1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dua Eks Gerilyawan Fretilin Perebutkan Jabatan Presiden

16 April 2012

Warga di Timor Leste Senin (16/04) memilih presiden baru. Dari hasil pemilu putaran pertama Maret lalu, dua mantan gerilyawan saling bersaing. Taur Matan Ruak dan Francisco Lu Olo Gutteres.

epa03139179 East Timor presidential candidate Taur Matan Ruak delivers his speech during a campaign in Dili, East Timor, 10 March 2012. East Timor will hold the presidential elections on 17 March. East Timor's second election as a free country comes as it marks 10 years since independence. EPA/ANTONIO DASIPARU +++(c) dpa - Bildfunk+++
Foto: picture-alliance/dpa

Francisco Guterres “Lu Olo” dan Taur Matan Ruak sama-sama berjuang untuk kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia. Kini mantan pimpinan gerilyawan Fretilin itu, sama-sama bersaing untuk putaran kedua pemilihan presiden. Pada putaran pertama pemilihan presiden Maret lalu gagal diperoleh pemenang mutlak.

Salah satu dari dua kandidat tersebut akan menggantikan Jose Ramos Horta yang menempati posisi ketiga pada putaran pemilihan pertama dan kehilangan peluang untuk masa jabatan lima tahun kedua.

Baik Lu Olo dan Ruak dikenal sebagai tokoh perjuangan selama 24 tahun perang melawan Indonesia. Lu Olo yang memimpin partai oposisi Fretilin, selama 24 tahun masa perjuangannya hidup di hutan. Ini masa terlama seorang pemimpin gerilya dibanding pemimpin gerilya di negara manapun. Sebagai pengakuan, Lu Olo diberi kehormatan untuk mengumumkan secara resmi kemerdekaan Timor Leste pada 20 Mei 2002. Pria berusia 57 tahun itu mengatakan ia mengalami kesulitan untuk kembali ke kehidupan normal setelah menghabiskan waktu begitu lama di hutan. Selalu bergerak dan bersembunyi di semak-semak di hutan.

Francisco "Lu Olo" GuterresFoto: Reuters

Dari hutan ke panggung politik

Francisco "Lu Olo" Guterres, yang berbicara lembut dan tenang ini kalah dari Ramos Horta pada putaran pemilu tahun 2007. „Saya ikut pemilu karena hanya segelintir orang yang menjadi kaya tapi sisa bangsa ini tidak memiliki apa-apa. Jika anda melihat ke sekeliling, tidak ada jalan, tidak ada apa-apa, „demikian dikatakan Lu Olo kepada kantor berita AFP menjelang pemilu.

Sementara Ruak dalam salah satu agenda kampanyenya berjanji akan memperkenalkan wajib militer.  Ruak (55) adalah panglima angkatan bersenjata Timor Leste sebelum mengundurkan diri Oktober 2011. Ketika invasi Indonesia ke Timor Timur Matan Ruak baru berusia 20 tahun. Ia melarikan diri ke hutan dan bergabung dengan Fretilin.Seiring perjalanan waktu Ruak menjadi komandan militer sampai ia mengundurkan diri Oktober lalu. „Saya bercita-cita keliling dunia, tapi yang terjadi saya hanya melihat hutan-hutan di Timor. Demikian ucapan Ruak yang dikutip penulis Irene Cristalis dalam bukunya “East Timor. A Nation's Bitter Dawn". Ruak yang namanya dalam Bahasa Tetum berarti „mata tajam“ adalah mantan komandan sayap militer Fretilin.

Plakat kampanye pemilu Taur Matan RuakFoto: AP

Kini dalam putaran kedua pemilihan presiden, kedua tokoh Fretilin “Lu Olo” dan Ruak sama-sama berusaha mencapai jabatan nomor satu di Timor Leste. Di negara itu 850 tempat pemungutan suara akan ditutup Senin (16/04) sekitar pk. 15.00 waktu setempat. Hasil pemilu pertama menurut Undang-Undang harus diumumkan 48 jam setelah pemungutan suara berakhir.

Pendukung Francisco "Lu Olo" GuterresFoto: AP

DK/afp/dpa

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait