Siapa bilang tekstil khas Indonesia hanya bisa berjaya di tanah air? Lewat koleksi Shanty Couture, desainer Shanty Sutadji menyisipkan teksil khas Indonesia dalam busana khas Jerman Selatan, yang disebut Dirndl.
Iklan
Ketika dijumpai saat peragaan busana di kota Düsseldorf, Shanty Sutadji sedang sibuk mempersiapkan semua busana yang akan dikenakan oleh para peragawati. Ia awalnya tertarik dengan dunia desain karena bibinya yang penjahit. Dengan berbekal pendidikan desainer dari Indonesia, ia kemudian mulai berkarya di Jerman.
Kalau bekerja sebagai desainer di Jerman, orang harus mengerjakan segalanya sendiri. Demikian ujarnya dengan tersenyum, sambil menyematkan aplikasi bunga-bunga kecil berwarna putih pada salah satu baju kreasinya. Ia bercerita juga, bekerja membuat busana membantunya dalam memerangi stres.
Dirndl Kreasi Baru Gabungkan Elemen Indonesia dan Jerman
02:38
Setelah fashion show berakhir, ia tampak lebih tenang, dan senang karena kreasinya jelas disukai banyak orang.
DW: Membuat Dirndl dengan menggunakan tekstil khas Indonesia adalah sesuatu yang istimewa. Dari mana ide untuk membuat Dirndl?
Shanty Sutadji: Saya suka segala sesuatu yang berbau tradisional. Buat saya Dirndl seperti kebaya, karena bagi perempuan kelihatan feminin dan seksi. Walaupun badan berukuran besar, jika mengenakan Dirndl, seperti kebaya bisa digunakan untuk memperindah tubuh.
Mengapa menggunakan tekstil khas Indonesia?
Buat saya Indonesia kaya budaya. Di setiap kota ada berbagai macam tekstil. Dan saya ingin membuat hal yang tradisional Indonesia "go international". Bagi saya, membuat Dirndl seperti membuka pintu, untuk pemasaran kain-kain tradisional di Eropa.
Tekstil Indonesia yang mana saja yang Anda gunakan?
Saya menggunakan hampir semua tekstil Indonesia, tergantung tren yang berlaku. Misalnya tren di tahun 2013 menggunakan tenun, jadi saya gunakan tenun untuk busana yang saya buat. Tahun 2018 trennya adalah motif garis-garis. Jadi saya menggunakan bahan batik lurik.
Apa pesan yang ingin disampaikan bagi perempuan muda Indonesia yang ingin jadi desainer?
Yang jelas harus kerja keras. Terutama kalau tinggal di Eropa, seperti saya rasakan sendiri. Kalau jadi desainer di Eropa, segalanya, mulai dari A sampai Z harus dikerjakan sendiri. Mulai dari merancang sampai produksi. Memasang payet atau kancing, juga harus dikerjakan sendiri.
Apakah menurut Anda perancang mode perempuan bisa sukses seperti perancang mode pria?
Tentu saja. Di Indonesia contohnya Anne Avantie yang sudah terbukti sukses di dunia mode. Ia adalah desainer yang saya kagumi, dan karya-karyanya ikut mempengaruhi desain saya.
Bagi saya perempuan juga harus bisa berdiri sendiri. Di Jerman orang biasanya punya asuransi. Kalau di Indonesia tidak demikian. Sebagai perempuan, walaupun punya suami, kita bisa ditinggal hidup atau ditinggal mati. Jadi perempuan harus bisa independen.
Istimewanya Dirndl dengan Tekstil Asli Indonesia
Memadukan kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan negara lain bisa jadi jalan agar Indonesia lebih dikenal di manca negara. Itulah tujuan desainer Shanty Sutadji yang gabungkan tekstil khas Indonesia dengan busana Jerman.
Foto: DW/M. Linardy
Bersiap untuk Peragaan Busana
Fashion show atau peragaan busana menjadi jalan bagi desainer untuk memasarkan produk busana karyanya, atau untuk memperkenalkan koleksi baru. Misalnya peragaan busana yang diadakan di kota mode Düsseldorf. Sebelum peragaan busana dimulai, semua peragawati harus berdandan terlebih dahulu.
Foto: DW/M. Linardy
Hiruk Pikuk di Belakang Panggung
Sebelum tampil di depan penonton, para model berdiri mengantri giliran di belakang panggung. Sementara penata wajah dan desainer masih berusaha memberikan sentuhan terakhir.
Foto: DW/M. Linardy
Saling Bantu Karena Waktu Sempit
Para model harus mengganti busana dengan terburu-buru di antara dua show, saling membantu untuk mengancingkan baju, atau mengikat pita, karena waktu yang mendesak.
Foto: DW/M. Linardy
Tekstil Khas Indonesia
Batik adalah salah satu tekstil Indonesia yang bisa dilihat dalam sejumlah dirndl dan gaun malam koleksi Shanty Couture.
Foto: DW/M. Linardy
Menjadi Paduan Yang Cantik
Tiga peragawati ini mengenakan busana yang memadukan busana khas Barat dengan tekstil khas Indonesia misalnya Batik. Ketiganya sudah siap untuk naik ke catwalk. Mereka bertiga ini dengan busana dari Shanty Couture yang dikenakan, dipilih organisator untuk tampil dua kali. Ini bukti Dirndl kreasi baru ini disukai orang.
Foto: DW/M. Linardy
Batik, Lurik dan Tenun
Untuk koleksi yang ditampilkan dalam pagelaran mode di Düsseldorf, Shanty Sutadji menyisipkan Batik, lurik dan tenun dalam Dirnd dan busana malam kreasinya.
Foto: DW/M. Linardy
Dirndl Model Baru
Seperti Dirndl khas Jerman, Dirndl yang satu ini juga dilengkapi celemek yang diikat dengan pita di bagian pinggang. Jika celemek dilepas, busana ini menjadi gaun malam yang bisa dipakai di berbagai kesempatan.
Foto: DW/M. Linardy
Sentuhan Terakhir
Karena waktu yang singkat untuk mengganti baju, para peragawati mendapat bantuan dari tim khusus. Walaupun sudah lengkap berbusana, sentuhan terakhir oleh sang desainer kerap masih dibutuhkan.
Foto: DW/M. Linardy
Paduan dua Kebudayaan
Siapa bilang dua kebudayaan tidak bisa dipadukan? Hasilnya Dirndl kreasi baru atau gaun malam yang cantik.
Foto: DW/M. Linardy
Berfoto Bersama di depan Wartawan
Setelah peragaan busana tuntas, para peragawati berpose bersama desainer Shanty Sutadji.
Foto: DW/M. Linardy
Batik Melanglang Buana
Detail foto Dirndl menunjukkan Batik dengan motif-motif yang khas tidak hanya bisa digunakan dalam busana khas Indonesia, melainkan juga digunakan dalam busana dari negara lain.
Foto: Saskia Kriechbaum
Dirndl dan Gaun Malam
Celemek bisa dibilang jadi elemen satu-satunya yang menunjukkan bahwa ini pakaian khas Jerman Selatan, Dirnl. Tanpa celemek, busana ini jadi gaun malam. Itu jugalah yang ingin dicapai Shanty Sutadji untuk memperkaya karya-karyanya.
Foto: Saskia Kriechbaum
Tenun Ikat Tampil di Jerman
Bahan tenun ikat pada Dirndl ini memberikan sentuhan romantis yang lain daripada yang lain.
Foto: Saskia Kriechbaum
Sentuhan "Timur" pada Busana Barat
Seperti diutarakan peragawati Jerman Selina Kriechbaum, Dirnl koleksi Shanty Couture lain daripada yang lain. Karena menggabungkan elemen budaya Indonesia dan Jerman, desainer Shanty Sutadji menciptakan Dirnl versi baru. Penulis: Marjory Linardy (ap)
Foto: Saskia Kriechbaum
14 foto1 | 14
Yang jelas peragaan busananya di Düsseldorf sukses. Tiga karyanya ditampilkan dua kali di atas catwalk.