Empat macan tutul langka terekam kamera di Taman Suaka Cikepuh, Sukabumi Jawa Barat. Tadinya, Macan Tutul Jawa (Panthera Pardus Melas) disangka sudah punah di Cikepuh.
Iklan
Ke-empat macan tutul itu terekam oleh kamera tersembunyi, kata Djati Witjaksono Hadi, jurubicara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Kamera-kamera itu dipasang di sana setelah ada laporan tentang jejak kaki macan tutul di kawasan itu. Para ahli tadinya berpendapat, macan tutul sudah punah di Cikepuh akibat perburuan dan perambahan.
"Kembalinya spesies ini menunjukkan bahwa kawasan ini berhasil dipulihkan," kata Djati Witjaksono Hadi.
Penemuan macan-macan tutul itu berawal dari informasi para peneliti mahasiswa, masyarakat sekitar dan hasil survei International Animal Rescue (IAR) mengenai tanda-tanda keberadaan macan tutul. Misalnya cakaran, kotoran dan jejak. Namun data-data yang tersedia sangat minim.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat lalu bekerjasama dengan IAR dan Yayasan Harimau untuk melakukan pengamatan. Hasil pengamatan selama 28 hari ternyata memperlihatkan aktivitas macan tutul.
Dari rekaman video itu diketahui ada tiga ekor macan tutul dengan pola tutul kuning, satu ekor dengan varian tutul hitam, yang sering disebut macan kumbang. Para peneliti memperkirakan, di Suaka Margasatwa Cikepuh saat ini ada sekitar 12 ekor macan tutul.
Kelompok lingkungan Conservation International memperkirakan, tahun 2015 hanya ada sekitar 500 macan tutul Jawa, kebanyakan hidup di hutan-hutan di Jawa Barat.
Satwa Liar Terancam Punah
Mereka diburu dan disantap atau dikuliti. Yang paling terancam adalah hiu, macan tutul salju dan singa Afrika.
Foto: picture alliance/WILDLIFE
Raja Hutan dalam Ancaman
Kendati bernama "Singa Afrika," satwa ini dulunya juga berkeliaran di kawasan Balkan dan Timur Tengah. Namun persaingan dengan manusia memangkas populasi Singa Afrika. Kini fauna yang dilindungi itu cuma bisa ditemukan di kawasan kecil India dan selatan gurun Sahara.
Foto: picture alliance/dpa-Zentralbild
Si Tua dari Rusia
Saiga Antilop sudah mendiami muka bumi sejak zaman es. Satwa yang kini hidup di kawasan steppa Rusia, Kazakhstan dan Mongolia itu terancam punah lantaran perburuan. Selain mampu berjalan 120 kilometer sehari, hewan ini juga bisa berenang.
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb
Sirip Pembawa Petaka
Sirip ikan hiu sangat digemari di Jepang dan Cina. Nelayan memotong sirip hiu ketika satwa itu masih hidup lalu melemparkannya kembali ke laut, di mana mereka biasanya mati. Jikapun ditangkap seutuhnya, daging hiu akan mendarat di atas meja makan sebagai Surimi atau "Fish and Chips." Adapun tulang rawan hiu dipakai sebagai bahan campuran pupuk. Sementara kulitnya laku keras di industri fashion
Foto: picture-alliance/dpa
Gergaji Membawa Sial
Hiu gergaji yang bisa tumbuh sepanjang delapan meter ini termasuk satwa yang terancam punah. Ironisnya karena bentuk gergaji yang panjang, banyak hiu sentani mendarat secara tidak sengaja di jala nelayan.
Foto: TORSTEN BLACKWOOD/AFP/Getty Images
Racun buat Pemangsa
Diclofenac adalah musuh non alami buat semua burung pemangsa. Obat penahan rasa sakit itu diberikan kepada sapi, babi atau kuda di Asia Selatan atau juga Italia dan Spanyol. Burung pemangsa yang memakan bangkai binatang tersebut akan mengalami gagal ginjal dan mati.
Foto: Vulture Conservation Foundation
Pengungsi di Kebun Binatang
Keledai liar Asia kini punya julukan baru, yakni pengungsi di kebun binatang. Populasi satwa yang berumahkan di Asia Selatan ini berkurang separuhnya selama 15 tahun terakhir. Kini satwa yang terbiasa membawa beban berat itu termasuk yang paling terancam punah. Lebih mudah menemukan keledai Asia di kebun binatang Eropa ketimbang di habitat alaminya di Kazakhstan.
Foto: picture alliance/blickwinkel/D. & M. Sheldon
Tumpuan Harapan
Anjing laut yang sering terlihat bermalas-malasan di tepi pantai ini sangat sensitif terhadap iklim, lingkungan dan penyakit infeksi. Sejak lama satwa ini rajin diburu untuk diambil kulitnya. Namun populasi anjing laut semakin bertambah berkat program perlindungan yang gencar dilakukan sejak beberapa tahun terakhir.
Foto: picture-alliance/dpa
Satwa pra sejarah Pemakan Plastik
Penyu telah mendiami bumi sejak 225 juta tahun lantaran kemampuan uniknya yang mampu beradaptasi pada evolusi. Namun satwa yang mampu menempuh jarak jauh ini kini sedang terancam dan sebabnya dilindungi. Kendati begitu ancaman tetap ada lantaran manusia kerap mencuri telur penyu yang ditanam di pantai atau mati lantaran memakan sampah plastik yang mengambang di laut.
Foto: picture-alliance/dpa
Hilang Bumi Dipijak
Beruang kutub terancam kehilangan tempat berpijak. Pasalnya satwa pemangsa terbesar di muka Bumi ini hidup di atas lempengan es benua Arktik. Perubahan iklim yang memangkas lapisan es kutub memaksa beruang kutub untuk berburu sembari berenang.
Foto: picture alliance/dpa
Santapan Berduri
Duri kecil yang memenuhi punggungnya memberikan nama pada jenis ikan pari ini. Kendati bersenjata, ikan pari punggung duri tidak mampu menahan gelombang kepunahan. Lantaran tubuhnya yang lebar dan pipih serta gerak geriknya yang lambat, satwa ini sering mendarat di jala nelayan. Selain sirip, ekor pari juga digemari sebagai santapan kuliner. Sementara sisanya mendarat di tempat sampah.
Foto: picture-alliance/ZB
Penjelajah Malam Mencari Habitat
Kelelawar pemakan serangga terancam penggusuran. Penebangan hutan merenggut tempat istirahat mereka di siang hari. Sementara pengeringan kawasan rawa menghilangkan serangga yang menjadi santapan alaminya. Di Jerman jenis kelelawar bertubuh kecil ini masuk dalam daftar satwa yang terancam punah.