Selama 40 tahun Donald Trump kukuhkan sendiri citranya: kasar dan vulgar sehingga jadi bahan olokan. Dua penulis biografinya menilai, kepribadian Trump terutama terdiri dari tiga kata: cinta diri sendiri.
Iklan
Jika kedua penulis biografi Trump ditanya bagaimana sosok Trump, mereka akan menggunakan kata-kata berikut: agresif, bicara tak teratur, tidak berprinsip, materialis, tukang bual, licik, tidak punya disiplin, juga karismatik. Tapi dua kata yang paling menonjol adalah: narsisme dan "salesman".
Ia menjual diri sendiri, demikian Gwenda Blair yang menulis dua buku tentang Trump dan keluarganya. Kalau dikritik ia bereaksi agresif. Timothy L. O'Brien, penulis buku "TrumpNation," sependapat dengan Blair. Trump pernah menuntutnya karena menulis bahwa Trump sebenarnya tidak sekaya yang dipamerkannya. Trump seperti anak laki-laki yang berumur tujuh tahun. Blair dan O'Brien setuju, tidak ada versi lain Donald Trump, selain yang tampak pada televisi.
Trump sediakan kambing hitam
Walaupun mengkritik Trump mudah, kedua penulis menilai sangat penting juga untuk tidak menganggap ringan kemampuannya mengarahkan kemarahan banyak orang Amerika.
"Pencalonan diri Donald Trump menggambarkan besarnya dampak krisis keuangan 2008 lalu," kata O'Brien says. Krisis menyebabkan banyak orang dari kelas menengah khawatir akan masa depan. Blair mengungkap, banyak orang merasa tidak dipedulikan dan tidak puas dengan pemerintah. Untuk itu harus ada yang jadi kambing hitam. Itulah yang disodorkan Trump. "Sebuah daftar panjang orang-orang yang bisa disalahkan, mulai dari imigran, warga Meksiko, warga Muslim, kaum perempuan, sampai media yang katanya berbohong." Demikian Blair
Kemampuan Trump ini, kata Blair, berdasar pada keyakinannya. Yaitu: ia yakin bahwa jadi kaya adalah asprirasi hidup tertinggi, dan meraih kemenangan adalah hal yang paling penting.
Takut hadapi diri sendiri?
Di masa lalu, Trump sudah mengumumkan tiga kali, bahwa ia akan mencalonkan diri, tapi akhirnya batal ketika situasi mulai serius. O'Brien mengatakan, Trump tidak pernah membuat rencana jangka panjang. Ia berpendapat, Trump beralih ke politik, setelah karirnya mandeg, dan ia berubah dari pengembang real estate menjadi selebiri TV.
Trump Yang Mungkin Tidak Anda Ketahui
Tahukah Anda bahwa presiden AS ini sama sekali tidak minum alkohol dan pernah meraih piala Razzie sebagai peran pembantu terburuk dalam sebuah film? Simak fakta menarik lainnya pada galeri berikut!
Foto: Getty Images/AFP/W. McNamee
Tidak Harus Bekerja
Warisan uang dari ayah Trump sebenarnya akan lebih menguntungkan jika tidak dijadikan dana investasi ribuan bisnis Donald Trump dan hanya disimpan dalam bentuk reksadana yang kini nilainya sudah pasti berlipatganda.
Foto: picture-alliance/AA
Remaja Nakal
Saat remaja Trump bermasalah di sekolahnya di Queens. Orangtuanya lalu memutuskan untuk 'memberi hukuman' dengan memindahkan Trump ke sekolah militer di New York. Dari sana, Trump kuliah di Fordham University, lalu pindah ke University of Pennsylvania's Wharton School. Ia lulus tahun 1968.
Foto: picture alliance/landov
Tidak Minum Alkohol
Banyak yang tidak mengetahuinya. Tapi Trump sama sekali tidak minum alkohol. Mungkin ini ada hubungannya dengan kematian kakak laki-lakinya Fred yang kecanduan akohol. Tapi ironisnya, tahun 2006 ia mendirikan pabrik destilasi vodka dengan produk yang diberi nama Trump Vodka.
Foto: fotolia/Storm Flash
Tidak Pernah Gunakan ATM
Saat diwawancarai Conan O’Brien dalam acara televisi Late Night With Conan O’Brien,Donald Trump mengaku belum pernah menggunakan mesin ATM.
