Diskriminasi Dan Rasisme Melanda Masyarakat Barat
26 November 2005Serangkaian kerusuhan yang terjadi di Eropa belakangan ini, menunjukkan konflik ras, budaya dan agama ternyata tidak dapat ditangani oleh pemerintah negara-negara Eropa. Sebut saja kerusuhan di Perancis baru-baru ini, atau ketika seorang perempuan Spanyol dibunuh orang Maroko menyusul aksi balasan terhadap warga Arab di Spanyol, atau dibunuhnya sineas Belanda yang sangat kritis terhadap agama Islam itu, Theo van Gogh, di Amsterdam.
Meskipun masyarakat internasional sudah berupaya keras memberantas rasisme antara lain dengan merancang konvensi internasional, utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk program anti-diskriminasi dan rasisme Doudou Diène menyerukan, agar tetap wasapada karena gelombang rasisme semakin meningkat. Diène menjelaskan, paham rasisme sedang melanda masyarakat barat. Negara-negara barat semakin menutup diri untuk menerima imigran dari luar atau penekanan identitas nasional yang baru. Sehubungan dengan itu, Doudou Diene menyebutkan buku karangan Samuel Huntington „Clash of Civiliations“:
„Dalam bukunya Samuel Huntington berani mengatakan, keberadaan fisik orang Latino mencerminkan ancaman bagi identitas Amerika. Kalau seorang profesor ternama dari Univeristas Harvard yang bergensi itu sudah bicara demikian, itu berarti alarm untuk waspada.“
Diène melanjutkan, bahwa diskriminasi dan paham rasisme tidak tiba begitu saja. Tetapi merupakan produk kesenjangan sosial, ekonomi, ideologi dan politis. Dan faktor-faktor itu yang sering kali dilupakan dalam upaya pemeberantasan rasisme:
„Artian multikulturalisme bukan hanya harus saling menghormati, tetapi juga berinteraksi. Artinya, semacam kombinasi dari segalanya. Kalau tidak, pemusnahan etnis Bosnia seperti yang terjadi di Balkan bisa terulang. Padahal, sebelum itu orang Bosnia, Serbia dan Kroasi hidup berdampingan, bahkan perkawinan antar etnispun terjadi. Sampai suata hari, orang Serbia mempunyai pengertian identitas baru, sehingga tetangga dijadikan mush.“
Untuk dapat menghindari itu Diène melanjutkan:
„Agar kerusuhan seperti yang terjadi di Perancis baru-baru ini, disebabkan kemarahan pemuda dari masyarakat Perancis pinggiran karena merasa kurang diperhatikan pemerintah tidak terulang kembali, tidak bisa dihindari dengan memberikan mereka pekerjaan, rumah atau pendidikan saja. Untuk mencari solusinya harus diawali dari akar penyebabnya, yakni: memberikan rasa dihormati. Karena hal ini sangat mendasar. Mereka sedang berada dalam fase mencari identitas. Bila membaca buku sejarah, yang diketengahkan hanyalah perang membasmi rasisme, sedangkan tidak disebutkan mereka asalnya dari mana.“
Diène menambahkan, nilai-nilai nasionalisme dan pengertian identitas mengalami evolusi, terutama dalam masyarakat yang multikulturel.