Ada Rasisme di Klub Papan Atas Bundesliga FC Bayern?
13 Agustus 2020
Stasiun siaran publik Jerman ARD/WDR merilis laporan tentang dugaan rasisme di pusat pelatihan remaja klub liga utama Jerman Bundesliga, FC Bayern. Klub itu mengatakan sedang melakukan "penyelidikan internal".
Iklan
Klub liga utama sepakbola Jerman FC Bayern München menyatakan sedang melakukan penyelidikan soal laporan ARD dan WDR tentang dugaan rasisme. Stasiun siaran televisi publik di Jerman itu memberitakan bahwa seorang yang telah dipekerjakan selama bertahun-tahun oleh klub langganan juara Bundesliga itu melakukan penghinaan rasial pada banyak kesempatan di grup WhatsApp staf pusat pelatihan dan pendidikan FC Bayern Campus.
Program Sport Inside WDR melaporkan bahwa sebelumnya sudah ada empat surat anonim dari orang tua anak-anak di fasilitas pelatihan FC Bayern Campus yang dikirimkan kepada para penanggungajwab klub itu.
Dalam beberapa hari terakhir, serangkaian pesan telah dipublikasikan, termasuk beberapa pesan di akun Twitter, yang oleh klub dianggap laporan palsu. Akun tersebut telah diblokir oleh Twitter pada Selasa sore (11/8).
Pesan dan chat “rasis”
Dalam chat grup WhatsApp tersebut, pelatih yang tidak disebutkan namanya itu memposting foto truk dengan tulisan "Bimbo" dan menulis di bawahnya: "Transportasi. Di sinilah para N****** diangkut dari A ke B." Posting itu kemudian dikomentari dengan simbol senyum oleh anggota lain dari grup WhatsApp tersebut, yang "jelas-jelas pelatih lain atau pencari bakat dari klub," kata Sport Inside.
Selanjutnya Sport Inside melaporkan, dalam chat atau obrolan tentang para pemain, pelatih itu sering menggunakan “bahasa rasis”, termasuk frasa "joki unta". Beberapa kali, pemain yang dimaksud disebut sebagai "Turki jorok" atau istilah menghina lainnya.
Dalam salah satu obrolan mengenai tim nasional Tunisia menjelang pertandingan Piala Dunia 2018 melawan Inggris, dipakai “istilah-istilah yang meremehkan”. Chat dari dua tahun lalu itu terungkap setelah beberapa pelatih meninggalkan FC Bayern Campus.
Klub Sepakbola Jerman dan Isu Perlindungan Iklim
Bagaimana klub-klub sepakbola di liga Jerman Bundesliga menanggapi isu perubahan iklim dan perlindungan lingkungan? Inilah beberapa contoh kebijakan 10 klub papan atas.
Foto: Imago Images//Heuberger
RB Leipzig
RB Leipzig saat ini bertengger di peringkat teratas kompetisi Bundesliga. Tapi soal perlindungan iklim, mereka salah satu yang terbawah. Klub ini tidak pernah menggunakan kereta api ke pertandingan tandang. Mereka paling sering terbang dengan pesawat dan hanya sesekali menggunakan bis tim.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Woitas
Borussia Mönchengladbach
Seperti halnya di banyak stadion Bundesliga lain, di Mönchengladbach juga hanya digunakan lampu LED dan cangkir yang dapat digunakan kembali - dan itu sudah mereka lakukan sejak 20 tahun lalu. Klub juga membeli makanannya dari produsen lokal, dan makanan yang tersisa dibagikan ke lembaga amal. Borussia Mönchengladbach juga mempromosikan penggunaan sumber energi terbarukan.
Bayern München telah menjadi anggota "Aliansi Iklim Bayern" sejak 2015. Stadion mereka Allianz Arena dilengkapi dengan teknologi LED. Akhir 2019 garasi parkir dilengkapi dengan sistem fotovoltaik. Mereka juga hanya menggunakan cangkir yang dapat digunakan kembali.
