1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Donald Trump, Penguasa Baru AS

9 November 2016

Selama 40 tahun Donald Trump kukuhkan sendiri citranya: kasar dan vulgar sehingga jadi bahan olokan. Dua penulis biografinya menilai, kepribadian Trump terutama terdiri dari tiga kata: cinta diri sendiri.

USA Präsidentschaftswahl Donald Trump
Foto: Getty Images/AFP/M. Ngan

Jika kedua penulis biografi Trump ditanya bagaimana sosok Trump, mereka akan menggunakan kata-kata berikut: agresif, bicara tak teratur, tidak berprinsip, materialis, tukang bual, licik, tidak punya disiplin, juga karismatik. Tapi dua kata yang paling menonjol adalah: narsisme dan "salesman".

Ia menjual diri sendiri, demikian Gwenda Blair yang menulis dua buku tentang Trump dan keluarganya. Kalau dikritik ia bereaksi agresif. Timothy L. O'Brien, penulis buku "TrumpNation," sependapat dengan Blair. Trump pernah menuntutnya karena menulis bahwa Trump sebenarnya tidak sekaya yang dipamerkannya. Trump seperti anak laki-laki yang berumur tujuh tahun. Blair dan O'Brien setuju, tidak ada versi lain Donald Trump, selain yang tampak pada televisi.

Trump sediakan kambing hitam

Walaupun mengkritik Trump mudah, kedua penulis menilai sangat penting juga untuk tidak menganggap ringan kemampuannya mengarahkan kemarahan banyak orang Amerika.

Foto: picture alliance/AP Photo/J. Locher

"Pencalonan diri Donald Trump menggambarkan besarnya dampak krisis keuangan 2008 lalu," kata O'Brien says. Krisis menyebabkan banyak orang dari kelas menengah khawatir akan masa depan. Blair mengungkap, banyak orang merasa tidak dipedulikan dan tidak puas dengan pemerintah. Untuk itu harus ada yang jadi kambing hitam. Itulah yang disodorkan Trump. "Sebuah daftar panjang orang-orang yang bisa disalahkan, mulai dari imigran, warga Meksiko, warga Muslim, kaum perempuan, sampai media yang katanya berbohong." Demikian Blair

Kemampuan Trump ini, kata Blair, berdasar pada keyakinannya. Yaitu: ia yakin bahwa jadi kaya adalah asprirasi hidup tertinggi, dan meraih kemenangan adalah hal yang paling penting.

Takut hadapi diri sendiri?

Di masa lalu, Trump sudah mengumumkan tiga kali, bahwa ia akan mencalonkan diri, tapi akhirnya batal ketika situasi mulai serius. O'Brien mengatakan, Trump tidak pernah membuat rencana jangka panjang. Ia berpendapat, Trump beralih ke politik, setelah karirnya mandeg, dan ia berubah dari pengembang real estate menjadi selebiri TV.

Kedua penulis biografinya ragu bahwa Trump punya keyakinan politik tertentu. Di masa lalu Trump sudah pernah mendukung calon independen dan calon yang berhaluan kiri. Posisi Trump sekarang kemungkinan diambilnya hanya karena di kubu Republik ada peluang. Namun ia tampaknya juga punya ketidaksukaan tersendiri terhadap Barack Obama yang mengoloknya di depan publik, ujar kedua penulis.

Tokoh bagus untuk "entertainment" tapi berbahaya

Dalam banyak situasi, tidak adanya keyakinan politik pada diri Trump bisa menguntungkan. Tapi menurut kedua penulis biografinya, itu adalah tanda bahwa ia tidak punya karakter. Menurut Blair, "Trump tidak dibatasi ideologi atau moral apapun. Jadi dalam situasi tertentu ia bisa menemukan jalan untuk sukses walau sebelumnya tampak tidak mungkin." Tapi untuk semua itu jelas tidak ada dasar etis maupun moral apapun.

Jika yang penting dalam pemilu AS hanyalah menangkap ketidakpuasan rakyat, Trump adalah calon yang tepat. Tetapi, walaupun banyak orang tidak suka saingannya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, ia masih bisa dipercaya ketimbang Trump yang kerap dianggap sakit jiwa.

"Sesumbar Trump menunjukkan, dalam hal apa ia tidak percaya diri," kata O'Brien, seraya menambahkan, "Kalau ia yakin bahwa ia kaya, ia tidak perlu begitu sering membanggakan bagaimana banyak uangnya. " Selain itu, kalau Trump benar-benar yakin bahwa ia sangat atraktif bagi perempuan, ia tidak perlu sesumbar tentang berapa banyak perempuan yang sudah ia tiduri, dan ingin tidur dengannya.

Keanehan Trump memang bisa membuat orang tertawa dan terhibur. Tapi kedua penulis biografinya berpendapat, pengetahuannya tentang situasi dunia yang bisa dibilang nol, ditambah semua kekurangannya, tidak memungkinkan Trump jadi penguasa di Gedung Putih.

"Trump adalah orang berbahaya," kata O'Brien. "Ia berbahaya karena secara sengaja tidak mau tahu, dan picik tak terkira. Karena ia tidak punya rasa percaya diri, ia selalu berlebihan jika memberikan reaksi. Seseorang yang punya akses untuk menggunakan senjata nuklir tapi tidak mengerti masalah internasional adalah orang yang berbahaya."

Penulis: Jefferson Chase (ml/as)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait