1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dukungan Bagi Abbas Meluas

20 Juni 2007

Presiden Palestina Mahmud Abbas boleh sedikit bernafas lega. Hujan dukungan dari dunia internasional terhadap pemerintahan darurat Palestina bentukannya semakin deras mengucur.

George W. Bush dan Ehud Olmert di Washington
George W. Bush dan Ehud Olmert di WashingtonFoto: AP

Setelah Uni Eropa, kini giliran Amerika Serikat dan Israel sepakat memberikan dukungan yang lebih luas bagi kekuasaan Abbas di Tepi Barat, baik secara finansial maupun politis. Berbicara seusai pertemuan di gedung putih, Perdana Menteri Israel Ehud Olmert dan Presiden AS George W. Bush mengisyaratkan lampu hijau bagi pembentukan negara Palestina. Olmert juga berjanji akan menghidupkan kembali proses dialog dengan Presiden Abbas.

“Saya akan menempuh segala macam upaya untuk bekerjasama dengan Abbas dan melihat, bagaimana masalah ini bisa diselesaikan bersama-sama, supaya rakyat Palestina bisa memiliki peluang yang besar untuk membangun negaranya sendiri.”

Pun Amerika Serikat mendukung apa yang disebut sebagai strategi ganda Israel. Membagi Palestina menjadi dua blok yang berseteru dianggap bisa memudahkan proeses perdamaian di wilayah panas tersebut. Di satu sisi isolasi terhadap kelompok puritan Hamas di Jalur Gaza, dan di sisi lain Fatah di Tepi Barat yang didukung masyarakat Internasional. Presiden Amerika Serikat, George W. Bush juga mendesak dunia internasional memberikan dukungannya terhadap Presiden Abbas.

“Harapan kami adalah, bahwa Presiden Abbas dan Perdana Menteri Fajjad didukung sedemikian rupa, sehingga mereka bisa memimpin warga Palestina menuju arah yang berbeda.”

Olmert dan Bush sendiri berencana memperbaiki taraf hidup warga Palestina dengan mencabut larangan perjalanan ke wilayah Israel serta investasi besar-besaran untuk membangun infrastruktur yang rusak akibat perang.

Wilayah yang dikuasai oleh kelompok Fatah itu akan dijadikan panggung untuk mendemonstrasikan, bahwa tanpa kekerasan pun warga Palestina bisa mencapai tujuannya untuk membangun negara sendiri yang berdaulat penuh. Begitulah strategi Bush untuk membujuk mayoritas warga Palestina supaya meengakui kedaulatan Israel.

“Harapan kami, adalah supaya semua pihak di Timur Tengah memahami, bahwa konsep ini akan membawa perdamaian. Kami berharap, negara-negara Arab mendukung konsep ini.”

Yang jelas, apapun rencana Bush terhadap Palestina, strategi Amerika dan Israel cuma semakin memperparah situasi kemanusiaan di Jalur Gaza. Di wilayah yang luluh lantak dihajar perang, bencana ekonomi dan kemiskinan itu, kemenangan Hamas harus dibayar mahal oleh warga setempat.

Boikot perdagangan, ancaman intervensi militer dan pencabutan aliran listrik, terus dikumandangkan oleh Israel untuk mengisolasi Jalur Gaza dan memancing amarah warga Palestina atas Hamas. Hasilnya bisa diduga, ribuan warga Palestina berhamburan menuju perbatasan untuk mengungsi ke Tepi Barat. Apalagi Israel sudah mengumkan akan membantu pengungsi Palestina yang ingin meninggalkan Jalur Gaza menuju Tepi Barat, benteng terakhir Presiden Mahmud Abbas.