1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Dua Ahli Penjinak Bom Tewas di Kepulauan Solomon

21 September 2020

Dua ahli penjinak bom asal Inggris dan Australia tewas di Kepulauan Solomon akibat sebuah ledakan ketika keduanya sedang membersihkan persenjataan Perang Dunia II. Investigasi ledakan tersebut saat ini tengah dilakukan.

Kepulauan Solomon
Kepulauan Solomon, ibu kota negara kepulauan Pasifik HoniaraFoto: picture-alliance/Prisma

Stephen "Luke" Atkinson asal Inggris dan Trent Lee warga negara Australia tewas akibat ledakan bom di Kepulauan Solomon. Polisi menyebut ledakan itu terjadi pada Minggu sore (20/09) di ibu kota negara kepulauan Pasifik Honiara, mereka tewas setelah dibawa ke rumah sakit.

Luke dan Lee merupakan ahli penjinak bom yang bekerja dengan lembaga amal Bantuan Rakyat Norwegia (NPA) yang berbasis di Oslo. Mereka tewas saat tengah mencoba membersihkan persenjataan yang berasal dari sisa Perang Dunia II.

Diketahui keduanya sedang melakukan survei tentang kontaminasi persenjataan yang tidak meledak (UXO) di Kepulauan Solomon.

"Kami sangat terpukul dengan apa yang telah terjadi, dan kehilangan dua kolega yang baik," kata Sekretaris Jenderal NPA Henriette Killi Westhrin. Prioritas utama NPA sekarang adalah menawarkan bantuan kepada kerabat dan kolega, serta mengklarifikasi yang telah terjadi, tambahnya.

NPA untuk sementara waktu menghentikan aktivitasnya di pulau-pulau tersebut. Saat ini penyelidikan atas ledakan tersebut sedang dilakukan.

Senjata bekas Perang Dunia II berbahaya

Kepulauan Solomon adalah lokasi pertempuran sengit antara pasukan Sekutu dan Jepang dalam Perang Dunia II, dan ketika konflik berakhir mereka meninggalkan sejumlah besar peluru, ranjau darat, dan amunisi lainnya. Wilayah tersebut lantas sangat terkontaminasi dengan cangkang bom yang tidak meledak, ranjau darat, dan amunisi lainnya.

NPA bekerja dengan polisi Kepulauan Solomon untuk mensurvei skala masalah dan mengembangkan program pengumpulan nasional. Menurut NPA, amunisi di pulau-pulau tersebut tidak hanya menimbulkan risiko ledakan, tetapi juga telah terdegradasi, mengeluarkan bahan kimia yang berbahaya untuk lingkungan.

"Senjata peledak sering ditemukan di dalam lokasi konstruksi kota, terumbu karang, pertanian, hutan, dan taman pinggiran kota di mana anak-anak terkadang menemukan dan bermain dengannya," jelas NPA.

ha/rap (dpa, AFP)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait