Kabur dari Panti Jompo Untuk Pergi ke Festival Heavy Metal
Alistair Walsh
6 Agustus 2018
Seolah ingin mengenang masa muda dan mengusir kejenuhan di panti jompo, dua orang kakek memutuskan untuk melarikan diri ke festival musik heavy metal terbesar sejagad raya di Jerman.
Iklan
Sebuah panti jompo di Jerman dibuat kebingungan karena dua kakek penghuninya tiba-tiba menghilang dari kamar mereka pada Jumat (3/8).
Polisi pun segera dihubungi dan setelah pencarian beberapa lama, dua kakek itu berhasil ditemukan pada pukul tiga dini hari waktu setempat di festival musik heavy metal di Wacken, Jerman.
Seorang juru bicara kepolisian mengatakan mereka terlihat "bingung dan linglung."
Meski demikian, kedua kakek ini tampaknya masih sangat menikmati musik di festival itu dan menolak untuk meninggalkan area festival dengan sendirinya.
Polisi pun terpaksa membawa mereka dengan menggunakan taksi yang diiringi mobil patroli.
Festival Heavy Metal "Wacken"
Festival Wacken Open Air pertama kali diadakan 1990, dengan enam band dan 800 penonton. Sekarang jadi salah satu yang terbesar di dunia. Tahun ini Wacken juga mengundang band Burgerkill dari Bandung.
Foto: picture-alliance/dpa
"Keadaan Darurat" di Desa
"W:O:A" atau "Wacken Open Air." Para penggemar heavy metal menyebutnya "holy land" (tanah kudus). Dan tempat "berziarah" dunia musik heavy metal ini terletak di desa Wacken yang berpenduduk 2.000 orang, di negara bagian Schleswig Holstein. Tahun ini, sekitar 80.000 penggemar heavy metal dari seluruh Eropa diperkirakan akan hadir di sana.
Foto: Wacken Open Air
Lahirnya Sebuah Legenda
Tahun 1990 tidak ada yang menduga festival akan sukses. Sekarang W:O:A terkenal juga di luar heavy metal. Dokumentasi seperti "Wacken 3D" dan liputan televisi membuat festival tambah populer. Band seperti Iron Maiden dan Scorpions sudah pernah manggung di sini.
Foto: picture-alliance/dpa
Jadi "Headliner"
Tiket untuk festival tahun ini ludes beberapa saat setelah penjualan dibuka. Festival musik ini kerap menjadi sorotan media dalam dan luar negeri.
Foto: S.Willus
Muda Maupun Tua
Kalau soal musik, usia tidak penting! Tapi salam metal tidak boleh terlupakan. Salam ini, yang di Jerman disebut "Pommesgabel" (garpu french fries) selalu ditunjukkan di tiap kesempatan.
Foto: picture-alliance/dpa
Crowd Surfing: "Jenis Olah Raga" Para Fans
Hal yang wajib bagi musisi heavy metal: "headbanging" dan "crowd surfing". Sebenarnya "crowd surfing" secara resmi dilarang, tapi tetap sering terjadi.
Foto: picture-alliance/dpa
Pembuka Jalan Heavy Metal Jerman
Yang senang headbanging dan crowd surfing pasti punya banyak kesempatan melakukannya, jika band ini bermain. Accept didirikan awal 1970-an, dan jadi pembuka jalan bagi heavy metal Jerman. Tahun 1980-an Accept jadi salah satu kelompok Jerman paling terkenal secara internasional, di samping Scorpions.
Foto: picture-alliance/dpa
6 foto1 | 6
"Mereka jelas-jelas suka musik metal," kata juru bicara polisi Merle Neufeld kepada TV Jerman Norddeutscher Rundfunk.
"Setelah polisi menemukan kedua orang ini, panti dengan segera mengatur alat transportasi untuk membawa mereka pulang."
Tiket habis terjual
Tiket untuk memasuki festival heavy metal legendaris yang telah digelar 29 kali ini telah terjual habis. Total pengunjung pada festival selama empat hari ini diharapkan mencapai 75.000 orang.
Grup yang hadir termasuk Danzig, Judas Priest, Hatebreed, In Flames, Running Wild, Arch Enemy, In Extremo dan Eskimo Callboy.
Festival yang berlangsung di negara bagian Schleswig Holstein ini sering dibanjiri dengan lumpur. Namun karena adanya gelombang panas tahun ini, pihak penyelenggara mengingatkan para fans heavy metal akan risiko kebakaran dan debu.
Khusus tahun ini polisi juga memuji tingkah laku para pengunjung dengan sedikitnya masalah yang terjadi dan hanya ada beberapa penangkapan kecil terkait obat-obatan terlarang.
Saat Burgerkill Goyang Eropa
Band Bandung, Burgerkill mendapat kehormatan buat menjajal Wacken, festival heavy metal terbesar sejagad. Inilah momen bersejarah, ketika Eben dkk. menjadi band pertama Indonesia yang manggung di Wacken.
