Pakar mengatakan tren bersepeda di tengah pandemi, berpotensi jadi klaster corona jika masyarakatnya tak patuh protokol kesehatan. Warga diminta disiplin untuk pulang setelah gowes bareng dan tidak kumpul-kumpul.
Iklan
Pakar kesehatan masyarakat mengingatkan beberapa aktivitas sehari-hari potensial memicu lahirnya klaster COVID-19. Kegiatan gowes bareng dan nongkrong-nongkrong termasuk di antaranya.
Di tengah pandemi, kegiatan nongkrong-nongkrong diyakini makin marak. Keharusan untuk stay at home membuat sebagian orang, khususnya kaum muda, mencari kompensasi dengan kumpul-kumpul dan itu meningkatkan risiko penularan.
Prof. dr. Ascobat Gani, MPH, DrPH, pakar kesehatan masyarakat dari Universitas Indonesia juga menyinggung tren bersepeda yang akhir-akhir ini sedang naik daun. Kecenderungan untuk gowes bareng dan berkerumun, dinilainya juga rentan memicu penularan.
"Kedua, adanya kelompok sport bersama, misalnya gowes. Kemarin ada yang gowes satu kelompok banyak yang positif, jadi klaster sendiri," sebutnya dalam siaran pers di channel YouTube BNPB baru-baru ini.
Aktivitas lain yang disorot adalah 'hajatan' seperti acara adat dan pernikahan yang belakangan mulai banyak diadakan. Tanpa menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker dan jaga jarak, kegiatan seperti ini dinilai bisa meningkatkan risiko penularan.
Perlu kedisiplinan
Beberapa waktu lalu, sebanyak 21 tenaga kesehatan di RS RSUD Ngudi Waluyo, Wlingi, Blitar, positif virus Corona, diduga tertular dari komunitas gowes. Ini jadi pengingat bahwa olahraga yang seharusnya menyehatkan bisa menghadirkan petaka jika disiplin tidak dijaga di tengah pandemi virus Corona COVID-19.
Dokter yang juga pegiat olahraga bersepeda, dr. Risayogi Sitorus, menyayangkan masih banyak pesepeda yang abai pada protokol kesehatan saat berkegiatan. Menurutnya, perilaku abai protokol kesehatan terutama terjadi saat para pegowes berkerumun dan melakukan aktivitas lain usai bersepeda.
"Dipamerkan di sosmed (social media), orang lihat dan ikut-ikutan. Makin ramai, pelanggaran terjadi, berkumpul menjadi lebih lima orang," tutur dr Risayogi saat dihubungi detikcom Rabu (22/07).
"Setelah selesai ya pulang. Kalaupun mau kumpul, jangan ditempat indoor karena kalo indoor, udara muternya di situ doang, jadi resikonya juga kena. Kalau di udara terbuka, tetap ada risiko tapi bisa mengurangi transmisi dari penularan. Selesai olahraga bareng, pulang," tegasnya. (Ed: pkp/rap)
Inilah Kota-Kota Paling Nikmat untuk Bersepeda
Bersepeda adalah kegiatan ramah lingkungan, sehat dan murah. Banyak kota di Eropa menghabiskan jutaan untuk menjadi ramah sepeda. Inilah beberapa kota yang telah sukses dengan konsepnya.
Foto: CC/Negu
Kopenhagen
Di ibu kota Denmark ada jaringan jalur sepeda sepanjang 350 kilometer, sistem lampu lalu lintas yang memprioritaskan sepeda dan tempat mengistirahatkan kaki di pinggir jalan ketika harus menunggu lampu hijau. 62% penduduknya memilih bersepeda ke kantor. Istilah "mengkopenhagenkan" dalam Bahasa Inggris sekarang digunakan untuk menggambarkan transformasi tempat menjadi ramah sepeda.
