Jerman yang kaya mencatat hingga dua juta anak-anak hidup dalam kemiskinan. Namun tingkat kemiskinan di jantung Eropa itu berbeda dengan di negara dunia ketiga seperti Indonesia.
Iklan
Kendati kondisi perekonomian yang tengah membaik, angka kemiskinan anak-anak di Jerman meningkat. Saat ini hampir dua juta anak-anak hidup dari bantuan sosial. Data tersebut berasal dari studi teranyar yang digelar oleh yayasan Bertelsmann.
Menurut peneliti, semakin lama anak-anak hidup dalam kemiskinan, semakin besar pula dampak negatif pada pertumbuhannya.
Studi tersebut mengungkap, dibandingkan anak-anak yang berasal dari keluarga mapan, bocah miskin lebih sering terisolir secara sosial dan cendrung memiliki kondisi kesehatan yang lebih buruk.
Kebanyakan anak-anak yang hidup dalam kemiskinan berasal dari keluarga berorangtuakan tunggal dengan banyak anak.
Sekitar 50% bocah yang hidup dari bantuan sosial memiliki orangtua tunggal. Sementara sepertiga lainnya hidup di dalam keluarga dengan tiga anak atau lebih. Yayasan Bertelsmann mendesak pemerintah mereformasi program bantuan sosial untuk anak-anak, agar disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Pelacur Anak di Jerman
Diperkirakan, dari 400 ribu prostitusi di Jerman, sekitar 10 persennya masih di bawah umur. Sulit mengetahui berapa angka pastinya dan sangat sedikit informasi mengenai pelaku maupun pelanggan layanan prostitusi anak.
Foto: Fotolia/Pedro Nogueira
Jumlah PSK
Tidak ada angka resmi tentang jumlah penyedia layanan seks di Jerman. Menurut organisasi Hydra di Berlin, diperkirakan sekitar 400.000 perempuan mengandalkan hidupnya dari bisnis prostitusi. Dari jumlah tersebut, 10 persen masih berada di bawah umur.
Foto: picture alliance / Photoshot
Negara Asal
Banyak perempuan dari Eropa Timur atau Afrika yang datang ke Jerman untuk menjajakan diri. Namun banyak prostitusi anak-anak yang memang berasal dari Jerman sendiri. Organisasi bantuan Mitternachtsmission dari Dortmund mengatakan, dua pertiga prostitusi remaja yang meminta bantuan mereka adalah anak-anak Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Pecandu Narkoba
Jumlah siswi sekolah yang melakukan kegiatan prostitusi juga terhitung banyak. Sebagian dari mereka merupakan pecandu obat bius. Mereka terjun ke dunia gelap ini untuk mendapatkan uang yang dipakai untuk membeli obat bius. Kebanyakan dari mereka adalah remaja yang lari dari rumah dan tidak punya tempat tinggal yang tetap.
Foto: Fotolia/NatUlrich
Terjerat di Dunia Hitam
Berbagai penyebab kenapa remaja di bawah umur terjerumus ke dalam dunia prostitusi. Ada yang dibujuk teman atau kerabatnya. Ada juga terpedaya oleh orang yang mereka anggap baik dan mereka kemudian dipaksa melakukan prostitusi. Banyak pria yang menjerat perempuan muda ke praktik prostitusi dengan berpura-pura jadi pacarnya.
Foto: picture-alliance/ANP XTRA
Sulit untuk Keluar
Tidak mudah mengajak remaja yang menjadi korban untuk keluar dari jeratan prostitusi. Mereka sering tidak peduli atau sadar kalau dirinya sudah jadi korban prostitusi. Atau, anak perempuan yang tengah pubertas misalnya, cenderung ingin memberontak terhadap norma-norma yang ada. Mereka menganggap, prostitusi sebagai pemberontakan dan tindakan mendobrak tabu.
Foto: Fotolia/Pedro Nogueira
5 foto1 | 5
Di sembilan dari 16 negara bagian di Jerman, jumlah bocah yang hidup dari bantuan sosial antara 2011 dan 2015 meningkat tajam.
