Dunia berduka atas aksi teror penembakan di sebuah klub malam komunitas gay di Orlando, Florida, Amerika Serikat. Setidaknya 50 orang tewas akibat insiden tersebut.
Iklan
Presiden Amerika Serikat Barack Obama menggambarkan aksi penembakan massal di Orlando sebagai "aksi teror dan tindakan kebencian". Pria bersenjata yang menewaskan 50 orang di sebuah klub malam itu, sebelumnya memang berada dalam pengawasan biro investigasi federal, FBI.
Ucapan solidaritas terhadap komunitas LGBT dan kutukan atas serangan Minggu (12/06) dini hari itu terus mengalir. Pesan-pesan itu di antaranya datang dari para pemimpin politik dan agama di seluruh dunia. Presiden AS Barack Obama mengatakan, penembakan di klub malam Pulse di Orlando, Florida,Amerika Serikat itu adalah "aksi penembakan paling mematikan dalam sejarah Amerika."
Obama - yang sejak dulu menyuarakan pentingnya aturan kepemilikan senjata - mengatakan: "pembunuhan brutal puluhan orang tak bersalah" tersebut menjadi peringatan atas betapa mudahnya mengakses senjata mematikan di AS. "Kami harus memutuskan negara seperti apa yang kita inginkan," ujarnya.
50 tewas, 53 luka-luka
Omar Mateen, warga negara AS berlatar belakang Afghanistan melepaskan rentetan tembakan di klub malam komunitas gay pada hari Minggu (12/06) dini hari. Setidaknya 50 orang tewas dan 53 lainnya terluka akibat aksi penembakan itu.
Tujuh korban di antaranya sudah diidentifikasi. Mereka bernama - Stanley Almodovar III, Luis Omar Ocasio-Capo, Juan Ramon Guerrero, Edward Sotomayor Jr, Eric Ivan Ortiz-Rivera, Peter O Gonzalez-Cruz dan Luis S Vielma. Pria bersenjata berusia 29 tahun tewas di lokasi kejadian dalam baku tembak dengan 11 petugas kepolisian.
Seorang pejabat penegak hukum mengatakan kepada kantor berita AP, bahwa pria bersenjata itu sebelumnya menelepon nomor darurat 911 dari klub dan menyatakan kesetiaannya kepada pemimpin "Negara Islam" (ISIS), Abu Bakr al-Baghdadi. Melalui situs webnya, IS juga telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan itu.
Inilah Negara Islam yang Legalkan Gay dan Lesbian
Kendati legal, kaum gay dan lesbian di negara-negara ini tidak serta merta bebas dari diskriminasi. Tapi inilah negara-negara Islam yang mengakui hak-hak kaum gay dan lesbian.
Foto: picture-alliance/dpa
1. Turki
Sejak kekhalifahan Utsmaniyah melegalkan hubungan sesama jenis tahun 1858, Turki hingga kini masih mengakui hak kaum gay, lesbian atau bahkan transgender. Namun begitu praktik diskriminasi oleh masyarakat dan pemerintah masih marak terjadi lantaran minimnya perlindungan oleh konstitusi. Namun begitu partai-partai politik Turki secara umum sepakat melindungi hak kaum LGBT dari diskriminasi.
Foto: picture-alliance/abaca/H. O. Sandal
2. Mali
Mali termasuk segelintir negara Afrika yang melegalkan LGBT. Pasalnya konstitusi negeri di barat Afrika ini tidak secara eksplisit melarang aktivitas homoseksual, melainkan "aktivitas seks di depan umum". Namun begitu hampir 90% penduduk setempat meyakini gay dan lesbian adalah gaya hidup yang harus diperangi. Sebab itu banyak praktik diskriminasi yang dialami kaum LGBT di Mali.
Foto: Getty Images/AFP/J. Saget
3. Yordania
Konstitusi Yordania tergolong yang paling maju dalam mengakomodir hak-hak LGBT. Sejak hubungan sesama jenis dilegalkan tahun 1951, pemerintah juga telah menelurkan undang-undang yang melarang pembunuhan demi kehormatan terhadap kaum gay, lesbian atau transgender. Pemerintah misalnya mentolelir munculnya cafe dan tempat hiburan di Amman yang dikelola oleh kaum LGBT.
