1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Drama Sandera di Aljazair Meruncing

Edith Koesoemawiria17 Januari 2013

Penyanderaan 41 warga asing di Aljazair oleh militan Islamis belum ada penyelesaian. Sudah dikepung, kelompok teroris tetap menuntut militer Aljazair tinggalkan fasilitas gas yang diserangnya Rabu (16/01).

Foto: Reuters

Terobosan belum ada, kedua pihak bersikeras. “Ini untuk membalas dendam”. Begitu tegas jurubicara kelompok militan yang menyandera. Abu al-Baraa menuntut agar militer Perancis segera menghentikan serangannya terhadap Mali.

Mali, di selatan Aljazair

Al Baraa yang mengaku sebagai jurubicara, juga menegaskan niat kelompoknya untuk memberi pelajaran kepada pemerintah Aljazair atas keputusannya membantu Perancis melawan terorisme di Mali. Aljazair telah membuka kawasan udaranya bagi pesawat tempur Perancis yang beroperasi di negara tetangga itu.

Situasi Terus Berkembang

Sebelumnya dilaporkan, lebih dari seratus orang sempat ditawan oleh kelompok yang tergabung dalam jaringan teror „Al Qaida di Islam Magribi“ (AQIM). Diantaranya, 41 warga asing, termasuk dari Norwegia, Perancis, Amerika serikat, Inggris, Romania, Kolumbia, Thailand, Filipina, Irlandia, Jepang, Korea Selatan dan Jerman. Sampai sekarang, belum jelas berapa orang yang masih menjadi sandera. Sebagian sandera dilaporkan dibebaskan atau berhasil melarikan diri.

Milisi Islamis yang menyebut dirinya "Tertanda Darah" ini membunuh dua orang, seorang warga Inggris dan seorang pekerja lokal pada hari Rabu (16/01), ketika menyerang komplex fasilitas gas “In Amenas” dekat perbatasan Libya. Sementara media Aljazair mengatakan, 30 orang pekerja lokal lainnya berhasil melarikan diri.

Pemerintah Aljazair bersikeras menolak untuk negosiasi dengan kelompok bersenjata, yang dipimpin bekas pentolan AlQaeda, Mokhtar Belmokhtar. Kelompoknya diduga berada di balik sejumlah penculikan dan penyanderaan beberapa tahun terakhir ini.

Mokhtar BelmokhtarFoto: Reuters

Pasukan militer Aljazair pun segera dikerahkan. Menurut jurubicara kelompok teroris, Abu Al-Baraa, tembakan militer telah melukai seorang sandera asal Jepang. Al Baraa menuntut ditarik mundurnya militer Aljazair agar bisa bernegosiasi.

Barter Tahanan

“Kita barter tawanan”, begitu ia serukan sembari menuntut pembebasan 100 gerilyawan Islamis radikal yang ditahan di Mali. “Aksi ini bagian dari perang suci kami melawan kaum Yahudi dan pendukung Kristennya”, tegas jurubicara kelompok AQIM itu. “Pemerintah Aljazair dan Perancis, serta setiap tahanan di sini akan bertanggung jawab atas setiap penundaan dipenuhinya tuntutan-tuntutan kami.

Foto: picture-alliance/dpa

Menteri Dalam Negeri Aljazair Dahou Ould Kablia menolak untuk bernegosiasi dengan kelompok teroris ini. Di televisi nasional Rabu malam ia mengatakan bahwa kelompok penyandera itu sudah terkepung. Sejumlah media melaporkan, kaum teroris mengancam akan meledakan ladang gas itu, apabila militer Aljazair berusaha membebaskan para sandera.

Fasilitas gas itu dikeloka perusahaan minyak bumi Inggris BP dan Statoil dari Norwegia yang bekerjasama dengan badan usaha pemerintah Aljazair. Lahannya berada sekitar 1000 kilometer dari perbatasan Mali dan berdekatan dengan perbatasan Libya.

ek/hp/dpa/afp/rtr

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait