1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ferguson Kembali Membara

12 Maret 2015

Dua polisi tertembak saat aksi protes di depan markas polisi di Ferguson, Missouri. Kasus terjadi setelah kepala polisi setempat mudur gara-gara ketegangan rasialis.

USA Proteste vor der Polizeizentrale in Ferguson
Foto: Reuters/K. Munsch

Kondisi kedua petugas yang tertembak serius dan tidak sadar. "Seorang polisi tertembak bagian wajahnya dan yang lainnya tertembak bagian bahu", lapor kepala polisi St.Louis, Jon Belmar dalam konferensi pers. Polisi menyebutkan, telah menahan dua tersangka tanpa merinci lebih lanjut.

Aksi protes sekitar 150 warga Ferguson Kamis (12/3) dipicu pengumuman kepala polisi setempat, Thomas Jackson yang akan mengundurkan diri dari jabatannya Rabu (11/3). Aksi protes warga itu disambut pasukan polisi berpakaian anti huru-hara. Saat aksi digelar terjadi kasus penembakan itu.

Sementara itu dilaporkan pengunduran diri kepala polisi Ferguson dilakukan setelah munculnya kritik dari kementrian hukum, yang menyebutkan laporan polisi di Ferguson terkait penembakan Michael Brown, bias dan dipenuhi diskriminasi rasialis. Polisi di Ferguson punya reputasi buruk, sering melancarkan aksi kekerasan tanpa alasan jelas terhadap warga kulit hitam.

Sebelumnya Jackson juga menjadi bulan-bulanan kritik, akibat sikapnya yang diskriminatif menanggapi kasus ditembak matinya remaja kulit hitam Michael Brown bulan Agustus tahun lalu. Kasus itu kemudian memicu aksi aksi protes anti rasialis di seluruh Amerika. Saat itu, Jackson menyatakan tidak akan mundur dari jabatannya terkait kasus tersebut.

Atmosfir diskriminasi rasialis

Sikap petugas polisi di Ferguson sering menjadi sasaran kecaman, karena menyebarkan atmosfir diskriminasi rasialis kepada warga kulit hitam. Misalnya aksi kekerasan tanpa alasan, pengejaran serius atas tindak pidana ringan atau penerapan denda tidak logis kepada warga kulit hitam, dengan tujuan mengisi kas keuangan kota yang kosong.

Menteri kehakiman AS, Eric Holder bahkan secara pribadi menyebutkan manajer kota dan polisi menciptakan iklim yang sangat beracun di Ferguson. "Hubungan antara polisi dengan warga di kawasan itu dipenuhi parasaan saling curiga dan tidak percaya serta permusuhan" kata Holder lebih lanjut.

Setelah kasus terbaru, direktur administratif Ferguson, John Shaw dikabarkan juga akan mundur. Sebagai manajer kota, Shaw dituduh bertanggung jawab atas penyalahguanaan aturan denda uang tak logis kepada warga kulit hitam. Sejauh ini sudah enam petugas polisi dan seorang hakim di Ferguson mundur atau dipaksa mundur.

Sejumlah pembela hak warga bahkan menuntut, agar seluruh aparat kepolisian Ferguson dibubarkan dan untuk sementara masalah keamanan ditangani direksi kepolisian di St.Louis yang juga membawahi Ferguson.

as/rzn(rtr,afp,ap,dp)