1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Perempuan Katolik di Jerman Tuntut Reformasi Gereja

24 September 2019

Perempuan Katolik di Jerman menuntut perubahan mendasar. Para uskup Jerman berada di bawah tekanan Vatikan sekaligus tekanan gerakan akar rumput gereja yang progresif.

Herbstvollversammlung der Deutschen Bischofskonferenz Demo der Katholischen Frauengemeinschaft
Foto: picture-alliance/dpa/F. Rumpenhorst

Kelompok Perempuan Katolik menggelar aksi di pusat kota Fulda hari Senin (23/9) menjelang Konferensi Wali Gereja Jerman. Mereka menuntut reformasi gereja dan kesetaraan hak antara perempuan dan laki-laki.

"Kami ingin bisa terlihat dan suara kami bisa didengar. Dan saya percaya, adalah kewajiban Gereja Katolik untuk lebih banyak mendengar kami," kata Mechthild Heil, Ketua Komunitas Perempuan Katolik Jerman, KFD.

Dengan sekitar 450.000 anggota, KFD adalah kelompok perempuan Katolik terbesar di Jerman. Sekarang kelompok ini mendesak agar perempuan mendapat akses ke semua jabatan dan posisi di gereja - termasuk menjadi pendeta Katolik atau pastor.

Gerakan protes di dalam organisasi Gereja Katolik yang digalang para anggota gereja sebenarnya sudah berlangsung cukup lama. Diawali dengan skandal pelecehan seksual di Gereja Katolik Jerman, ketika banyak kasus di sekolah-sekolah Katolik berasrama yang terungkap. Sejak itu, makin banyak kasus pelecehan seksual yang dilaporkan sendiri oleh para korban.

Selama beberapa dekade terakhir, tercatat lebih dari seribu pastor melakukan puluhan ribu pelanggaran pelecehan seksual terhadap ribuan korban. Kasus-kasus itu tadinya tidak diungkap secara terbuka dan hanya didiamkan, sampai sebuah studi pada musim gugur 2018 mengungkapkan luasnya skandal itu. Hal itu mendorong diskusi luas tentang pandangan patriarkal di Gereja Katolik yang memang masih didominasi oleh kaum lelaki.

Machthild Heil, Ketua Komunitas Perempuan Katolik JermanFoto: kfd/Tina Umlauf

Menuntut Kesetaraan

Diskusi di kalangan Gereja Katolik meluas menjadi pandangan menyeluruh tentang situasi gereja dan ketidakadilan yang ada dalam struktur gereja, termasuk posisi perempuan.

"Kita tidak bisa menghindari diskusi tentang (peran) perempuan," kata Uskup Osnabrück Franz-Josef Bode, Wakil Ketua Konferensi Wali Gereja Jerman. Bode dan para uskup lainnya telah menyerukan debat tentang mengizinkan diaken perempuan di gereja.

Banyak biarawati terkemuka kini melangkah lebih jauh lagi. Perempuan harus "mengajukan pertanyaan tentang kekuasaan," kata Suster Katharina Ganz, pemimpin biara Fransiskan di Oberzell. Dia menegaskan, tidak ada ajaran atau dogma gereja yang mengatakan bahwa perempuan harus dikucilkan dari pelayanan sebagai pastor atau bahkan uskup.

Itu sebabnya para aktivis perempuan Gereja Katolik sekarang berdemonstrasi menuntut kesetaraan hak. Ketua KFD Mechthild Heil mengatakan, selama 10 tahun terakhir pada setiap tanggal 10 September kelompoknya menggelar aksi dengan slogan: "Berjuang untuk gereja yang adil gender!"

Aksi kelompok perempuan Katolik itu bukan satu-satunya aksi protes yang akan berlangsung selama empat hari Konferensi Wali Gereja Jerman di Fulda. Pada hari Kamis, kelompok yang menamakan diri "Maria 2.0" merencanakan aksi bawah slogan "Sekarang saatnya: Perempuan Berjuang Untuk Gerejanya". Sedangkan Komunitas Pemuda Katolik (KjG) menyatakan akan mendorong perubahan struktural "yang berani" di gereja mereka.

Kepengurusan Gereja Katolik masih didominasi oleh kaum lelakiFoto: picture-alliance/dpa/F. Gentsch