Donald Trump menjadi mantan presiden AS pertama yang terlibat pidana. Trump didakwa atas kasus uang tutup mulut yang dibayarkan kepada bintang film porno Stormy Daniels.
Iklan
Dewan juri pengadilan di Manhattan, New York, memutuskan mendakwa mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, atas kasus uang tutup mulut yang dibayarkan kepada bintang film porno Stormy Daniels.
Dakwaan ini menjadikan pria berusia 76 tahun itu sebagai mantan presiden AS pertama yang didakwa melakukan kejahatan.
Jaksa Wilayah Manhattan, Alvin Bragg, mengatakan bahwa mereka telah menghubungi pengacara Trump untuk mengkoordinasikan penyerahan dirinya.
"Panduan akan diberikan ketika tanggal dakwaan dipilih," kata Bragg lewat pernyataan tertulis.
Pada tanggal 18 Maret, Trump memposting di platform media sosial miliknya, yakni Truth Social, mengatakan bahwa dia akan ditangkap dalam beberapa hari. Oleh karena itu, New York bersiap menghadapi kemungkinan protes dari para pendukung Trump.
Iklan
Apa yang DW ketahui tentang dakwaan tersebut?
Dakwaan yang tepat belum jelas. Namun, dikutip oleh kantor berita Associated Press (AP), Joe Tacopina, pengacara Trump, mengatakan bahwa dakwaan tersebut terkait dengan pembayaran yang dilakukan selama kampanye kepresidenan tahun 2016 untuk menghindari skandal.
Daniels diduga menerima $130.000 (Rp1,9 miliar) beberapa minggu sebelum pemilihan untuk tidak mempublikasikan hubungan seksual yang katanya dilakukan dengan Trump, satu dekade sebelumnya.
Michael Cohen, mantan pengacara Trump, sebelumnya mengatakan kepada Kongres bahwa ia melakukan pembayaran kepada Daniels atas nama Trump dan kemudian uangnya diganti. Cohen juga telah memberikan kesaksian di hadapan dewan juri New York.
Trump telah membantah tuduhan tersebut.
Surat dakwaan tersebut kemungkinan akan dibuka oleh hakim dalam beberapa hari mendatang.
Foto-foto Saat Massa Pendukung Trump Menyerbu Gedung Capitol AS
Massa pendukung Presiden Donald Trump menyerbu Gedung DPR AS dalam upaya membatalkan kekalahan Trump. Foto-foto berikut ini menggambarkan insiden penyerbuan di Gedung Capitol saat perusuh bentrok dengan pasukan keamanan.
Foto: Saul Loeb/AFP/Getty Images
Bentrok antara pengunjuk rasa dan polisi
Massa pendukung Presiden AS Donald Trump bentrok dengan aparat keamanan di depan Gedung Capitol di Washington DC pada 6 Januari. Kongres AS sedang mengadakan sidang untuk meratifikasi kemenangan 306-232 Presiden terpilih Joe Biden atas Presiden Trump.
Foto: Stephanie Keith/REUTERS
Demonstran yang marah menyerbu Gedung Capitol
Awalnya, pendukung Trump yang agresif berunjuk rasa di luar Gedung Capitol AS. Namun, mereka akhirnya mencoba menerobos masuk ke dalam gedung dan polisi gagal menahan massa yang marah.
Foto: Roberto Schmidt/AFP/Getty Images
Pendukung Trump menerobos masuk
Massa pendukung Trump yang marah menerobos Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021, saat Kongres mengadakan sidang untuk meratifikasi kemenangan Presiden terpilih Joe Biden dari hasil Electoral College atas Presiden Trump.
Foto: Win McNamee/Getty Images
Petugas keamanan Gedung Capitol berjaga penuh
Petugas keamanan Gedung Capitol AS berjaga penuh saat menangani kerusuhan ketika pengunjuk rasa mencoba masuk ke House Chamber, ruangan paling inti, tempat para legislator berkumpul untuk meratifikasi pemungutan suara Electoral College.
Foto: J. Scott Applewhite/AP Photo/picture alliance
Petugas keamanan menahan para perusuh
Petugas keamanan mencoba menahan para perusuh yang berada di lorong di luar ruang Senat. Sementara, para anggota parlemen dibawa ke tempat aman.
