2 Anggota Abu Sayyaf Tewas Dalam Serangan Militer Filipina
27 September 2016
Militer Filipina mengatakan, dua militan Abu Sayyaf yang terkait dengan penculikan pelaut Indonesia dan Malaysia tewas dalam serangan satuan antiteror di sebuah pulau terpencil di Filipina.
Iklan
Dua bersaudara, Nixon dan Brown Muktadil, keduanya anggota kelompok militan Abu Sayyaf, tewas dalam operasi militer satuan anti-teror hari Selasa pagi (27/09), demikian disebutkan dalam sebuah pernyataan militer Filipina.
"Kematian bersaudara Muktadil adalah pukulan besar bagi kelompok ini... karena mereka berfungsi sebagai pemandu laut dan navigator ketika melakukan aksi penculikan di laut lepas," kata pernyataan militer Filipina.
Selanjutnya disebutkan, kedua bersaudara itu membantu kelompok militan menculik kapal tunda yang membawa batubara dan komoditas lainnya di perairan yang berbatasan dengan Indonesia, Malaysia dan Filipina.
Militer Filipina mengatakan, aksi-aksi penculikan itu berlangsung selama enam bulan pada awal tahun ini.
Meningkatnya aksi penculikan oleh kelompok militan Filipina sempat memicu peringatan dari Indonesia, bahwa wilayah perairan tersebut bisa menjadi "Somalia berikutnya". Krisis itu akhirnya mendorong Indonesia, Malaysia dan Filipina berunding untuk melakukan patroli yang terkoordinasi.
Sebagian besar dari 26 pelaut Indonesia dan Malaysia telah dibebaskan Abu Sayyaf yang menuntut pembayaran uang tebusan. Tapi pemerintah Filipina mengatakan, Abu Sayyaf masih menahan lima sandera Indonesia - meskipun tidak jelas apakah mereka termasuk juga dalam kelompok pelaut yang diculik.
Kelompok militan membebaskan empat awak kapal Indonesia awal September lalu dan seorang sandera Norwegia. Sebelumnya, kelompk Abu Sayyaf membunuh dua sandera asal Kanada dengan memenggal kepala korbannya. Belasan pelaut Indonesia dan Malaysia dibebaskan pada awal tahun ini.
Operasi militer Selasa pagi dilaksanakan di sekitar Pulau Tambulian di Kepulauan Sulu, yang jadi tempat persembunyian utama kelompok Abu Sayyaf.
Secara terpisah, polisi mengumumkan hari Selasa mereka telah menangkap politisi Sulu Unding Kenneth Isa di Manila yang dituduh telah menjual senjata kepada kelompok Abu Sayyaf.
Sabtu lalu (24/09) polisi menyerbu sebuah rumah di San Juan City dan menyita senjata-senjata kaliber besar termasuk ribuan amunisi. Sebagian senjata yang disita adalah senjata yang biasa digunakan polisi dan militer Filipina.
Unding Kenneth Isa yang mencalonkan diri sebagai wakil gubernur dalam pemilihan bulan Mei lalu namun kalah, dituduh mengirim senjata dengan feri kepada Abu Sayyaf dan kelompok-kelompok militan lainnya di selatan Filipina.
Abu Sayyaf adalah jaringan longgar kelompok militan yang dibentuk tahun 1990-an dengan dana dari jaringan teror Al-Qaeda. Kelompok itu juga mendapat uang tebusan jutaan dolar dari aksi-aksi penculikan yang mereka lakukan.
Inilah Profil Abu Sayyaf
Kelompok Abu Sayyaf dikenal tanpa ampun memenggal sandera & musuhnya. Warga Indonesia tak luput jadi sasaran penculikan. Siapa dan bagaimana sepak terjang organisasi separatis di Filipina ini?
Foto: picture-alliance/dpa/L. Castillo
Melawan invasi Soviet di Afghanistan
Abu Sayyaf Group (ASG) didirikan sekitar tahun 1990 oleh Abdurajak Abubakar Janjalani, yang makin radikal setelah berpergian ke negara-negara Timur Tengah. Tahun 1988, Janjalani dilaporkan berjumpa Osama bin Laden di Pakistan dan berjuang bersama melawan invasi Soviet di Afghanistan. Setelah itu, Janjalani mulai mengembangkan misinya untuk mengubah Filipina selatan menjadi negara Islam.
