1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikSudan

Diplomatnya Diserang, AS Tegur Milisi RSF di Sudan

18 April 2023

Peringatan dilayangkan setelah sebuah konvoi kendaraan milik diplomat AS di Sudan ditembaki oleh Pasukan Bantuan Cepat (RSF). Meski tidak ada korban, insiden itu menggambarkan kacaunya pergulatan kekuasaan di Khartoum.

Letnan Jendral Mohamed Hamdan Dagalo
Komandan Pasukan Bantuan Cepat (RSF), Letnan Jendral Mohamed Hamdan DagaloFoto: Umit Bektas/REUTERS
Jendral Abdel Fattah al-BurhanFoto: Marwan Ali/AP/dpa/picture alliance

Di sela-sela KTT G7 di Karuizawa, Jepang, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, mengklaim telah menghubungi pemimpin Pasukan Bantuan Cepat (RSF), Letnan Jendral Mohamed Hamdan Dagalo, dan Panglima Militer, Jendral Abdel Fattah al-Burhan.

Kepada keduanya, dia mengecam insiden penembakan terhadap korps diplomat AS sebagai aksi "tidak bertanggung jawab.”

"Saya bisa mengkonfirmasikan bahwa kemarin ada konvoi diplomat AS yang ditembaki,” kata dia seperti dilansir Reuters.  "Saya menegaskan bahwa setiap serangan, ancaman atau tindakan yang membahayakan diplomat kami adalah hal yang tidak bisa diterima.”

Meski insiden penembakan oleh RSF tidak menimbulkan korban, Blinken mengaku tetap mengkhawatirkan "situasi keamanan secara umum di Sudan, karena berdampak terhadap warga sipil, diplomat dan juga pegawai lembaga bantuan kemanusiaan.”

Dalam sebuah insiden terpisah pada Senin (17/4), kediaman duta besar Uni Eropa di Khartoum ditembaki kelompok tak dikenal, menurut Komisaris Luar Negeri Eropa, Josep Borell. Kepada AFP, seorang juru bicara UE memastikan bahwa sang diplomat berada dalam kondisi "baik.” 

Lobi diplomatik demi gencatan senjata

Konflik di Sudan sudah bereskalasi sejak beberapa pekan silam dan memuncak jadi pertumpahan darah pada Sabtu (15/4). Al-Burhan dan Daglo merupakan petinggi militer yang melancarkan kudeta pada 2021 silam. Sejak itu, al-Burhan mengepalai pemerintahan transisi, sementara Hamdan Daglo menjadi wakilnya.

 Mesir dan Uni Emirat Arab sempat mengupayakan lobi diplomatik untuk menghidupkan perundingan gencatan senjata antara militer dan RSF di Khartoum. Namun upaya tersebut belum mampu menghentikan pertumpahan darah.

Hingga kini, setidaknya 185 orang meninggal dunia dan lebih dari 1.800 mengalami luka-luka akibat perang di Sudan. Pertempuran dikabarkan melibatkan jet tempur dan senjata artileri, serta terpusat di kota-kota terbesar di Sudan dan Darfur.

„Kedua pihak yang bertikai tidak memberikan kesan bahwa mereka menginginkan mediasi damai sesegera mungkin," kata Volker Perthes, utusan khusus PBB untuk Sudan. 

Hantu bernama Janjaweed 

RSF dibentuk oleh bekas diktatur Omar al-Bashir pada 2003. Sebagian besar pasukan RSF merupakan bekas anggota milisi Janjaweed yang dituduh mengobarkan kejahatan HAM di Darfur demi menumpas pemberontakan antipemerintah.

Menurut rencana transisi yang sudah disepakati dengan lembaga internasional, RSF sedang akan dilebur ke dalam militer. Pada Senin (17/4), al-Burhan mendeklarasikan pasukan paramiliter itu sebagai kelompok makar dan memerintahkan pembubaran.

Saat ini,  RSF diprediksi berkekuatan seratusan ribu pasukan. Sejak eskalasi pada akhir pekan, RSF dan Militer Sudan diwartakan saling berebut infrastruktur vital seperti bandar udara atau gudang senjata.

Kepada Sky News, Burhan mengaku pihaknya berhasil mengamankan kediaman presiden di kompleks Kementerian Pertahanan. Sebelumnya, kedua pihak membantah telah kehilangan kontrol terhadap sejumlah aset vital.

Adapun Dagalo, yang hingga kini masih bersembunyi, sebaliknya menuduh al-Burhan sebagai „seorang muslim radikal yang gemar membombardir warga sipil dari udara."

rzn/hp (rtr,afp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait

Topik terkait

Tampilkan liputan lainnya