Foto: Manuel Balce Ceneta/AP Photo/picture alliance
Mengambil alih ruang Senat
Setelah berhasil menerobos keamanan Gedung Capitol, seorang pengunjuk rasa berlari ke tengah ruang Senat dan meneriakkan "Kebebasan!"
Foto: Win McNamee/Getty Images
Perusuh menyerbu ruang Senat
Seorang perusuh berhasil menerobos keamanan Gedung Capitol, dan melompat dari atas galeri umum ke ruang Senat.
Foto: Win McNamee/Getty Images
Anggota parlemen berlindung di House Chamber
Para anggota parlemen dengan panik mencari tempat berlindung di ruang galeri DPR, saat para pengunjuk rasa mencoba menerobos masuk. Menurut seorang jurnalis Gedung Putih, para anggota parlemen diberi masker gas yang berada di bawah kursi.
Foto: Andrew Harnik/AP Photo/picture alliance
Pengunjuk rasa menduduki kantor anggota parlemen
Massa pendukung Trump mengambil alih kantor yang telah dikosongkan. Anggota parlemen berhasil dibawa ke tempat aman.
Foto: Saul Loeb/AFP/Getty Images
Petugas tak berhasil menahan
Polisi dan petugas keamanan Gedung Capitol gagal menahan pengunjuk rasa yang menerobos masuk ke Rotunda dan kantor anggota parlemen. Seorang pria bahkan memboyong podium yang biasa digunakan oleh Ketua DPR Nancy Pelosi untuk berpidato.
Foto: Win McNamee/Getty Images
Petugas menembakkan gas air mata
Petugas keamanan menembakkan gas air mata untuk membubarkan para perusuh di luar Gedung Capitol.
Foto: Andrew Caballero-Reynolds/AFP/Getty Images
Ledakan di luar Gedung Capitol
Sebuah ledakan terjadi di luar Gedung Capitol ketika polisi berusaha menghalau laju massa pendukung Trump. Kepolisian Washington dan Garda Nasional telah dikerahkan untuk membubarkan para pengunjuk rasa.
Foto: Leah Millis/REUTERS
Upaya membubarkan pengunjuk rasa
Petugas Garda Nasional dan kepolisian Washington DC dikerahkan ke Gedung Capitol untuk membubarkan pengunjuk rasa. Jam malam di seluruh kota diberlakukan dari pukul 6 sore hingga pukul 6 pagi. (Ed: pkp/rap)
Penulis: Kristin Zeier
Foto: Spencer Platt/Getty Images
13 foto1 | 13
Trump sebut dakwaan tersebut sebagai 'campur tangan pemilu'
Trump mengutuk keras dakwaan tersebut sambil mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ini adalah "penganiayaan politik dan campur tangan pemilu pada tingkat tertinggi dalam sejarah."
Mantan presiden ini juga menyerang Jaksa Wilayah Manhattan, Bragg.
Trump mengatakan bahwa Bragg "melakukan pekerjaan kotor Joe Biden."
"Saya yakin tindakan ini akan menjadi bumerang bagi Joe Biden. Rakyat Amerika menyadari dengan pasti apa yang sedang dilakukan oleh kaum radikal kiri Demokrat di sini. Semua orang bisa melihatnya," kata Trump.
Tuduhan ini muncul ketika Trump berusaha mendapatkan nominasi dari Partai Republik untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2024. Pada Kamis (30/03), dia mengindikasikan bahwa dia berniat untuk tetap mengikuti pemilihan.
Partai Republik mengutuk, Partai Demokrat memuji
Dakwaan ini dikritik secara luas oleh Partai Republik. Mantan pengacara Trump, Rudy Giuliani, menggambarkan hari Kamis (30/03) sebagai "hari yang menyedihkan bagi Amerika" di Twitter.
Sementara itu, Senator AS dari Partai Republik, Ted Cruz, menggambarkan dakwaan tersebut sebagai "eskalasi bencana dalam mempersenjatai sistem peradilan."
Sementara itu, perwakilan Partai Demokrat Adam Schiff dari California mengatakan bahwa meskipun dakwaan terhadap seorang mantan presiden belum pernah terjadi sebelumnya, "begitu juga dengan tindakan melanggar hukum yang dilakukan Trump."