Foto: picture-alliance/AP Photo
4. Indonesia
Undang-undang Dasar 1945 secara eksplisit tidak melarang aktivitas seksual sesama jenis. Indonesia juga tercatat memiliki organisasi LGBT tertua di Asia, yakni Lambda Indonesia yang aktif sejak dekade 1980an. Kendati menghadapi diskriminasi, presekusi dan tanpa perlindungan konstitusi, kaum gay dan lesbian Indonesia belakangan tampil semakin percaya diri buat memperjuangkan hak mereka.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/A. Rudianto
5. Albania
Kendati bermayoritaskan muslim, Albania dianggap sebagai pionir di tenggara Eropa dalam mengakui hak-hak kaum LGBT. Negeri miskin di Balkan ini juga telah memiliki sederet undang-undang yang melindungi gay dan lesbian dari praktik diskriminasi.
Foto: SWR/DW
6. Bahrain
Negara pulau di tepi Teluk Persia ini telah melegalkan hubungan sesama jenis sejak tahun 1976. Namun begitu Bahrain tetap melarang lintas busana di ruang-ruang publik. Terutama sejak 2008 pemerintah bertindak tegas terhadap pelanggaran aturan berbusana. Bahrain juga berulangkali dilaporkan mendakwa warga asing yang menawarkan layanan seksual sesama jenis di wilayahnya.
Foto: Getty Images
7. Palestina (Tepi Barat)
Resminya praktik hubungan sesama jenis masih dilarang di Jalur Gaza. Tapi tidak demikian halnya dengan Tepi Barat Yordan sejak dilegalkan tahun 1951. Ironisnya aturan yang melarang LGBT di Jalur Gaza tidak berasal dari pemerintahan Hamas, melainkan dari Inggris sejak zaman penjajahan.
Foto: Shadi Hatem
7 foto1 | 7
Kejahatan kebencian
Mengingat aksi ini diduga terkait dengan IS, kepala kelompok advokasi Muslim AS terkemuka sangat mengutuk pembantaian tersebut.
Nihad Awad, direktur eksekutif Dewan Hubungan Islam-Amerika juga menyerukan persatuan dan mendesak para politisi untuk tidak "mengeksploitasi" tragedi berdarah itu.
Dalam konferensi pers Awad mengatakan tindakan tersebut "melanggar prinsip-prinsip sebagai warga Amerika dan sebagai Muslim." Ditambahkannya, "Kita tidak memiliki toleransi untuk ekstremisme apapun," katanya.
Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier juga menyatakan belasungkawanya kepada para korban serangan itu lewat di akun twitter.
Pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus menyatakan perasaannya yang terdalam, sementara Ratu Inggris, Elizabeth II mengatakan dia dan suaminya Pangeran Philip "telah dikejutkan oleh peristiwa itu."
Sejumlah tagar termasuk #LoveisLove dan #GaysBreakTheInternet menjadi topik trending di Twitter, dimana para pengguna media sosial berbagi duka dan solidaritas mereka dengan komunitas LGBT.
Di karpet merah Tony Awards di New York City, beberapa bintang, termasuk artis yang membintangi "The Walking Dead" Danai Gurira dan presenter James Corden juga menyatakan rasa dukanya.
Peringatan duka cita juga diadakan di kota-kota di seluruh dunia, termasuk Miami, Paris dan di luar Gedung Putih di Washington, DC. Di New York, orang berkumpul di "Stonewall Inn," yang merupakan situs penting dalam sejarah gerakan hak-hak gay.
Latar belakang penembak
Informasi lebih rinci mengenai latar belakang pria bersenjata itu juga datang dari mantan istri pelaku. Sitora Yusufiy yang pernah menikah dengan pelaku mengatakan Omar Matten adalah seorang pria secara emosional dan mental terganggu, serta sering melakukan tindak kekerasan.
FBI juga menegaskan bahwa pemerintah AS telah memantau Mateen sejak tahun 2013 setelah ia membuat komentar bernada kebencian kepada rekan kerjanya dan menunjukkan simpati terhadap kaum militan Islamis.