Ibu kota Belanda adalah salah satu kota paling ramah sepeda di Eropa. Para pengendara sepeda disini secara keseluruhan melintasi sekitar 2 juta kilometer setiap harinya. Negara ini populer dengan pengendara sepeda karena tanahnya sangat datar. Di Utrecht ada garasi terbesar untuk memarkir sepeda dengan 12.500 tempat parkir. Ini direncanakan akan diperbesar menjadi 33.000 pada tahun 2020.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/N. Economou
Antwerpen
Di Antwerpen di Belgia tempat parkir sepeda tak terhitung jumlahnya dan infrastrukturnya bagus. Disini, banyak hal telah "terkopenhagenkan". Sistem peminjaman sepeda direncanakan akan diperluas dan jalur sepeda akan mencakup wilayah di sepanjang pelabuhan. Tiga jembatan untuk sepeda dan pejalan kaki juga akan dibangun. Walaupun begitu kota ini masih harus mengurangi volume lalu lintas kendaraan.
Foto: picture-alliance/Arco Images/P. Schickert
Paris
Di Paris, pemerintah kota telah secara sistematis memperluas jaringan sepeda selama beberapa tahun terakhir. Setiap hari minggu jalan-jalan juga ditutup untuk mobil. Wisatawan bisa dengan mudah berbaur dengan pengendara sepeda karena ada banyak penyewaan sepeda dimana-mana. Di Strasbourg juga seperti ini. Selain Paris, kota ini juga merupakan kota paling ramah sepeda di Perancis.
Foto: picture-alliance/robertharding/S. Dee
Malmö
Malmö di Swedia menanamkan banyak uang untuk memperbaiki infrastruktur sepedanya. Ada sekitar 500 kilometer jalur sepeda dengan stasiun pompa ban dan sistem prioritas jalan. Feri yang mengangkut sepeda antara Malmö dan Kopenhagen diharapkan mendorong wisata sepeda. Ide yang kemungkinan paling kreatif adalah hotel sepeda dengan bengkel, penyewaan dan parkir sepeda tepat di depan kamar-kamarnya.
Foto: Ohboy
Trondheim
Trondheim di Norwegia adalah kota yang berbukit. "Trampe", lift sepeda pertama di dunia, menyediakan solusinya. Lift setinggi 130 meter ini mengangkut sampai 300 pengendara sepeda per jamnya ke atas gunung. Pengendara sepeda bisa berdiri dengan kaki kanannya di sebuah piringan, yang lalu ditarik ke atas rel. Piringan ini lalu mendorong pengendara sepeda bersama dengan sepedanya ke atas bukit.
Foto: public domain
Münster
Di kota Münster di Westfalen ada lebih banyak sepeda daripada penduduk. Karena itu tidak mengejutkan, bahwa Münster adalah kota dengan kasus pencurian sepeda terbanyak di Jerman. Tetapi ini tidak menghalangi orang untuk meninggalkan mobilnya untuk mengendarai sepeda. Di sana juga nyaman sekali karena ada jalur sepeda yang luas, tempat parkir yang cukup dan tidak ada bukit yang harus didaki.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Thissen
Barcelona
Pada tahun 2002 pun orang sudah bisa mengendarai sepeda sewaan di seluruh penjuru Barcelona. Jalur sepeda sepanjang 158 kilometer tersedia di sini. Zona 30 km/jam memastikan keamanan dalam lalu lintas kota. Wisatawan juga ditawarkan hal-hal istimewa dalam bersepeda: berbagai jalur sepeda yang berbeda membawa mereka melintasi kota, ke pantai atau lewati berbagai objek ciptaan arsitek Antoni Gaudi.
Foto: picture-alliance/imageBROKER/G. Guarino
Basel
Di Basel tanahnya datar dan jarak kemana-mana tidak jauh. Jalannya terutama ramai ketika acara Slow Up. Selama acara ini, yang berlangsung pada musim panas di berbagai kota di Swiss, para penyelenggara memblokir jalan sekitar 30 kilometer di wilayah-wilayah cantik bagi para pengendara sepeda dan menyediakan banyak kegiatan bagi mereka di sepanjang rutenya. Ini membuat bersepeda menyenangkan!
Foto: picture-alliance/imageBROKER/M. Dr. Schulte-Kellinghaus