1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Duka Cita untuk Habibie

12 September 2019

Presiden ke-3 Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, tutup usia pada Rabu (11/09) petang di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. Ucapan belasungkawa mengalir dari negara-negara sahabat atas kepergian B.J. Habibie.

Ehamaliger Indonesischer Präsident | Bacharuddin Jusuf Habibie
Foto: picture-alliance/AA/A. Raharjo

Presiden ke-3 Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, meninggal pada usia 83 tahun. Ucapan belasungkawa terus mengalir dari berbagai negara sahabat. Di mata mereka, Habibie adalah sosok negarawan yang visioner dan kepergiannya menyisakan duka mendalam.

Seperti yang disampaikan Perdana Menteri Australia, Scot Morrison di akun Twitter-nya.

Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, menyebut meninggalnya Habibie sebagai suatu kehilangan yang besar.

Duta Besar Kanada untuk Indonesia, Peter MacArthur, juga mengucapkan belasungkawanya. Dalam cuitan di akun Twitter-nya @AmbMacArthur ia menyebut B.J. Habibie sebagai figur sentral evolusi demokrasi di Indonesia.

Selain itu, Dubes Inggris untuk Indonesia, Owen Jenkins juga menyebut Habibie sebagai negarawan dan sahabat Inggris.

Kabar meninggalnya Mantan Menteri Negara dan Riset, Kabinet Pembangunan periode tahun 1978-1998 ini juga ramai diberitakan oleh media asing. Salah satunya The Washington Post dalam edisi online dengan judul berita "B.J. Habibie, reformist Indonesian president, dies at 83” menuliskan:

Masa kepemimpinan Habibie merupakan yang terpendek sepanjang sejarah Indonesia, namun bersifat transformatif. Ia ditunjuk memimpin Indonesia oleh Soeharto setelah 32 tahun masa kempemimpinan militernya runtuh pada Mei 1998 saat terjadi aksi demonstrasi oleh mahasiswa dan krisis ekonomi parah. Masa kepemimpinan Habibie berakhir setelah 16 bulan kemudian, pada Oktober 1999, setelah ia mengundurkan diri dari pemilihan presiden. Sebagai seorang insinyur yang menimba ilmu di Indonesia, Belanda, dan Jerman, Habibie menghabiskan hampir dua dekade bekerja di perusahaan penerbangan Messerschmitt Bolkow-Blohm sebelum kembali ke Indonesia tahun 1974 untuk membantu Soeharto melakukan industrialisasi ekonomi.

Baca juga: Dubes RI Untuk Jerman Arif Havas Oegroseno: BJ Habibie Sosok Yang Tulus dan Bersahaja

Pendidikan dan karier di Jerman

B.J. Habibie lahir pada tanggal 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan. Habibie pernah belajar di Technische Hochschule di Aachen, Jerman Barat, jurusan konstruksi pesawat terbang tahun 1955. Di universitas tersebut, suami dari H. Hasri Ainun Besari (Almarhumah) meraih gelar Doktor-Ingeniur dengan predikat summa-cumlaude. Hampir dua puluh tahun Habibie berkarier di Jerman. Ia pernah menududuki jabatan Wakil Presiden perusahaan penerbangan Messerschmitt Bolkow-Blohm.

Ia terkenal dengan teorinya yang bernama Habibie Theory yaitu mengenali keretakan yang terjadi pada pesawat atau memprediksi letak awal retakan pada pesawat (crack propagation point). Atas teorinya ini ia dijuluki dengan Mr. Crack.

Pada tahun 1973, ia pun diminta kembali ke Indonesia oleh Presiden Soeharto untuk mengembangkan teknologi dan ekonomi di tanah air. Habibie pun diangkat menjadi Menteri Negara dan Riset, Kabinet Pembangunan IV pada tahun 1978.

Habibie juga dijuluki Bapak Kedirgantaraan Indonesia. Di tahun 1979 lantas ia mengembangkan pesawat CN-235 dan pesawat Cassa NC-212. Yang paling dikenang adalah pesawat prototipe N-250 Gatot Kaca yang diluncurkan pada tahun 1995.

N-250 Gatot Kaca sukses terbang perdananya pada 10 Agustus 1995 dengan membawa 50 penumpang. Namun sayangnya pengembangan pesawat ini terhenti karena krisis ekonomi tahun 1997.  Namun saat ini pesawat R80 tengah dikembangkan sebagai lanjutan proyek N-250.

Tanggal 21 Mei 1998 menjadi hari bersejarah bagi Habibie. Ia diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia menggantikan Soeharto. Selama 16 bulan memimpin Indonesia, Habibie tidak memiliki wakil presiden. Salah satu langkah beraninya yakni menyetujui pelaksanaan referendum Timor Timur di tahun 1999.

Dalam pernyataannya, Habibie mengatakan subsidi moneter yang diberikan pemerintah Indonesia selama ini tidak sebanding dengan manfaat terukur yang didapat. Keputusan Habibie tersebut diapresiasi dunia internasional.

Gagal jantung

Sejak 1 September 2019, B.J. Habibie dirawat intensif di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. Ia menghembuskan nafas terakhirnya di ruangan Cerebro Intensive Care Unit (CICU) selepas azan maghrib pukul 18.05 WIB. Habibie meninggal karena gagal jantung.

Untuk memberikan penghormtan setinggi-tingginya kepada putra terbaik bangsa, pemerintah pun menetapkan Hari Berkabung Nasional  dan menginstruksikan pengibaran bendera setengah tiang selama tiga hari terhitung tanggal 12 September 2019.

Habibie dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Timur, Kamis siang. Ia dimakamkan tepat di samping makam istri tercinta, Ainun Habibie, dan merupakan presiden pertama Indonesia yang dimakamkan di sana.

Presiden Joko Widodo yang menjadi inspektur upacara prosesi pemakaman. Bacharuddin Jusuf Habibie meninggalkan dua orang anak yaitu Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.

Baca juga: Bacharuddin "Rudy" Jusuf Habibie: "Helmut Schmidt Guru Intelektual Saya"

rap/ae (dari berbagai sumber)