Doa Tokoh Muslim di Kamp Auschwitz Membuat Haru Tamu Yahudi
24 Januari 2020
Jelang peringatan 75 tahun pembebasan kamp konsentrasi Nazi, Auschwitz, Polandia, tokoh muslim dan Yahudi berdoa bersama di situs peringatan tersebut. Pertemuan ini penuh kejutan dan momen yang menyentuh.
Iklan
Sebuah konvoi kendaraan yang dihimpit mobil polisi tiba di kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau, Polandia, setelah telat selama 30 menit. Namun apa artinya waktu 30 menit untuk sesuatu yang telah disiapkan selama 20 tahun? Karena pada siang yang dingin membeku itu, tokoh-tokoh Islam terkemuka hadir sebagai peringatan atas getirnya kejahatan kemanusiaan Nazi Jerman terhadap kaum Yahudi.
Sekretaris Jendral Liga Muslim Dunia, Syeikh Mohammed Abdul Karim al-Issa dan sejumlah tokoh Islam asal Maroko tiba bersama jajaran fungsionaris Komite Yahudi Arab (AJC). Organisasi yang didirikan pada tahun 1906 itu aktif membina dialog dengan kaum muslim sejak 20 tahun terakhir.
Bergandeng Tangan
Al-Issa memasuki Kompleks Ausschwitz bersama Direktur AJC, David Harris. Ulama berusia 54 tahun asal Mekkah itu sejak beberapa tahun terakhir berusaha membangun jembatan dialog dengan organisasi Yahudi. Dia dan Harris yang berusia 70 tahun kini berteman dekat.
Kali ini al-Issa membawa serta delegasi berisikan 20 perwakilan umat Islam dari Indonesia, Amerika Serikat, kawasan Balkan hingga Skandinavia.
Selama 30 menit anggota delegasi berada di ruang-ruang pameran yang menyimpan “bukti-bukti kejahatan kemanusiaan Nazi Jerman.“ Dua anggota delegasi dari Singapura dan Tunisia memutuskan keluar ruangan lebih dini. “Terlalu mengerikan,“ kata mereka.
Torah dan Alquran
Ari Gordon, fungsionaris AJC yang bertugas membangun ruang dialog antara Yahudi dan Islam, mengutip Torah dan Alquran ketika berpidato.
Pria yang merupakan penyintas Holocaust itu lihai beralih cakap dari bahasa Inggris, Ibrani dan bahasa Arab, ketika mengucap doa dan mengenang penderitaan kaum Yahudi di era Nazi dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Anggota delegasi tidak lupa membakar lilin penghormatan pada salah satu tugu peringatan.
Doa dalam beragam bahasa mengalun lirih. Seorang rabi menyanyikan Qaddish, doa ratapan umat Yahudi. Sebagian menggelar tikar di atas lantai yang dingin, untuk para ulama yang ingin menunaikan sholat ke arah Kiblat.
Tidak sedikit tamu Yahudi yang terharu menyimak adegan syahdu tersebut. "Kami tahu mereka akan datang," kata salah seorang dari mereka. "Tapi tetap saja kami tidak siap melihat hal ini."
Seorang pegawai museum asal Polandia mengaku baru pertama kali melihat tokoh agama, termasuk perwakilan umat muslim, berdoa di depan tugu peringatan.
"Kejahatan Kemanusiaan"
Seusai berdoa, Syeikh al-Issa mengaku tamu muslim ikut "tersentuh" menyimak sejarah Auschwitz, bukti-bukti kejahatan kemanusiaan atas kaum Yahudi. Apa yang terjadi di sana adalah "kejahatan atas kemanusiaan", kata dia. Menurutnya "adalah tanggung jawab masyarakat dunia untuk memastikan tragedi itu tidak akan terulang kembali."
Syeikh al-Issa menilai semua umat manusia harus melindungi perdamaian dan memerangi kejahatan. "Kita berdoa kepada Allah agar kiranya kita dibantu mencapai perdamaian. Damai adalah kata yang besar.."