Foto: DW/R. Nugraha
Yang Terhempas dan Bangkit Lagi
Burgerkill yang dibentuk tahun 1995 sempat nyaris bubar setelah vokalisnya, Ivan Scumbag meninggal dunia 2006 silam. Namun band yang beranggotakan Andris, Vicky, Eben, Ramdan dan Agung ini (ki-ka) bersikeras meneruskan kiprah Burgerkill. Sejak peristiwa muram itu mereka telah menelurkan dua album. Dan kini mendapat kehormatan dengan manggung di festival metal terbesar di dunia, Wacken Open Air.
Foto: Refanto Ramadhan
Sederhana di Penampilan Perdana
Tiba di Wacken, awak Burgerkill sengaja melewatkan makan siang buat menyaksikan penampilan band lain di dua panggung utama. Penampilan perdana Eben dkk. di Wacken tergolong sederhana. Selain panggung kecil berkapasitas 5000 penonton, Burgerkill juga mendapat jadwal paling bontot, yakni pukul 2:15 waktu setempat.
Foto: DW/R. Nugraha
Sunyi Menjelang Badai
Panggung dibuka buat anggota band sekitar satu jam menjelang penampilan. Awak Burgerkill membahas rincian terakhir setelah menyiapkan instrumen masing-masing. Mereka cuma membawa beberapa gitar dan perlengkapan panggung sekedarnya, karena panitia Wacken menyiapkan semua peralatan elektronik, termasuk amplifier.
Foto: DW/R. Nugraha
Jelang Detik Bersejarah
Burgerkill menyiapkan sembilan lagu lintas album untuk Wacken. Dadan, sang manajer bercerita, butuh waktu enam bulan buat mereka untuk mempersiapkan tur Eropa ini. Saking sibuknya, Burgerkill harus menunda pembuatan album baru. Maka setelah bulan-bulan yang menegangkan, 20 tahun berkarya, datanglah momen bersejarah ketika Burgerkill disambut oleh festival metal terbesar sejagad itu.
Foto: DW/R. Nugraha
Empat Menggoyang Wacken
Di Headbanger Stage, Burgerkill langsung tampil energetik menyambut penonton yang menunggu. Raut tegang yang sempat bersarang di wajah, tiba-tiba menghilang. Buat mereka penampilan di Wacken menjadi lebih spesial karena tahun ini Burgerkill memperingati hari jadi ke-20.
Foto: DW/R. Nugraha
Duet Maut
Agung (ki) dan Ramdan (ka) yang banyak berdiam diri menjelang konser langsung tampil lepas begitu lagu pertama dimainkan. Ramdan yang memainkan bass, baru bergabung tahun 2007 dengan Burgerkill. Sementara Agung sudah lebih senior. Pria yang juga acap memberikan kursus gitar ini bergabung sejak 2003.
Foto: DW/R. Nugraha
Begundal Eropa
Beberapa penonton yang hadir terkesan sudah mengenal Burgerkill. Ketika Vicky cs. memainkan lagu Under the Scars dari album Venomous, mereka ikut mengiringi lantunan sang vokalis. Begundal, begitu Burgerkill menyebut para penggemarnya, akhirnya tiba di benua biru.
Foto: DW/R. Nugraha
Abah Melawan Dingin
Andris dulunya diposisikan sebagai pemain bass. Ketika ajal menjemput Ivan Scumbang, band Bandung itu memutuskan merotasi personil. Abah, sebutan Andris, kemudian diplot menjadi drummer. Pria kelahiran 1976 ini juga mampu bermain gitar dan sempat membantu banyak band Bandung lain sebelum merapat ke Burgerkill. Di Wacken Andris harus melawan suhu yang berkisar di bawah 10 derajat Celcius.
Foto: DW/R. Nugraha
Energetik dan Liar
Aksi panggung Burgerkill tergolong sederhana. Terutama jika dibandingkan dengan band-band lain. Namun energi Eben dkk. selama menggeber Headbanger Stage mendapat pujian dari kru Wacken. Salah seorang diantaranya menyebut penampilan Burgerkill sebagai salah satu yang terbaik tahun ini dan mengundang mereka kembali ke Wacken tahun depan.
Foto: DW/R. Nugraha
Sampai Jumpa Lagi Wacken!
"I Love you, Germany!!" teriak Eben setelah menuntaskan lagu terakhir. Kendati tidak berlimpah, penonton yang hadir tidak kekurangan semangat. Sebagian meminta lagu tambahan, sementara yang lain meneriakkan "Burgerkill...Bugerkill..."
Foto: DW/R. Nugraha
Haru Biru
Kebahagian meledak di belakang panggung. Semua personil saling bersalaman. Vicky (ki) dan Eben (ka) tenggelam dalam haru biru. Butuh 20 tahun kerja keras sebelum Burgerkill bisa tampil di festival metal terbesar sejagad itu. Satu mimpi pun terwujud. Usai menggeber Jerman, Eben dkk. terbang ke Inggris untuk menjajal festival metal Bloodstock.