Tapi apa artinya kemiskinan anak-anak di salah satu negara paling kaya di dunia? "Mereka tidak bisa memiliki banyak hal," kata Anette Stein, pengamat sosial di yayasan Bertelsmann. Anak-anak miskin di Jerman tidak memiliki kamar sendiri, lebih sering mengkonsumsi makanan cepat saji sehingga lebih sering sakit.
Selain itu mereka juga tidak memiliki uang untuk membiayai perjalanan kelas, mengikuti pelajaran musik atau olahraga.
Di Jantung Kemiskinan Eropa
Lebih dari 30 juta manusia hidup di terpinggirkan di Eropa, tanpa air bersih dan jaringan listrik. Sebagian adalah pecundang krisis ekonomi, sisanya etnis minoritas yang terlupakan.
Foto: FILIPPO MONTEFORTE/AFP/Getty Images
Realita buat Kaum Sinti & Roma
Sebagian besar anggota etnis minoritas Sinti dan Roma hidup di kawasan kumuh di pinggir kota-kota besar Eropa. Mereka yang terusir dari kampung halamannya sendiri itu terpaksa hidup berpindah-pindah. Sebab itu pula mereka tidak memiliki akses ke jaringan kesehatan dan bantuan sosial, terlebih pasar tenaga kerja di Eropa.
Foto: DW
Stigma Umum
Sebagian besar kawasan kumuh dibangun secara ilegal. Namun belakangan pemerintah lokal mulai mengakomodir kebutuhan kaum miskin. Menurut penelitian Komisi Eropa, satu dari empat warga Eropa merasa tidak nyaman memiliki suku Roma sebagai tetangga. Sebaliknya anggota etnis Roma yang hidup di kampung kumuh juga menghadapi diskriminasi setiap hari.
Foto: Pablo Blazquez Dominguez/Getty Images
Beratapkan Kemiskinan
Kondisi hidup kaum miskin di kawasan kumuh memenuhi definisi Perserikatan Bangsa Bangsa perihal rumah tangga kumuh, yakni ketidakadaan akses terhadap air bersih dan layanan kesehatan, serta kondisi rumah yang tidak bisa melindungi pemiliknya dari cuaca ekstrim.
Foto: AFP/Getty Images
Rahasia Gelap Eropa
Eropa yang sering diasosiasikan dengan kemakmuran menyimpan rahasia gelap berupa kawasan kumuh yang tersebar dari Perancis ke Serbia, hingga Turki. Kawasan kumuh terbesar di benua biru ini misalnya cuma berjarak beberapa kilometer saja dari ibukota Spanyol, Madrid. Cañada Real Galiana yang ditinggali oleh 30.000 orang itu telah bediri sejak 40 tahun lalu.
Foto: Pablo Blazquez Dominguez/Getty Images
Tanpa Jalan Keluar
Semua kawasan kumuh di seluruh dunia, termasuk juga Eropa, memiliki kesamaan, yakni minimnya peluang untuk keluar dari jerat kemiskinan. Tidak adanya pendidikan dan akses terbuka ke pasar tenaga kerja membuat kawasan kumuh menjadi rumah abadi buat sebagian orang, seperti bocah yang hidup di sebuah kamp dekat Belgrad, Serbia ini.
Foto: picture-alliance/dpa
Keruntuhan Pasca Krisis
Kawasan kumuh Eropa tidak cuma didiami oleh anggota etnis minoritas Sinti & Roma. Terlebih selama krisis Euro melanda Spanyol, banyak orang yang tidak dapat membayar uang sewa rumah berpindah ke kawasan kumuh buat bisa bertahan hidup.
Foto: DW
Tergusur
Keluarga kecil ini hidup di sebuah kamp di luar kota Roma, Italia. Layaknya kawasan kumuh lain, kamp di Roma ini terancam digusur oleh pemerintah lokal. Kondisi tersebut, ditambah dengan jumlah penghuni yang selalu bertambah, mempersulit upaya penyaluran bantuan.