Di kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau, sebanyak 1,1 juta warga Yahudi tewas di kamar gas, atau lewat kerja paksa.
"Di mana Tuhan?"
Direktur AJC, Harris, yang juga penyintas Holocaust menyebut kunjungan al-Issa sebagai "hari bersejarah." Pertanyaan retorik "Di mana Tuhan?" yang acap menggema di Auschwitz, diubahnya menjadi "Di mana umat manusia?"
Auschwitz, menurut Harris, adalah sebuah pengkhianatan kepada Tuhan. Tidak sedikit perwira Nazi sebenarnya berasal dari kalangan akademisi dan kaum terdidik. Mereka menguasai ilmu, namun tidak menguasai rasa kemanusiaan, kata Harris. Dia menegaskan, manusia selalu memiliki pilihan ketika dihadapkan pada kebiadaban.
Harris mengaku dirinya dan al-Issa "telah membuat pilihan sendiri. Pilihan kami bernama salam, shalom atau perdamaian, kehidupan bersama, persahabatan dan sikap saling memahami." Tidak ada tempat yang lebih cocok untuk mengungkapkan kalimat tersebut kecuali di sini, kata Harris, di samping kamar gas di Auschwitz.
Ujung-ujungnya, tidak ada lagi yang bisa mengingat waktu 30 menit yang menghilang akibat keterlambatan delegasi. Pada akhir lawatan yang berlangsung lebih lama dari rencana selama dua jam itu, bus-bus dan mobil Limousine hitam menjemput delegasi untuk membawa mereka pulang ke Warsawa. Di sana anggota delegasi sudah disambut acara lain, yakni kunjungan resmi ke masjid dan sinagoge terbesar di ibu kota Polandia.
(Ed: ap/vlz)
Auschwitz - Menengok Kekejaman Sebuah Kamp
Kamp konsentrasi Auschwitz berhasil dibebaskan pasukan Soviet, 27 Januari 1945. Sejak tahun 1996, tanggal ini dijadikan sebagai hari peringatan bagi para korban kekejaman Nationalsozialismus (Nazi).
Foto: AP
Pembebasan
75 tahun lalu, Tentara Merah berhasil membebaskan kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan Auschwitz-Birkenau. Antara tahun 1940-1945, lebih dari satu juta orang, kebanyakan warga Yahudi, tewas dibunuh di kamp ini. Ketika tentara Soviet membebaskan kamp, mereka hanya menemukan sekitar 7000 orang yang selamat. Tampak dalam foto yang diambil Januari 1945, tiga orang penghuni kamp yang berhasil selamat.
Foto: AP
Hampir Mati Kelaparan
10 hari sebelum Tentara Merah membebaskan kamp ini, Nazi menggiring sekitar 60 ribu tawanan, dengan apa yang disebut Todesmarsch atau Mars Kematian, ke kamp lain. Mereka yang tinggal di kamp adalah para tahanan yang kondisinya telah lemah akibat kelaparan.
Foto: AP
Tahanan Anak
Nazi menahan sekitar 232 ribu anak-anak di Auschwitz-Birkenau. Kebanyak dari mereka adalah anak-anak keturunan Yahudi. Selain itu terdapat juga anak-anak Roma, anak-anak yang dikirim dari Polandia, Rusia dan Ukraina. Saat ini, masih hidup sekitar 300 anak dari 2000 anak yang berhasil diselamatkan 70 tahun lalu.
Foto: AP
Sinisme Nazi
"Arbeit macht frei“ atau terjemahan harfiahnya "Kerja Dapat Membebaskan“, semboyan yang terpampang di depan gerbang utama kamp konsentrasi Auschwitz I. Tahun 2009, plang tulisan asli di gerbang ini telah dicuri, dan diganti dengan satu replika. Plang asli yang berhasil ditemukan kembali kini disimpan di museum.
Foto: AP
Holocaust
Auschwitz-Birkenau merupakan kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan terbesar yang dibangun Nazi. Dan kamp ini merupakan satu-satunya yang berhasil dipertahankan kondisinya sesuai dengan kondisi ketika kamp ini dibebaskan tahun 1945 – atau seperti tampak dalam foto yang dibuat tahun 1946.
Foto: AP
Tugu Peringatan Asli
Untuk mempertahankan kamp ini sebagai tugu peringatan, Polandia telah membentuk satu yayasan. Jerman telah menjanjikan 120 juta Euro dana yang dibutuhkan, sehingga pekerjaan pemeliharaan dapat terus dilaksanakan dalam tahun-tahun mendatang. Foto yang diambil tahun 1958 memperlihatkan gudang penyimpanan di balik pagar listrik tegangan tinggi
Foto: AP
Pembunuh
Salah satu dari 116 foto langka para petinggi Nazi di Auschwitz ini diambil pada tahun 1944. Richard Bär, yang sejak Mei 1944 memegang komando tertinggi di Auschwitz, di sebelahnya, Dr. Josef Mengele, komandan di Birkenau, Josef Kramer (tertutup wajahnya), serta mantan komandan Auschwitz Rudolf Höß. Pria paling kanan tidak diketahui identitasnya.
Foto: AP
Fotografer
Wilhelm Brasse berusia 25 tahun ketika tiba sebagai tahanan politik di Auschwitz. Atas perintah SS, ia membuat foto dari sekitar 40 ribu tahanan. Ia pun diharuskan mendokumentasikan eksperimen medis brutal yang dilakukan Dr. Mengele. Akibat trauma, setelah perang berakhir, tidak pernah sekalipun menyentuh kamera lagi. Kisah Brasse diabadikan dalam satu film Polandia berjudul "Potrecista“.
Foto: dpa
Seleksi
Foto dari tahun 1944 yang kini tersimpan di Museum Yad Varshem ini memperlihatkan para perempuan dan anak-anak, yang dipisahkan dari kelompok laki-laki. Mereka sedang menjalani psores ‚penyeleksian, ketika tiba di Auschwitz-Birkenau.
Foto: AP
Kerja Rodi
Mereka yang lolos dari 'seleksi’ diharuskan melakukan kerja yang berat. Tampak dalam foto, para perempuan yang lolos seleksi berdiri dalam antrian untuk menerima perintah kerja.
Foto: AP
Barak Perempuan
Kelaparan dan kedinginan merupakan keseharian yang harus dijalani para perempuan penghuni kamp di Birkenau. Mereka ditempatkan dalam barak terpisah di lokasi kamp.
Foto: dpa
Warisan Holocaust
Di area kamp Auschwitz seluas hampir 200 hektar terdapat 300 barak tahanan. Banyak bagian dari kamp konsentrasi Auschwitz yang sampai sekarang tetap terpelihara keasliannya dan dijadikan sebagai tugu peringatan serta museum kekejaman Holocaust. Museum ini juga dijadikan pusat penelitian Holocaust.
Foto: dpa
Krematorium
Auschwitz-Birkenau memiliki enam kamar gas serta empat krematorium. Rasa kengerian masih dapat dirasakan para pengunjung ketika melihat bekas oven pembakaran jenazah ini. Banyak tahanan dari seluruh Eropa dibunuh pada hari kedatangan mereka dan jenazah mereka dibakar di tempat ini.
Foto: AP
Rencana Pemusnahan
Salinan asli dari rencana pembangunan kamp konsetrasi dan kamp pemusnahan Auschwitz tahun 1941 dan 1942. Salinan asli ini kini disimpan di Museum Holocaust Yad Vaschem di Yerusalem. Dalam salinan ini digambarkan berapa besar dan di mana saja akan dibangun kamar gas dan oven pembakaran korban. Salinan ini ditemukan pada tahun 2008 di sebuah apartemen di Berlin.