Foto: Fotolia/meryll
Makan Pizza dengan Garpu dan Pisau
Tidak seperti kebanyakan orang, Trump hanya menyantap pizza dengan menggunakan pisau dan garpu. Alasannya, karena lebih nyaman dan agar ia tidak kotor.
Foto: Colourbox
Germaphobia
Trump menderita fobia yang disebut germaphobe. Ia terobsesi dengan kebersihan dan takut terkena kuman jika bersentuhan dengan orang lain. Sulit bagi seorang calon presiden. Tapi sebisa mungkin, Trump selalu menghindari untuk bersentuhan dengan orang lain.
Foto: Reuters/L. Jackson
The Game
Papan mainan ini dirilis Milton Bradley tahun 1989 menyusul kesuksesan Trump di dunia real estate. Pada "The Game", pemainnya bisa mencoba dan mengikuti cara Trump menjadi kaya atau kehilangan semuanya. Permainan ini gagal total di pasaran.
Foto: Getty Images/S. Platt
Razzie Award
Trump sudah sering tampil sebagai cameo di banyak film. Tapi perannya yang terburuk adalah di film Ghosts Can’t Do It. Film ini meraih piala Razzie sebagai film terburuk di tahun 1990 dan Trump 'menang' sebagai pemeran pembantu pria terburuk.
Foto: picture alliance/ZUMA Press/a75
Walk of Fame
Trump memiliki bintang di Hollywood Walk of Fame tahun 2007 berkat kepopuleran show televisinya The Apprentice. Juli 2016, orang tak dikenal memasang tembok disekeliling bintang Trump, lengkap dengan kawat berduri diatasnya dan stiker bertuliskan 'jangan masuk' dan 'berhenti membuat orang bodoh jadi terkenal'.
Foto: picture-alliance/dpa/N. Stern
Tawarkan Gratis Main Golf Seumur Hidup Bagi Obama
Trump pernah menawarkan presiden AS Barack Obama untuk main golf secara gratis seumur hidup di salah satu lapangan golf miliknya. Syaratnya, Obama harus mengundurkan diri sebagai presiden.
Foto: picture alliance/dpa/D. Lawson
10 foto1 | 10
Kedua penulis biografinya ragu bahwa Trump punya keyakinan politik tertentu. Di masa lalu Trump sudah pernah mendukung calon independen dan calon yang berhaluan kiri. Posisi Trump sekarang kemungkinan diambilnya hanya karena di kubu Republik ada peluang. Namun ia tampaknya juga punya ketidaksukaan tersendiri terhadap Barack Obama yang mengoloknya di depan publik, ujar kedua penulis.
Tokoh bagus untuk "entertainment" tapi berbahaya
Dalam banyak situasi, tidak adanya keyakinan politik pada diri Trump bisa menguntungkan. Tapi menurut kedua penulis biografinya, itu adalah tanda bahwa ia tidak punya karakter. Menurut Blair, "Trump tidak dibatasi ideologi atau moral apapun. Jadi dalam situasi tertentu ia bisa menemukan jalan untuk sukses walau sebelumnya tampak tidak mungkin." Tapi untuk semua itu jelas tidak ada dasar etis maupun moral apapun.
Jika yang penting dalam pemilu AS hanyalah menangkap ketidakpuasan rakyat, Trump adalah calon yang tepat. Tetapi, walaupun banyak orang tidak suka saingannya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, ia masih bisa dipercaya ketimbang Trump yang kerap dianggap sakit jiwa.
Isu Utama Kampanye Pemilu Presiden AS
Opini rakyat AS terpecah-belah dalam banyak isu politik. Baik urusan pemberantasan terorisme, aborsi atau pembatasan kepemilikan senjata. Ini beberapa yang paling penting.
Foto: Reuters/J. Young
Pembatasan Pemilikan Senjata
Baik di gereja di Charleston, di sekolah dasar di Sandy Hook, atau di bioskop di Aurora, penembakan masal sudah jadi hal yang sering terjadi di AS. Menjelang akhir masa jabatannya, Obama berusaha ketatkan kontrol senjata di negaranya. Tapi ini isu yang memecah-belah warga. Banyak warga AS menolak langkah yang membatasi kepemilikan senjata.
