Dua polisi tertembak saat aksi protes di depan markas polisi di Ferguson, Missouri. Kasus terjadi setelah kepala polisi setempat mudur gara-gara ketegangan rasialis.
Iklan
Kondisi kedua petugas yang tertembak serius dan tidak sadar. "Seorang polisi tertembak bagian wajahnya dan yang lainnya tertembak bagian bahu", lapor kepala polisi St.Louis, Jon Belmar dalam konferensi pers. Polisi menyebutkan, telah menahan dua tersangka tanpa merinci lebih lanjut.
Aksi protes sekitar 150 warga Ferguson Kamis (12/3) dipicu pengumuman kepala polisi setempat, Thomas Jackson yang akan mengundurkan diri dari jabatannya Rabu (11/3). Aksi protes warga itu disambut pasukan polisi berpakaian anti huru-hara. Saat aksi digelar terjadi kasus penembakan itu.
Sementara itu dilaporkan pengunduran diri kepala polisi Ferguson dilakukan setelah munculnya kritik dari kementrian hukum, yang menyebutkan laporan polisi di Ferguson terkait penembakan Michael Brown, bias dan dipenuhi diskriminasi rasialis. Polisi di Ferguson punya reputasi buruk, sering melancarkan aksi kekerasan tanpa alasan jelas terhadap warga kulit hitam.
Sebelumnya Jackson juga menjadi bulan-bulanan kritik, akibat sikapnya yang diskriminatif menanggapi kasus ditembak matinya remaja kulit hitam Michael Brown bulan Agustus tahun lalu. Kasus itu kemudian memicu aksi aksi protes anti rasialis di seluruh Amerika. Saat itu, Jackson menyatakan tidak akan mundur dari jabatannya terkait kasus tersebut.
Diskriminasi Kulit Hitam di Amerika Serikat
Diskriminasi terhadap warga kulit hitam di Amerika Serikat masih menjadi momok. Di banyak bidang situasinya justru memburuk setelah era Martin Luther King.
Foto: picture-alliance/dpa/Justin Lane
Sebuah Ilusi tentang Persamaan
Ketika Barack Obama dikukuhkan sebagai presiden kulit hitam pertama AS, banyak yang menilai Amerika Serikat telah memasuki era "Post Racial", sebuah negara tanpa perbedaan ras dan diskriminasi. Tidak cuma kasus di Ferguson, data-data statistik lainnya mengubur imipian tersebut.
Foto: Reuters
Kemiskinan
Penduduk kulit hitam mendominasi statistik kemiskinan Amerika Serikat. Situasi tersebut tidak berubah banyak sejak 30 Tahun lalu. Tahun 1974 cuma 8 persen warga kulit putih dililit kemiskinan (kini 10%), sementara pada warga kulit hitam jumlahnya sebesar 30 persen (kini 28%).
Foto: Reuters
Separuh Prespektif
Diskriminasi di pasar tenaga kerja AS berlangsung hampir secara sistematis. Tingkat pengangguran masyarakat kulit hitam sejak 50 tahun adalah dua kali lipat lebih tinggi ketimbang warga kulit putih. Mirisnya jumlah tersebut tidak berubah terlepas dari pertumbuhan ekonomi atau perubahan pada tingkat pengagguran secara umum.
Foto: picture-alliance/dpa/Justin Lane
Perbedaan Pendapatan
Sejak 1950 pendapatan rata-rata warga kulit hitam selalu berada di bawah 60% dari upah yang diterima oleh warga kulit putih. Cuma pada tahun 1969/1970 jumlahnya meningkat menjadi sekitar 63 persen.
Foto: DW/G. Schließ
Jurang Kemakmuran
Saat ini rata-rata kekayaan warga kulit putih berkisar 97.000 US Dollar. Sementara warga hitam cuma berkisar 4.900 USD, atau 1500 USD lebih sedikit ketimbang tahun 1980. Melihat perbedaan pendapatan antara dua kelompok yang signifikan, tidak heran jika kemampuan warga Afro-Amerika buat menabung atau menyimpan harta lebih sedikit ketimbang warga kulit putih.