Foto: AP
Merekrerut Eks MNLF
Setelah secara permanen kembali ke Filipina dari Timur Tengah, Janjalani merekrut anggota dari Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang kecewa dengan organisasinya, untuk menjadi cikal bakal ASG. Eks-MNLF ini dikenal lebih radikal dalam ideologi mendirikan negara Islam independen daripada mantan organisasi induknya.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. Butlangan
Lokasi geografis & jumlah anggota
Abu Sayyaf dalam bahasa Arab berarti bapak ahli pedang. Kelompok separatis Abu Sayyaf terdiri milisi yang berbasis di sekitar kepulauan selatan Filipina, seperti Jolo dan Basilan. Menurut kantor berita Associated Press, jumlah pengikutnya hingga tahun 2015 sekitar 400 orang.
Militer dan WNA jadi sasaran
Sepanjang tahun 1990-an, ASG beralih menggunakan aksi kekerasan untuk mendapatkan pengakuan, antara lain terlibat dalam pemboman, penculikan, pembunuhan, dan serangan terhadap pemeluk Kristen dan orang asing. ASG juga membidik militer Filipina sebagai sasaran kekerasan.
Foto: Reuters
Janjalani tewas, ASG pun retak
Setelah pasukan polisi Filipina tewaskan Janjalani dalam baku tembak 1998, ASG retak. Satu faksi dipimpin saudaranya, Khadaffy Janjalani, faksi lain dipimpin Galib Andang. Ketika aliran dana Al Qaida berkurang, kelompok teror itu mencari uang lewat penculikan. Tahun 2000, ASG menculik 21 orang dari sebuah resor di Malaysia. Foto: Mereka berpose di kamp setelah membebaskan 3 sandera
Foto: picture-alliance/dpa
Jadi target operasi anti teror AS
Sebagai buntut dari serangan Al Qaida 11 September, 2001 di Amerika Serikat, ASG juga jadi target pasukan AS dan Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) di bawah Operation Enduring Freedom. Galib Andang ditangkap tahun 2003.
Foto: AP
Konsolidasi dan serangan mematikan
ASG konsolidasi lagi & lakukan beberapa serangan besar di awal 2000-an. Termasuk serangan paling mematikan di Manila Bay yang menewaskan 116 orang tahun 2004. Terpidana terorisme Indonesia Umar Patek, pernah didapuk jadi anggota Majelis Syura Abu Sayyaf pada tahun 2005-2006. Kini ia menawarkan bantuan negosiasi guna bebaskan 10 sandera asal Indonesia.
Foto: AP
Penculikan dan pemenggalan
Sejak 2007 ASG sering mengancam untuk memenggal kepala sandera jika tak diberikan uang tebusan. Kebanyakan korban penculikan adalah warga Filipina, orang asing di Filipina selatan, termasuk wisatawan dan pekerja asing. Beberapa analis dan pejabat pemerintah menilai ASG lebih menyerupai geng kriminal daripada sebuah organisasi ideologis.
Foto: picture-alliance/dpa
Terkecil, tidak dianggap, tapi paling radikal
Lantaran tidak diajak bernegosiasi, ASG 2014 silam berusaha melemahkan putaran terakhir perundingan damai antara pemerintah dan separatis Filipina. Juli 2014, ASG menewaskan 21 Muslim yang merayakan akhir Ramadhan di Jolo, sebagai balasan atas dukungan mereka dalam proses perdamaian. Di tahun yang sama 2 warga Jerman diculik Abu Sayyaf. Operasi pembebasan dilakukan besar-besaran.
Foto: Reuters
Mendukung ISIS
Tahun 2014 sekelompok orang yang mengaku anggota ASG memublikasikan video untuk mendeklarasikan loyalitas terhadap ISIS. Para ulama dan pejabat percaya bahwa kesetiaan ASG kepada IS semata-mata untuk mempromosikan kepentingan sendiri. IS diyakini tidak memberikan dana atau dukungan material lain untuk ASG.
Foto: picture-alliance/dpa
Sandera Jerman dibebaskan
Bulan September 2014, ASG mengancam akan membunuh sandera Jerman, menuntut Jerman membayar tebusan dan menarik dukungannya kepada AS. Stefan Okonek dan Henrike Dielen ditangkap pada April 2014 ketika kapal pesiar mereka mengalami kerusakan di sekitar Pulau Palawan, Filipina. Dua sandera ini akhirnya dibebaskan 17 Oktober 2014 setelah para militan mendapat uang tebusan.
Foto: REUTERS/Armed Forces of the Philippines
Pembebasan warga Italia
Selain 10 sandera warga Indonesia, beberapa warga asing ikut menjadi korban penculikan dan ancaman pemenggalan tahun ini. Satu di antaranya,warga Italia, Rolando Del Torchio, yang dibebaskan April silam. Saat ini Abu Sayyaf dipimpin oleh Isnilon Hapilon, seorang warga Filipina yang kini jadi buronan Amerika.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Armed Forces of the Philippines Western Mindanao Command via AP