor.
Foto: AP
Monyet Hantu
Satwa bernama ilmiah Tarsius Tarsier cuma hidup di Sulawesi. Primata sejenis juga bisa ditemukan hidup di Filipina, kendati dengan corak yang berbeda. Seperti namanya, monyet hantu hampir tidak bisa melihat di siang hari. Sebaliknya pada malam hari satwa pemalu ini mampu melihat dengan tajam. Menurut daftar merah IUCN, populasi monyet hantu berkurang sebanyak 20% dalam sepuluh tahun terakhir
Foto: public domain
6 foto1 | 6
Suharto juga memberikan sepasang komodo kepada presiden George H.W. Bush pada 1990, namanya Naga dan Wanita; sekali lagi, keduanya ternyata jantan. Naga dan Wanita ditempatkan di Kebun Binatang Cincinnati. Naga, yang tercatat menarik sampai 1 juta pengunjung per tahun, lalu dikawinkan dengan Sobat dan melahirkan 32 anak. Dengan panjang nyaris 3 meter dan berat 90 kg, Naga merupakan komodo terbesar di belahan dunia bagian Barat saat itu. Naga mati di usia 24 tahun pada tahun 2007 silam.
Deforestasi dan Perburuan Ancam Harimau Sumatera
Apakah anak cucu kita masih bisa melihat harimau Sumatera? Kerusakan hutan dan perburuan menjadi ancaman kepunahan harimau Sumatera. Nasib mereka dikhawatirkan akan punah sebagaimana harimau Jawa dan harimau Bali.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Terluka akibat perburuan
Perempuan ini bernama Erni Suyanti Musabine. Ia tampak memonitor kondisi harimau yang terluka akibat ulah pemburu. Selain jadi sasaran perburuan, harimau rawan terlibat konflik dengan manusia dan rentan tertular penyakit dari hewan domestik. Semua faktor tersebut dapat mengancam jiwanya.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Sahabat harimau
Erni Suyanti Musabine tak kenal lelah mengobati dan merawatharimau-harimau terluka. Foto: Erni membantu relokasi harimau yang terluka ke kawasan konservasi Taman Wisata Alam Seblat Bengkulu Utara, 28 Okt 2015.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Kehilangan Habitat dan Diburu
Dari tahun ke tahun habitat harimau Sumatera makin menyempit, sementara perburuan harimau untuk perdagangan gelap masih terus terjadi. Jumlah harimau Sumatera diperkirakan tinggal 400 ekor.
Foto: Getty Images/AFP/T. Fabi
Bahaya dalam penyelamatan
Tampak dalam foto, Erni dan timnya menyelamatkan harimau bernama Elsa di Kabupaten Kaur Bengkulu dan dua ekor harimau lainnya di dekatnya, pada tahun 2014. Jerat Elsa putus sebelum dibius dan ini bersembunyi di semak belukar. Menyuntik bius harimau dalam kondisi seperti itu bukanlah pekerjaan yang mudah dan membahayakan tentunya.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Perdagangan gelap
Meski pemerintah mencanangkan upaya meningkatkan jumlah hewan buas ini sejak tahun 2010, keberadaan harimau Sumatera masih memprihatinkan. Perdagangan gelap merajalela. Kebanyakan bagian tubuh harimau tersebut dijual di toko kerajinan tangan dan penjual obat.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Ditangkarkan di Luar Negeri
Untuk menjaga kelestariannya, harimau Sumatera ditangkarkan di beberapa negara lain, seperti di Inggris.. Baru-baru ini, seekor harimau Sumatera, yang diyakini sebagai harimau tertua di penangkaran, telah meninggal dunia di Hawaii dalam usia 25 tahun.
Foto: Reuters/R. Naden
6 foto1 | 6
Satu alasan Suharto menghadiahkan komodo agaknya untuk mempromosikan keberhasilan pendirian Taman Nasional Komodo yang dibangun tahun 1980, juga pendaftarannya sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO tahun 1991. Dan bisa diartikan pula, pemberian komodo yang merupakan predator tertinggi di pulaunya tersebut merupakan pengakuan Suharto terhadap kekuatan Amerika yang masih tangguh jika dibandingkan dengan Uni Soviet yang mulai keropos sejak 1980-an. Dan juga, sebagai simbol perekat kemesraan Amerika dengan rezim Orde Baru.
Diplomasi Minus Konservasi
Memperkenalkan puspa dan satwa asli Indonesia melalui serangkaian pemberian hadiah diplomatik adalah sesuatu yang baik. Namun, apakah hal tersebut diikuti dengan upaya untuk memajukan konservasi puspa dan satwa di Indonesia menjadi lebih baik? Sayangnya belum. UU nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya masih dianggap oleh banyak pihak belum optimal dalam mengatur masalah lingkungan, terutama untuk urusan pemanfaatan dan pemberdayaannya. Perburuan dan penyeludupan satwa, terutama yang dilindungi, masih begitu marak ditemukan di berbagai daerah.
Riset lingkungan dalam negeri terkadang tertinggal. Misalnya, pada 1955 Sukarno mengirimkan bibit pohon mimba (Azadirachta indica) untuk menghijaukan tanah suci Mekah, hadiah untuk Kerajaan Saudi Arabia. Pohon-pohon itu kini tumbuh subur dengan bantuan teknologi pengairan modern dan berhasil mengurangi kegersangan tanah suci, serta meneduhkan ibadah para jemaah haji. Namun kini, dilaporkan bahwa pohon mimba justru terancam punah di Indonesia, tempat asalnya. Populasi komodo juga tercatat makin menurun. Tehnik budidaya Kimilsungia Korea Utara pun sudah jauh lebih canggih daripada Indonesia.
Desakan untuk merevisi UU nomor 5 tahun 1990 kian gencar dilakukan. Hal itu harus diikuti dengan kesadaran politik yang mumpuni, bahwa sejatinya satwa dan puspa Indonesia bukan sekedar objek berdaya tawar untuk memenuhi kebutuhan kebijakan diplomatik pemerintah semata, tetapi aset hidup yang pemberdayaannya mesti dikedepankan daripada fungsi politiknya. Semoga kehadiran Cai Tao dan Hu Chun di Taman Safari menjadi momen perbaikan diplomasi dan konservasi lingkungan di Indonesia.
Penulis: Rahadian Rundjan (ap/vlz)
Esais, kolumnis, penulis dan peneliti sejarah
@RahadianRundjan
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWnesia menjadi tanggung jawab penulis.
Safari Tanpa Beban Ekologi
Pariwisata masal, perlindungan iklim, keuntungan ekonomi dan kegiatan sosial - Namibia berhasil mencatat kemajuan besar dalam manajemen sumber daya yang berkelanjutan, sekaligus menggerakkan roda perekonomian.
Foto: DW/S. Duckstein
Datang dan Pergi
Gurun Namib, pantai Atlantik, gurun Kalahari, pegunungan Damara: Keragaman ekosistem dan fauna yang hidup di dalamnya menyedot jutaan wisatawan ke Namibia, sebagian besar dari Angola dan Afrika Selatan. Pariwisata adalah sektor terbesar ketiga penyumbang devisa Namibia setelah pertambangan dan perikanan.
Foto: DW/S. Duckstein
Kaya Fauna – Kebanjiran Wisatawan
Namibia adalah negara pertama di dunia yang menggariskan perlindungan alam dan keragaman fauna dalam konstitusinya. Modal alam dianggap sebagai sumber pertumbuhan. Sementara kualitas pariwisata bergantung pada kualitas ekosistem. Hasilnya adalah 15 persen wilayah Namibia dideklarasikan sebagai kawasan lindung.
Foto: DW/S. Duckstein
Hidup Berlebih dari Pariwisata
Seorang pegawai di bidang pariwisata bisa menghidupi lima keluarga dengan gaji tahunannya, kata kementrian Pariwisata. Issi Karaerua, ayah enam orang anak ini memastikan kebenaran klaim tersebut. Ia adalah pemandu turis di Grootfontein. "Saya suka menjelaskan negara kami ke orang yang tidak mengetahuinya," kata Issy.
Foto: DW/S. Duckstein
Pengelolaan yang Baik
Manajemen taman nasional yang dipandu Kementrian Pariwisata Namibia mewajibkan melindungi keragaman hayati, menjaga keutuhan lahan dan melibatkan penduduk lokal dalam pembagian keuntungan. Strategi tersebut mampu memperbaiki situasi keuangan penduduk setempat. Untuk keberhasilannya, lembaga lingkungan hidup WWF menganugerahi Namibia dengan penghargaan "Gift to Earth" 2013 silam.
Foto: DW/S. Duckstein
Satwa Liar
Saat ini cuma sekitar 10.000 citah hidup di Asia dan Afrika. Populasi hewan berbintik ini pun terus berkurang. Namibia menggawangi populasi terbesar, sekitar sepertiga jumlah citah di seluruh dunia. Negara itu pun banyak berinvestasi buat melindungi satwa yang semakin langka tersebut.
Foto: DW/S. Duckstein
Kucing Liar
Brian Badger hidup dengan kucing liar. Pria kelahiran London ini selain mengelola kebun binatang di Uganda, juga menjalankan penangkaran singa. "Perlindungan alam harus sepenuhnya," kata Badger. "Ia harus melibatkan alam, satwa, manusia dan lingkungan di sekitarnya." Secara rutin ia menawarkan penyuluhan buat petani untuk meminimalisir risiko konflik antara satwa liar dan penduduk lokal.
Foto: DW/S. Duckstein
Pembunuh Keragaman Flora: Acacia Mellifera
Akasia jenis Mellifera ini adalah tanaman yang mengganggu pertumbuhan tanaman lain. Pohon ini menutupi 26 juta hektar lahan di Namibia. Petani dan hewan pun menjadi korban. Namun pohon ini bisa menghasilkan bahan bakar yang ramah lingkungan. Diolah menjadi pellet kayu, ia membakar tungku di pabrik semen paling modern di Afrika, Ohorongo.
Foto: DW/S. Duckstein
Exklusiv dan Berkelanjutan
Ressort bernama Wolwedans ini berdiri di tengah NamibRand National Park dan mengelola sekitar 200.000 hektar kawasan lindung. Sejak dua generasi hotel ini berada di tangan keluarga Brückner. Selain memproduksi sendiri listrik dengan panel surya, manajemen Wolwedans juga mengolah sampah makanan menjadi kompos.
Foto: Stephan R. Brückner
Taman untuk Penduduk
Tanah di Namibia adalah harta yang nilainya tak terhingga. Sebab itu penduduk dilibatkan pada pembagian keuntungan. Pengelolaan taman nasional kerap dikerjakan sendiri oleh penduduk lokal. Mereka yang memutuskan, apakah hotel boleh dibangun, atau berapa satwa yang boleh diburu. Untuk itu manajemen taman nasional mengalokasikan 40% keuntungan bersih.