Agen FBI, Ron Hopper memaparkan, pihaknya telah menyelidiki dan mewacancarai Mateen dua kali tapi dinas intelijen AS itu "tidak dapat memverifikasi substansi komentarnya."
Sebelumnya tidak dianggap ancaman substantif
Tahun 2013, Mateen bekerja sebagai penjaga keamanan di G4S, perusahaan multinasional milik Inggris yang antara perusahaan keamanan swasta terbesar di dunia.
Dia bergabung dengan perusahaan itu pada September 2007 dan membawa pistol sebagai bagian dari tugasnya sebagai petugas keamanan bersenjata. Pada tahun 2014, Mateen diselidiki dan diwawancarai untuk kedua kalinya atas kecurigaan bahwa ia terhubung ke Moner Mohammad Abu-Salha - seorang warga negara Amerika yang menjadi pelaku bom bunuh diri di Suriah pada tahun 2014.
Hopper mengatakan, bagaimanapun, bahwa kontak Mateen dengan Abu-Sallah sangat minim dan oleh sebab itu ia dianggap “tidak merupakan ancaman substantif."
ap/vlz (ap/afp/rtr)
Israel Rayakan Miss Waria Berdarah Arab
Sebelas perempuan transseksual saling adu bakat dan kecantikan. Pemenangnya adalah seorang yang mewakili minoritas ganda di Israel, Arab dan Transseksual. Bersama mereka memperjuangkan pengakuan masyarakat.
Foto: picture-alliance/Pacific Press/L. Chiesa
Mahkota Untuk Semua
"Mahkota tidak terlalu penting," ujar Taalin Abu Chana pemenang ajang Miss Transseksual di Israel. "Kita tidak butuh orang yang menentukan siapa yang cantik di antara kami, kami semua adalah ratu." Pemenang acara unik ini mendapat hadiah voucher sebesar 120 juta Rupiah untuk operasi plastik di Thailand.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Sultan
Panggung Internasional
Taalin Abu Chana seorang warga Kristen Arab dari Nazareth. Sosoknya mewakili dua minoritas yang sering didiskriminasi di Israel, transseksual dan arab. Penari balet berusia 21 tahun ini akan mewakili negaranya dalam ajang "Miss Trans Star" di Barcelona, September mendatang.
Foto: picture-alliance/Pacific Press/L. Chiesa
Perempuan untuk Perubahan
Ajang kecantikan ini mengawali pesta perayaan tahunan untuk kaum Lesbian, Gay, Trans dan Biseksual di Tel Aviv. Kota di tepi laut Tengah itu adalah surga buat kaum LGBT di Timur Tengah. Tahun ini mereka mengusung motto "Perempuan untuk Perubahan".
Foto: picture-alliance/Pacific Press/L. Chiesa
Pengakuan untuk Transseksual
Ajang "Miss Trans" pertama kali digagas oleh Israela Stephanie Lev. Ia sendiri adalah seorang transseksual. Lev berharap acara ini bisa mendorong pengakuan untuk kaum transjender. "Kami ingin persamaan hak," tuturnya.
Foto: picture-alliance/dpa/Abir Sultan
Kelamin Kontra Identitas
Peserta kontes kecantikan ini memiliki pengalaman hidup yang tidak mudah. Mereka dilahirkan di tubuh yang salah, menjalani operasi kelamin dan hidup dengan identitas baru. Sebagian besar kaum transeksual mengalami diskriminasi dan penolakan, tidak cuma di Israel.
Foto: picture-alliance/Pacific Press/L. Chiesa
Penolakan Keluarga
Tidak jarang peserta kontes kecantikan yang memiliki pengalaman buruk. Terutama keluarga menjadi faktor terbesar karena menolak krisis identitas yang dialami dan kemudian operasi kelamin. Kebanyakan kaum transseksual di Israel tidak lagi berhubungan dengan keluarganya.
Foto: picture-alliance/dpa/Abir Sultan
Jalan Kebijaksanaan
Belum jelas apakah acara semacam ini ini bisa mendorong perubahan paradigma di masyarakat Yahudi. Harian liberal Israel, "Haaretz" menulis, "Dalam realitanya, perempuan transseksual masih harus berjuang demi pengakuan dan eksistensinya di masyarakat, maka Miss Trans 2016 melambangkan kebijaksanaan."