Foto: imago images/ActionPictures
Borussia Dortmund
Sistem tenaga surya dengan bentuk logo BVB menghiasi atap stadion di Dortmund memasok sekitar 485 ribu kilowatt jam listrik untuk jaringan listrik lokal sejak 2018. Bekerjasama dengan pemasok listrik hijau, Borussia Dortmund ingin menghemat lebih 80 ribu ton CO2. Area pelatihan juga memiliki sistem pengairan tadah hujan.
Foto: picture-alliance/Augenklick/firo Sportphoto
FC Schalke 04
Di stadion Schalke, gelas plastik bekas dikumpulkan setelah pertandingan dan diproses untuk membuat cangkir baru. Mesin pencuci piringnya hemat air dan menggunakan proses khusus untuk menghasilkan air dari sisa makanan. Perlindungan lingkungan dimuat dalam kode etik perilaku anggota klub.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Weihrauch
Bayer Leverkusen
Mulai musim ini, hanya cangkir yang dapat digunakan kembali sampai 150 kali yang digunakan di stadion BayArena. Bayer Leverkusen juga menggunakan listrik dari sumber terbarukan. Sejak 2016, klub juga telah menawarkan seminar dan pelatihan untuk kaum muda mengenai perlindungan lingkungan - dilakukan di ruang kelas stadion BayArena.
Hoffenheim adalah satu-satunya klub papan atas yang mendukung "Aliansi untuk Pembangunan dan Iklim" dari Kementerian Pembangunan Jerman. Mereka juga mendukung pelaksanaan proyek-proyek ramah lingkungan di Uganda. Siapa yang membeli tiket Hoffenheim, juga bisa membeli bibit pohon dengan harga murah.
Foto: Getty Images/Bongarts/C. Koepsel
Freiburg
Soal ramah lingkungan, Freiburg adalah klub perintis di Bundesliga. Mereka sudah memasang sistem panel surya di atap stadion tahun 1995. Freiburg juga bekerja sama selama bertahun-tahun dengan organisasi World Wide Fund for Nature (WWF) pada berbagai proyek konservasi alam.
Foto: Imago Images//Heuberger
Wolfsburg
Klub yang didanai pabrikan mobil Volkswagen (VW) inilah yang pertama kali menggunakan lampu LED untuk penerangan stadion. Sejak 2011 stadion ini menggunakan listrik hijau 100 persen. Dan untuk karyawan klub disediakan mobil listrik. Wolfsburg juga memiliki hutan sendiri, di mana lebih 2.000 pohon telah ditanam.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Wolf
Augsburg
Augsburg mengatakan bahwa stadion mereka adalah stadion "netral CO2" yang pertama di dunia. Stadion ini menggunakan energi panas bumi. Setiap jam, sampai 200.000 liter air dipompa dari dua sumur yang terhubung dengan sistem tukar panas. Klub mengatakan, dengan metode ini lebih dari 750 ton emisi CO2 bisa dihemat setiap tahun. (hp/yp)
Foto: Imago Images/Schiffmann
10 foto1 | 10
FC Bayern: kasus ''perseteruan pribadi''
Surat anonim yang dikirim kepada FC Bayern ditujukan kepada direktur kampus FC Bayern, Jochen Sauer, Direktur Utama Karl-Heinz Rummenigge, Presiden Klub saat itu Uli Hoeness, direktur olahraga Hasan Salihamidzic, dan direktur olahraga Pusat Pelatihan Remaja Hermann Gerland. Yang juga menjabat sebagai asisten pelatih tim utama FC Bayern.
Surat-surat itu diyakini berasal dari para orang tua yang peduli. Dalam surat-surat itu, pelatih tim remaja dikritik tidak hanya karena nadanya yang terkadang homofobik dan rasis, melainkan juga karena metode pelatihannya, yang dianggap latihan "sadis" dan tidak sesuai untuk usia para pemain.
FC Bayern mengatakan, mereka yakin surat-surat itu berasal hanya dari satu sumber dan melihatnya sebagai kasus "perseteruan pribadi."