Dukungan untuk Obama dari Warga Indonesia
4 November 2008Pemilu Presiden di Amerika Serikat punya arti khusus bagi sebagian warga Jakarta. Karena Barack Obama pernah tinggal di kawasan Menteng Dalam, Jakarta Pusat sekitar 30 tahun lalu. Salah satu teman kecil Obama, Kamaludin bercerita soal kedekatan mereka:
“Kita main gundu, main kelereng, sama-sama terus main di rawa sekarang jadi Tebet Mas itu....baur aja, pokoknya kalau lihat orang ramai ia ikut nimbrung. Orangnya memang mau bergaul. Sampai ke rawa kita gotong ramai-ramai ceburin ke rawa. Pertama dengar dari siapa? TV, kita juga tadinya belum tau, kita dulu taunya kan Berry, tidak tahu nama sebenarnya kan Barack. Terus sudah beda, dulu kan gemuk, tinggi kribo gitu. Sekarang kan agak kurus.”
Meski hanya menjalani masa kecil yang singkat di Jakarta, namun magnet Obama tertancap kuat di benak sebagian warga. Popularitas Obama tergambar jelas dengan maraknya pemberitaan media massa di Indonesia, bahkan sejak ia mulai bersaing dengan Hillary Clinton. Bagi sejumlah warga yang pernah menjadi tetangga rumahnya, Ikatan emosional inilah yang membuat mereka menganggap Pilpres Amerika kali ini, mempunyai arti khusus:
“Bangga gitu, Menteng Dalam H. Ramli, pernah ditempatin calon presiden AS. Apalagi kalau sampai dia jadi. Pribadi saya mengharapkan dia jadi. Alasan saya karena dia karena pernah tinggal disini aja.”
“Inginnya dia menang, biar Indonesia terangkat, kan dia pernah di sini, apalagi di Menteng Dalam sekolahnya. Kayaknya dia lebih cerdas dari musuhnya sekarang, Mc Cain. Obama lebih cerdas dan enak dilihatnya”
“Tadinya bekas tetangga sini, namanya warga sini, jadi harus dibanggakan. Kita sih sudah pernah kenal baik, kayak jago bulutangkis itukan kita banggakan. Pesaing Obama ? Gak kenal….”
Demam Obama tak cuma melanda mereka yang punya ikatan emosional belaka. Sejumlah profesional di Jakarta punya alasan rasional, mengapa mereka menjagokan Obama:
“Kalau misalnya Obama yang terpilih, ada kaitanya juga, bisa terbantu juga Indonesia, karena AS mungkin lebih terbuka, untuk orang-orang di luar Amerika kalau satu yang menang McCain itu akan berbeda orientasinya. Alasan khusus, pengen lihat perubahan aja, selama ini kan monoton. Kita mengharapkan mungkin dengan Obama, ada perubahan. Karena kita tahu pengaruh AS kan besar sekali untuk seluruh dunia.”
“Ini ada satu perubahan, dimana setelah ratusan tahun Amerika merdeka, ada terobosan baru dengan adanya orang kulit berwarna, mudah-mudahan ini akan jadi pembaruan, karena saya percaya dunia ini selalu punya perubahan karena yang tidak berubah hanya perubahan itu saja.”
Harapan atas perubahan itulah, yang nampaknya juga menjadi faktor kemenangan Obama dalam sebuah simulasi pemilihan presiden yang digelar Kedutaan Besar Amerika di Jakarta beberapa waktu lalu.
Sejumlah kalangan mengatakan, ini tak lepas dari banyaknya kritik atas kebijakan Amerika Serikat selama ini, yang dianggap merugikan Indonesia, sebagai negeri muslim terbesar di dunia terutama dalam hal perang melawan terorisme di sejumlah negara Islam.(ap)