Kotak Hitam Buktikan Kecelakaan Ethiopian Air Mirip Lion Air
18 Maret 2019
Analisis kotak hitam pesawat Boeing 737 MAX 8 yang jatuh di Ethiopia dan Indonesia memperlihatkan “kemiripan yang jelas” ungkap otoritas Addis Ababa. Tak hanya Boeing, pihak regulasi penerbangan AS turut dipertanyakan.
Iklan
Menteri Transportasi Ethiopia Dagmawit Moges mengungkapkan pada hari Minggu (17/03), berdasarkan analisis terhadap kotak hitam yang berisi flight data recorder atau data penerbangan, disimpulkan adanya indikasi bahwa kasus pesawat Ethiopian Airlines memperlihatkan "kemiripan yang jelas" dengan kecelakaan pesawat Lion Air di Indonesia.
"Ini adalah kasus yang sama dengan yang terjadi di Indonesia. Ada kesamaan yang jelas antara dua kecelakaan sejauh ini,” kata juru bicara Kementerian Transportasi Ethiopia, Muse Yiheyis seperti dikutip dari Reuters. Pasca kecelakaan, sistem keselamatan pesawat Boeing dipertanyakan sebab dua pesawat naas tersebut berjenis Boeing 787 MAX dan keduanya jatuh beberapa menit setelah lepas landas.
Kesimpulan tersebut diperoleh melalui data yang berhasil dipulihkan tim penyelidik Amerika dan Ethiopia di Prancis. Namun pejabat AS menyebutkan kepada Reuters, Badan Penerbangan Federal AS (FAA) dan Dewan Kelamatan Transportasi AS (NTSB) belum memvalidasi data tersebut. Proses verifikasi baru akan dilakukan ketika tim penyelidik Ethiopia kembali dari Prancis.
Tragedi Pesawat Lion Air
Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT610 jatuh ke laut setelah lepas landas dari Bandar Udara Soekarno-Hatta, Jakarta, menuju Pangkalpinang. Pesawat jatuh di perairan Tanjung Karawang, Senin pagi (29/10).
Foto: picture-alliance/E. Thompson
Menanti kabar
Anggota keluarga penumpang pesawat Lion Air sambil berdoa menunggu kabar nasib sanak saudaranya dengan penuh kekhawatiran. Foto diambil di bandara Depati Amir di Pangkal Pinang, Senin pagi (29/10). Pesawat mengangkut 188 orang, termasuk 1 anak-anak, 2 bayi dan 7 orang awak pesawat.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Sutrisno
Benda-benda yang ditemukan di laut
Ketua Basarnas M. Syaugi menyatakan Senin, "Ada puing-puing pesawat, pelampung, HP, dan ada beberapa potongan tubuh," yang ditemukan. Selain itu juga ditemukan sejumlah benda yang diduga milik penumpang pesawat yang jatuh di perairan Tanjung Karawang. Antara lain tas, dompet dengan uang dan kartu tanda pengenal dan unit ponsel.
Foto: picture-alliance/dpa/BNPB
Lokasi jatuhnya pesawat
Kedalaman air di lokasi jatuhnya Lion Air sekitar 30-35 meter. Sejauh ini badan pesawat belum ditemukan. Ketika ditanya jumlah anggota tim yang dikerahkan untuk mencari pesawat, Deputi Operasi Basarnas Nugroho Budi W mengatakan: "Sampai saat ini 350 orang tapi nanti ditambah lagi untuk mempercepat evakuasi. Nelayan juga banyak yang mau bergabung.
Foto: picture-alliance/dpa/Z.Kaixin
Penyebab jatuhnya pesawat masih tanda tanya
Pesawat berjenis Boeing 737 MAX 9 tersebut diketahui sempat mengalami masalah teknis pada penerbangan sebelumnya. Sebelum hilang kontak, pilot pesawat sempat meminta izin return to base (RTB) ke petugas pengawas Bandara Soekarno-Hatta. Demikian keterangan Kepala Kantor SAR Pangkal Pinang Danang Priandoko, seperti dilaporkan kompas.com. Foto arsip: Pesawat Thai Lion Air, Boeing 737 MAX 9. (hp/ml)
Foto: picture-alliance/E. Thompson
4 foto1 | 4
Sistem anti-stall Boeing penyebab kecelakaan?
Tim investigasi masih menganalisis temuan awal dari kecelakaan Lion Air JT 610 yang terjadi Oktober lalu di Jakarta. Besar kemungkinan ada fungsi yang bermasalah pada fitur sistem anti-stall yang dikenal dengan sebutan MCAS (Manuevering Characteristics Augmentation System).
Perusahaan Boeing hari Minggu (17/03) menyebutkan mereka bersiap untuk merilis perangkat lunak yang akan menyempurnakan sistem tersebut.
"Sementara para penyelidik terus berkerja untuk mencari penyebab yang pasti, Boeing sedang menyelesaikan pengembangan perangkat lunak seperti yang disampaikan sebelumnya dan memperbaruhi pelatihan pilot yang akan menangani aturan yang mengontrol perilaku penerbangan MCAS dalam menanggapi data input sensor yang salah," ungkap Presiden dan CEO Boeing, Dennnis Muilenburg.
