Dua Satelit Navigasi Eropa Tersesat di Luar Angkasa
26 Agustus 2014
Sebuah tamparan telak buat sistem navigasi global Eropa: Dua satelit yang diluncurkan oleh ESA Jumat silam menghilang di luar angkasa. Keduanya dilepaskan pada orbit yang salah.
Iklan
Nasib dua satelit navigasi Eropa, Galileo, yang gagal memasuki orbit dan sejak itu menghilang, hingga kini belum jelas. Baru beberapa hari ke depan dapat diketahui apakah ilmuwan berhasil mengembalikan kedua satelit ke orbit aslinya, tulis Pusat Pengendalian Satelit di Darmstadt.
Jumat silam kedua satelit diluncurkan dari Stasiun Peluncuran Luar Angkasa Kourou di Guinea. Namun roket pengangkut Soyus milik Rusia melepaskan satelit di ketinggian 17.000 kilometer, bukan 23.500 kilometer seperti yang direncanakan.
Pada ketinggian tersebut kedua satelit sedianya bergabung dengan jaringan satelit navigasi lainnya yang telah lebih dulu diluncurkan. Semua satelit navigasi harus berada pada ketinggian yang sama agar bisa berfungsi.
Penyelidikan oleh Komisi Independen
Direktur Badan Antariksa Perancis, CNES, Jean-Yves Le Gall, menilai manuver buat membawa kembali kedua satelit ke ketinggian yang diharapkan dengan sisa bahan bakar yang ada akan "sangat rumit." Beberapa pakar antariksa di Paris bahkan menyebut akan menjadi sebuah "keajaiban" jika kedua satelit bisa kembali berfungsi.
Sebuah komisi kini sedang mencari tahu bagaimana kesalahan fatal itu bisa terjadi. Ilmuwan baru menyadari ada yang tidak beres baru tiga jam setelah satelit diluncurkan. Ilmuwan meyakini kesalahan terletak pada roket peluncur.
Soyus, roket yang pernah membawa Yuri Gagarin sebagai manusia pertama di luar angkasa itu sebenarnya dikenal kokoh dan dapat diandalkan. Badan Antariksa Eropa (ESA) menggunakan Soyus untuk mengangkut beban kelas menengah.
Galileo, sistem navigasi global yang dibuat untuk menyaingi Global Positioning System (GPS) milik Amerika Serikat itu sejak awal sering dirundung masalah. Proyek prestisius milik Badan Antariksa Eropa itu seharusnya sudah rampung 2008 silam. Namun konflik di antara negara donor berujung pada keterlambatan penyelesaian proyek.
rzn/hp (dpa,rtr)
Eropa Siap Kuasai Antariksa
Badan Antariksa Eropa luncurkan program ambisius: 2013 akan diluncurkan sejumlah satelit dan misi berawak terbaru. Targetnya alam semesta di luar orbit Bumi.
Foto: ESA – P. Carril
Misi Penelitian Jagat Raya
Orion demikian nama wahana ruang angkasa berawak yang akan diluncurkan bersama badan ruang angkasa Eropa dan Amerika Serikat. ESA menyuplai modul servis utamanya. Mula-mula perjalanan menuju orbit Bulan. Selanjutnya Orion akan diposisikan di lokasi orbiter tetap, dan akan dijadikan pangkalan misi ke planet Mars.
Foto: ESA-D. Ducros, 2012
Latihan Kondisi Tanpa Bobot
Para astronot Eropa mula-mula harus bertugas di stasiun ruang angkasa internasional-ISS. Astronot Italia Luca Parmitano berlatih simulasi tanpa bobot dalam kolam air di pusat astronot Eropa di kota Köln. Di sini dia berlatih mengatasi kerusakan atau juga jika rekan astronot pingsan.
Foto: ESA/H. Rueb, 2010
Visi Hidup di Bulan
Gambaran stasiun riset di Bulan: sebuah visi jauh ke depan. Jika di Bulan ditemukan air, dapat dibuat stasiun semacam itu. Robot pendarat Chang'e 3 Rover milik Cina, akan melacak keberadaan air di Bulan tahun 2013 ini. ESA memasok kontak data ke wahana pendarat milik Cina itu dan mengambil alih kontrol lintasannya.
Foto: ESA/Foster + Partners
Pengendali Satelit dari Jerman
Dari pusat kontrol antariksa Eropa (ESOC) di kota Darmstadt Jerman ini, ESA sudah mendukung komunikasi data dua wahana pendahulu Chang'e 3. Kedua wahana itu hanya mengorbit Bulan dan tidak mendarat. Dari markas ESOC ini, ESA juga memantau berbagai peluncuran satelit komunikasi dan riset lainnya.
Foto: ESA - J. Mai
Citra Galaxy 3D
Wahana peneliti GAIA akan diluncurkan Oktober 2013. Dengan bantuan alat Interferometer dari gelombang cahaya akan dibuat citra resolusi tinggi tiga dimensi Galaxy Bima Sakti. Para peneliti ESA mengharapkan dapat menemukan minimal semilyar bintang baru.
Foto: ESA/Medialab
Melacak Asteroid dan Komet
Wahana ruang angkasa Rosetta sejak 2004 meluncur ke Komet 67/PTschurjumow-Gerasimenko. Awal 2014 wahana ini diharapkan sudah memasuki orbit komet. Sebelumnya Rosetta merekam tumbukan proyektil NASA Deep Impact ke komet Temple 1, Mars dan Asteroid Steins serta Lutetia.
Foto: picture-alliance/dpa
Pendaratan di Komet
Rosetta pada November 2014 akan melepaskan robot pendarat Philae ke permukaan komet. Pendaratan akan dikendalikan pusat pengendali ruang angkasa Jerman MUSC di kota Köln. Pendaratan akan sangat sulit, karena komet hanya memiliki gaya gravitasi amat lemah. Rosetta akan meneliti komposisi kimia komet ini.
Foto: ESA/AOES Medialab
Bumi Juga Diobservasi
Kotak kecil berbobot 160 kg ini merupakan miniatur dari satelit peneliti Probe-V yang akan diluncurkan bulan April 2013 ke orbit Bumi di ketinggian 820 km. Tugasnya mengukur kerapatan vegetasi di permukaan Bumi. Dengan itu akan lebih dimengerti mekanisme musim, iklim dan pertanian pada pertumbuhan tanaman.
Foto: ESA–P. Carril, 2012
Menembus Kerak Bumi
Tiga satelit Swarm yang akan diluncurkan Juli 2013 akan mengorbit lebih rendah pada lintasan sekitar 400 hingga 500 km di atas Bumi. Tugasnya meneliti lapisan dalam kerak Bumi, dimana kondisinya amat panas dan cair. Satelit ini juga akan mengukur medan magent Bumi serta perkembangannya seiring perubahan zaman.
Foto: ESA–P. Carril
Mengamati Dampak Perubahan
Medan magnet Bumi melindungi permukaan planet kita ini dari pancaran kosmis. Ini juga berdampak pada iklim, sinyal listrik, navigasi dan komunikasi. Pusat riset kebumian GFZ di Potsdam juga mengendalikan misi Swarm. Para peneliti hendak melacak. apa dampak dari perubahan kontinyu medan magnet itu.
Foto: GFZ
Satelit Navigasi Terbaru
ESA juga akan meluncurkan satelit navigasi terbaru. Tahun 2013 saja akan diluncurkan 9 satelit baru untuk sistem navigasi Eropa, Galileo. Bersama pusat navigasi satelit CESAH, ESA menggelar kompetisi bagi penerapan inovatif baru teknik navigasi.