Foto: picture alliance/landov
Risiko Dibui
Peluang buat seorang warga kulit hitam mendekam di balik terali bui enam kali lipat lebih besar ketimbang seorang kulit putih. Menurut data NAACP, organisasi lobi kulit hitam AS, jumlah warga kulit putih yang menggunakan narkoba lima kali lipat lebih banyak ketimbang warga hitam. Namun warga Afro-Amerika yang didakwa terkait narkoba berjumlah 10 kali lipat lebih banyak ketimbang kulit putih
Foto: M. Tama/Getty Images
Cuma Pendidikan Dasar
Menurut catatan tahun 2012, cuma 21 persen warga Afro-Amerika yang memiliki ijazah universitas. Sementara warga kulit putih mencatat angka 34 persen. Secara ironis Departemen Pendidikan AS mengeluarkan statistik 2009 lalu, bahwa untuk pertamakalinya terdapat lebih banyak pemuda kulit hitam yang sedang berkuliah ketimbang mendekam di penjara.
Foto: Reuters
Pendidikan Terpisah
Pengucilan adalah keseharian pada sistem pendidikan AS. Hampir 40 persen bocah kulit hitam menempuh pendidikan di sekolah-sekolah yang juga didominasi oleh murid Afro-Amerika. Jumlah ini banyak berkurang ketimbang tahun 1968 yang mencatat angka 68%. Tidak berubah adalah fakta bahwa tigaperempat bocah kulit hitam belajar di sekolah yang lebih dari 50% muridnya non kulit putih.
Foto: Chris Hondros/Newsmakers/Getty Images
Besar di Ghetto
Segregasi di tengah masyarakat AS juga terlihat pada tempat tinggal. 45 persen bocah kulit hitam yang berasal dari keluarga miskin, hidup di wilayah-wilayah kumuh atau Ghetto. Sebaliknya cuma 12 persen bocah kulit putih yang hidup dalam situasi serupa.
Foto: picture alliance / blickwinkel/Blinkcatcher
Dua Realita yang Berjauhan
Lebih dari 50% warga kulit hitam Amerika Serikat menyebut empat hal sebagai ladang diskriminasi, yakni perlakuan aparat kepolisian, pekerjaan, pengadilan dan sekolah. Sementara pada warga kulit putih jumlahnya kurang dari 30 persen. Secara keseluruhan penduduk Afro-Amerika meyakini adanya praktik diskriminasi berbau rasisme terhadap mereka, entah itu di restoran atau rumah sakit.
Foto: Getty Images
Euforia Berakhir
Sebanyak 35% Warga kulit putih menilai kondisi hidup mereka lebih baik ketimbang lima tahun lalu. Sementara pada warga Afro-Amerika, jumlahnya cuma berkisar 26 persen. Euforia sempat memuncak ketika Barack Obama terpilih sebagai presiden Amerika 2009 silam. Namun kini harapan akan perbaikan situasi warga kulit hitam tergerus oleh realita.
Foto: Reuters
11 foto1 | 11
Atmosfir diskriminasi rasialis
Sikap petugas polisi di Ferguson sering menjadi sasaran kecaman, karena menyebarkan atmosfir diskriminasi rasialis kepada warga kulit hitam. Misalnya aksi kekerasan tanpa alasan, pengejaran serius atas tindak pidana ringan atau penerapan denda tidak logis kepada warga kulit hitam, dengan tujuan mengisi kas keuangan kota yang kosong.
Menteri kehakiman AS, Eric Holder bahkan secara pribadi menyebutkan manajer kota dan polisi menciptakan iklim yang sangat beracun di Ferguson. "Hubungan antara polisi dengan warga di kawasan itu dipenuhi parasaan saling curiga dan tidak percaya serta permusuhan" kata Holder lebih lanjut.
Setelah kasus terbaru, direktur administratif Ferguson, John Shaw dikabarkan juga akan mundur. Sebagai manajer kota, Shaw dituduh bertanggung jawab atas penyalahguanaan aturan denda uang tak logis kepada warga kulit hitam. Sejauh ini sudah enam petugas polisi dan seorang hakim di Ferguson mundur atau dipaksa mundur.
Sejumlah pembela hak warga bahkan menuntut, agar seluruh aparat kepolisian Ferguson dibubarkan dan untuk sementara masalah keamanan ditangani direksi kepolisian di St.Louis yang juga membawahi Ferguson.