Foto: Reuters/A. Latif
Reformasi Asuransi Kesehatan
Kemungkinan tidak ada isu paling besar yang pisahkan kubu Republik dan Demokrat selain reformasi asuransi kesehatan yang dicanangkan Presiden Barack Obama, dijuluki Obamacare. Itu membuat hampir semua orang AS harus punya asuransi kesehatan. Banyak calon Demokrat ingin perluas Obamacare, sementara sebagian besar calon Republik akan menghapusnya jika terpilih jadi presiden.
Foto: Reuters/J. Rinaldi
Terorisme
Serangan teroris di San Bernardino, yang sebabkan 14 orang tewas, kembali sulut debat soal keamanan nasional dan pemberantasan terorisme. Kandidat presiden dari Partai Republik kritik Obama karena dianggap lemah mengatasi masalah terorisme. Donald Trump, calon dari kubu Republik bahkan usulkan larang masuknya semua orang beragama Islam ke AS.
Foto: Getty Images/AFP/S. M. Haffey
Imigrasi
Di samping itu Trump juga ingin mencegah masuknya orang Meksiko ke AS, dan usulkan pendirian tembok sepanjang perbatasan AS-Meksiko. Calon lainnya lebih liberal, dan usulkan UU imigrasi baru, yang setidaknya menawarkan perspektif bagi 11 juta imigran gelap di AS. Karena semakin kuatnya kemungkinan dukungan dari warga "Hispanic", imigrasi jadi salah satu isu penting pemilu presiden AS.
Foto: Getty Images/AFP/R. Schedmidt
Aborsi
Ini debat yang tak kunjung henti di AS. Pilihannya: "pro-choice" atau "pro-life", antara hak memilih (aborsi), atau hak untuk hidup. Bagi banyak warga konservatif dan kelompok religius AS, aborsi adalah dosa. Banyak calon dari kubu Republik menolak aborsi, karena gerakan pro-choice memperjuangkan hak perempuan untuk memilih aborsi secara legal.
Foto: Getty Images/AFP/M. Ngan
Keadilan Sosial
Distribusi kekayaan di AS sangat tidak merata. Menurut peneliti di Kalifornia, 1% warga terkaya AS memiliki kekayaan sama seperti jumlah kekayaan 90% warga di golongan bawah. Kemungkinannya kecil AS akan punya sistem keadilan sosial seperti di Eropa. Tapi dengan munculnya Bernie Sanders dari Partai Demokrat, kampanye kali ini jadi punya fokus kuat pada kekayaan dan ketidakadilan.
Foto: Reuters/L. Jackson
6 foto1 | 6
"Sesumbar Trump menunjukkan, dalam hal apa ia tidak percaya diri," kata O'Brien, seraya menambahkan, "Kalau ia yakin bahwa ia kaya, ia tidak perlu begitu sering membanggakan bagaimana banyak uangnya. " Selain itu, kalau Trump benar-benar yakin bahwa ia sangat atraktif bagi perempuan, ia tidak perlu sesumbar tentang berapa banyak perempuan yang sudah ia tiduri, dan ingin tidur dengannya.
Keanehan Trump memang bisa membuat orang tertawa dan terhibur. Tapi kedua penulis biografinya berpendapat, pengetahuannya tentang situasi dunia yang bisa dibilang nol, ditambah semua kekurangannya, tidak memungkinkan Trump jadi penguasa di Gedung Putih.
"Trump adalah orang berbahaya," kata O'Brien. "Ia berbahaya karena secara sengaja tidak mau tahu, dan picik tak terkira. Karena ia tidak punya rasa percaya diri, ia selalu berlebihan jika memberikan reaksi. Seseorang yang punya akses untuk menggunakan senjata nuklir tapi tidak mengerti masalah internasional adalah orang yang berbahaya."
Muslim yang Membesarkan Nama Amerika
Donald Trump banyak dikecam karena pernyataannya yang rasis dan diskriminatif, juga terhadap warga Muslim. Ia tidak sadar bahwa selama ini sudah banyak warga Muslim di AS yang ikut membesarkan nama Amerika.