Boeing mengembangkan sistem anti-stall karena letak posisi mesin pesawat yang terlalu ke depan sehingga perangkat lunak tersebut dapat difungsikan untuk menghindari kegagalan dengan mengukur kecepatan dan angle of attack pesawat.
JT610 Alami Kerusakan Speed Indicator
01:06
Sertifikasi bermasalah
Penyelidikan masih akan memakan waktu berbulan-bulan, namun tekanan besar kini menyasar FAA terkait proses sertifikasi. Sejumlah pengamat mempertanyakan mengapa FAA tetap memberikan lampu hijau terhadap sistem MCAS ketika sebelumnya banyak pilot AS yang secara serius telah mempersoalkan sistem tersebut.
FAA membantah dan menegaskan telah mengikuti standar prosedur. "Sertifikasi 737 MAX mengikuti standar proses sertifikasi FAA,” ungkapnya secara tertulis kepada AFP.
FAA kini berada di bawah "penyelidikan tidak biasa" kementerian transportasi AS terkait masalah ini, khususnya kantor FAA di Seattle. Pesawat Boeing dibangun di dekat Seattle, AS. Harian The Seattle Times mengungkap bahwa FAA telah mendelegasikan sebagian dari proses sertifikasi untuk pesawat – termasuk MCAS – kepada para insiyur Boeing.
Analisis keselamatan yang asli yang diberikan Boeing kepada FAA berisi "beberapa kelemahan penting," tulis surat kabar tersebut, seraya menambahkan bahwa proses tersebut dilakukan secara tergesa-gesa sebab Boeing sedang mengejar ketertinggalan akibat persaingan binis dengan kompetitornya, Airbus yang baru meluncurkan jenis A 320 Neo. Model tersebut laku keras untuk pasar penerbangan jarak dekat. Laporan yang dimaksud dikeluarkan 11 hari sebelum kecelakaan Ethiopian Airlines, tulis surat kabar tersebut lebih lanjut.
Sejarah Pendek Airbus A380
Karena pesanan kurang, akhirnya Airbus menghentikan produksi pesawat raksasa A380. Ketika diperkenalkan tahun 2007, A380 sempat disebut-sebut sebagai terobosan baru dunia penerbangan komersial.
Foto: Master Films/P. Pigeyre
Raksasa udara
Ketika diperkenalkan kepada publik Oktober 2007, Airbus A380 membuat dunia penerbangan heboh. Dengan panjang 72,7 meter dan lebar rentang sayap 79,8 meter, Airbus dirancang sebagai pesawat penumpang terbesar dunia.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Matthews
Pemesan pertama
Singapore Airlines adalah maskapai penerbangan pertama yang memesan A380. Di landasan bandara Toulouse, pemilik A380 yang baru mendukomentasikan peristiwa serah terima pada 15 Oktober 2007.
Foto: Airbus
Kapasitas sampai 850 penumpang
Pesawat superjumbo A380 ini bisa mengangkut lebih dari 500 penumpang, itu berarti sedikitnya 100 penumpang lebih banyak daripada Boeing 747, pesawat pesaingnya yang paling populer. A380 yang baru bertingkat dua, di kelas satu ada tempat tidur untuk penumpang. Tergantung konfiguasrinya, pesawat ini punya kapasitas sampai 850 penumpang.
Foto: AP
Penerbangan kelas mewah
A380 punya ruangan luas, jendela-jendela besar, langit-langit tinggi, dan mesin yang lebih tenang. Ada tempat mandi khusus, lounge, toko-toko 'dutyfree' dan bar. Penumpang juga bisa memesan kamar pribadi untuk penerbangan mereka.
Foto: Emirates Airline
Sejak awal banyak masalah
Sejak awal produksinya, A380 mengalami sejumlah masalah teknis. Maskapai pemesan Qantas, Emirates dan Singapore Airlines semuanya melaporkan penerbangan A380 yang bermasalah. Januari 2012, Qantas dan Singapore Airlines menemukan retakan di sayap A380 mereka. Investigasi menemukan masalah material dan manufaktur, dengan biaya reparasi sampai 263 juta Euro.
Foto: picture-alliance/dpa/C. Blumberg
Kapasitas terlalu besar dan tidak menguntungkan
Dalam hal penjualan tiket, masalah utama A380 adalah besarnya kapasitas. Maskapai penerbangan mengatakan, mereka tidak bisa menjual semua kursi untuk mencapai keuntungan. "Ini pesawat yang membuat direktur khawatir, karena risiko gagal jual terlalu tinggi, dengan jumlah begitu banyak kursi," kata satu narasumber di industri penerbangan.
Foto: picture-alliance/ dpa
Pembatalan pemesanan
Januari dan Februari 2019, Emirates dan Qantas membatalkan pesanan untuk A380. Emirates memutuskan untuk memesan beberapa pesawat lebih kecil dari Airbus sementara Qantas menarik pesanannya untuk pembelian delapan A380.
Foto: picture-alliance /M. Mainka
Produksi dihentikan tahun 2021
Airbus lalu mengumumkan akan menghentikan produksi A380 pada tahun 2021, karena kurangnya pesanan. Tamatlah riwayat pesawat penumpang terbesar dunia ini, sebuah proyek yang paling ambisius dan paling bermasalah di dunia penerbangan komersial.(Teks: Louisa Wright/Ed: hp/ts)