Limun Organik untuk Proyek Sosial
29 Desember 2013"Trinken hilft" atau minum bisa membantu, tertera dalam huruf putih berukuran besar pada pullover hijau yang dikenakan Paul Bethke, kepala perusahaan LemonAid Beverage GmbH. Tulisan itu menunjukkan jelas konsep perusahaannya. "Dari setiap botol limun yang dibeli, lima sen disumbangkan bagi proyek-proyek sosial", dijelaskan Bethke. Tahun 2013, uang yang berhasil dikumpulkan jumlahya 165.000 Euro.
Pria berusia 32 tahun itu mendirikan perusahaan sekitar lima tahun lalu bersama dua temannya. Sekarang pengusaha muda itu menjual limun dari sari buah dan berbagai jenis teh es di seluruh Jerman, sebagian Austria dan Swiss.
Semua bahannya bersifat organik dan dipanen dengan memperhatikan kesejahteraan pekerja. Bethke menceritakan, awalnya mereka mengunjungi banyak pertanian organik di beberapa negara sebelum memutuskan untuk bekerjasama. Terutama di Brasil, menemukan pertanian organik berukuran kecil sangat susah akibat monopoli perusahaan besar. Berbeda dengan India.
Dapur Jadi Laboratorium
Limun organik dari Hamburg semakin banyak peminatnya. Ada yang datang dari Stockholm, Hongkong, New York dan Paris. Bagi Bethke itu berarti, mereka benar dalam memilih produk dan merealisasikan ide. Di samping itu, bagi ketiga pria muda itu, dunia minuman tidak menawarkan banyak pilihan, jadi mereka mencoba berkreasi sendiri. Itu dilakukan di dapur sendiri, dan teman-teman diminta mencoba dalam berbagai pesta.
Berbeda dengan Coca Cola, tidak ada resep yang dirahasiakan. Produk mereka juga meyakinkan pemilik kafe seperti Mathias Afken. Menurutnya, tamu-tamu yang datang lebih memilih minuman berlabel "fairtrade". Selain di kafe atau toko pangan organik, limun dari Hamburg juga bisa dibeli di supermarket kecil.
Bukan Kelas Atas
Kantor pusat perusahaan LemonAid menunjukkan jelas, bahwa setiap sen digunakan untuk pekejaan sosial. Lantai kayu di ruang kantor sudah usang. Di pintu utama tergantung nama perusahaan, yang hanya ditulis tangan di sepotong karton. Perjalanan bisnis, yang dibiayai perusahaan juga tidak ada. Tetapi Bethke dan rekan-rekannya tetap berkunjung ke perkebunan organik, dengan biaya sendiri.
Sebelum mendirikan perusahaan minuman organik, Bethke pernah bekerja pada badan Jerman yang mengurus kerjasama pembangunan internasional, Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ). Itu di tahun 2005, setelah bencana Tsunami di Asia.
Menurut Bethke, banyak pertolongan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan orang di lokasi. Ia menjelaskan, GIZ harus mengeluarkan dana dalam jumlah tertentu tiap tahunnya, terutama di akhir tahun. "Untuk itu banyak keputusan diambil di Jerman. Orang tidak tahu apa yang terjadi di lokasi." Pekerja GIZ di tiap negara bekerja dengan baik, tetapi mereka terdesak sistem.
Ia sendiri sudah pernah tinggal di Sri Lanka ketika berusia 15 tahun. Pengalamannya itu sekarang berguna untuk perusahaannya. Ia bercerita, dengan beberapa petani teh, ia dulu bersekolah bersama. LemonAid tidak hanya membayar secara adil hasil jerih payah petani, tetapi juga mendukung proyek-proyek lokal. Untuk itu mereka mencari proyek bagus yang selama ini tidak mendapat dukungan.