Foto: Getty Images/AFP/Joe Raedle
Muhammad Ali
Mantan petinju terbesar dalam sejarah olahraga ini dihormati pula karena aktivitas sosialnya. Dia memeluk Islam pada tahun 1975. Ia mengatakan: "Kata Islam berarti damai. Kata Muslim berarti orang yang menyerahkan diri pada kepada Allah…. Kristen , Hindu adalah saudara saya, mereka semua adalah saudara saya. Kami hanya berpikir yang berbeda dan percaya berbeda. "
Foto: picture-alliance/dpa/L. Gillieron
Kareem Abdul-Jabbar
Terlahir Ferdinand Lewis Alcindor, Jr, pebasket legendaris ini mencetak rekor angka tertinggi sepanjang masa. Di bangku perguruan tinggi ia masuk Islam dan berganti nama. Dilansir The Washington Post, ia menyebut: " Donald Trump merupakan kemenangan terbesar ISIS… bukannya menawarkan kebijakan nyata dan spesifik, malah memanfaatkan ketakutan publik, dengan melakukan pekerjaan ISIS untuk mereka.”
Foto: picture-alliance/AP Photo/J. Salangsang
Mike Tyson
Tercatat sebagai juara dunia tinju kelas berat termuda dalam sejarah dengan usia 20 tahun, Mike Tyson adalah atlit olahraga paling populer di dekade 1980an. Perjumpaannya dengan Islam berawal dari penjara, ketika ia menghabiskan masa kurungan dalam kasus pemerkosaan tahun 1992. Kini Tyson ikut terjun ke dunia sinema dengan membintangi berbagai film layar lebar
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb
Malcolm X
Kehilangan kedua orang tua sejak kecil, Malcolm X alias Malik el-Shabazz menjelma menjadi aktivis kemanusiaan yang menentang diskriminasi dan rasisme terhadap kaum kulit hitam. Kini Malcolm X tercatat sebagai salah satu warga Afrika-Amerika paling berpengaruh dalam sejarah,
Foto: AP
Yasiin Bey
Penyanyi hiphop dan aktor yang juga dikenal dengan nama Mos Def ini merupakan nominator Emmy Award, Grammy Award dan Golden Globe. Namun artis multi talenta ini lebih dikenal untuk aktivisme sosialnya, terutama pada isu-isu yang berkaitan dengan kebrutalan polisi dan pelanggaran hak asasi manusia.
Foto: picture-alliance/AP Photo/L.Zuydam
Huma Abedin
Huma Abedin pernah menjadi wakil kepala Departemen Luar Negeri AS. Kini ia dipercaya sebagai wakil ketua kampanye Hillary Clinton yang maju sebagai bakal calon kandidat presiden AS.
Foto: picture-alliance/dpa/D.Van Tine
Fareed Zakaria
Ia pernah menjadi editor majalah Time dan Newsweek International. Pria AS kelahiran India ini juga pernah meraih penghargaan sebagai kolumnis terbaik. Fareed yang menajdi warga Amerika lewat proses naturalisasi ini kini menjadi pembawa acara talkshow politik di CNN dan menulis kolom mingguan untuk Washington Post.
Foto: AP
Salman Khan
Ketika pebisnis ini bekerja sebagai analis, dia punya satu mimpi: membuat pendidikan lebih mudah diakses. Pada tahun 2006, mimpi itu menjadi kenyataan ketika ia meluncurkan Khan Academy, yaitu pembelajaran online yang memungkinkan orang untuk mempelajari segala sesuatu, mulai dari matematika sampai pemrograman. Ia salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia, versi majalah Time 2012.
Foto: CC by Steve Jurvetson
Shaquille O'Neal
Meski tidak pernah mengungkapkan keyakinannya ke publik, Shaquille O'Neal dikenal dekat dengan Islam. Ia antara lain dibesarkan oleh seorang ayah tiri yang seorang muslim. Ketika masih bermain untuk klub Boston Celtics, Shaq bahkan pernah mengungkapkan niatnya untuk melakukan ibadah Haji.
Foto: picture-alliance/Pressefoto Ulmer
Hakeem Abdul Olajuwon
Dengan tinggi badan lebih dari dua meter, Hakeem Abdul Olajuwon merupakan salah satu dari lima pemain legendaris NBA. Dia tak takut jika Donald Trump menjadi presdien, karena menurutnya,di AS, setiap hak warga negara dilindungi.