Dunia Gagal Capai Target Penghentian Deforestasi di 2023
9 Oktober 2024
Laporan mengungkapkan bahwa hutan seluas negara Latvia hilang karena deforestasi tahun lalu. Wilayah tropis kehilangan paling banyak pohon, bagaimana dengan Indonesia?
Iklan
Pada 2023, sebanyak 6,37 juta hektar hutan hancur, hampir sebesar negara Latvia, menurut laporan dari organisasi Forest Declaration Assessment yang dirilis pada Selasa (08/10).
Padahal, agar dunia bisa menghentikan deforestasi pada 2030, angka ini seharusnya tidak lebih dari 4,4 juta hektar.
Penyebab utama dari kerusakan hutan ini adalah karena aktivitas pertanian, pembangunan jalan, kebakaran, dan penebangan kayu komersial, merujuk pada laporan tersebut.
"Secara global, deforestasi semakin buruk, bukan membaik, sejak awal dekade ini," ujar Ivan Palmegiani, penulis utama laporan ini.
"Kita hanya punya waktu enam tahun lagi sebelum batas waktu penting untuk mengakhiri deforestasi, namun hutan terus ditebang, dirusak, dan dibakar dengan kecepatan yang mengkhawatirkan," tambahnya.
Hutan Terpenting di Dunia Butuh Perlindungan
Pada KTT COP26, 100 negara berjanji untuk mengakhiri deforestasi pada tahun 2030. Seberapa terlindungikah hutan terpenting di dunia?
Foto: Zoonar/picture alliance
Hutan hujan Amazon
Hutan hujan Amazon adalah salah satu tempat dengan keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia. Namun, penebangan dan peternakan sapi yang ekstensif selama beberapa dekade telah melenyapkan sekitar 2 juta kilometer persegi area hutan. Sebuah studi belum lama ini menunjukkan bahwa beberapa bagian Amazon sekarang mengeluarkan lebih banyak karbon dioksida dibanding yang diserap.
Foto: Florence Goisnard/AFP/Getty Images
Taiga
Hutan utara subarktik ini terdiri dari tumbuhan runjung yang membentang melintasi Skandinavia dan sebagian besar Rusia. Konservasi Taiga bervariasi dari satu negara ke negara lain. Di Siberia Timur, misalnya, perlindungan ketat era Soviet membuat sebagian besar bentang alamnya tetap utuh, tetapi kemerosotan ekonomi Rusia telah mendorong tingkat penebangan yang semakin merusak.
Foto: Sergi Reboredo/picture alliance
Hutan boreal Kanada
Taiga subarktik di Amerika Utara ini dikenal sebagai hutan boreal dan membentang dari Alaska ke Quebec, meliputi sepertiga Kanada. Sekitar 94% dari hutan boreal Kanada berada di lahan publik dan dikendalikan oleh pemerintah, tetapi hanya sekitar 8% yang dilindungi. Kanada, salah satu pengekspor utama produk kertas dunia, menebang sekitar 4.000 kilometer persegi hutan ini setiap tahun.
Foto: Jon Reaves/robertharding/picture alliance
Hutan hujan cekungan Kongo
Sungai Kongo mengalir melewati salah satu hutan hujan tertua dan terpadat di dunia, rumah bagi beberapa binatang paling ikonik di Afrika, seperti gorila, gajah, dan simpanse. Wilayah ini juga kaya akan minyak, emas, berlian, dan mineral berharga lainnya. Pertambangan dan perburuan telah memicu deforestasi yang cepat, yang menurut ilmuwan akan sepenuhnya lenyap pada tahun 2100 dengan laju saat ini.
Foto: Rebecca Blackwell/AP Photo/picture alliance
Hutan tropis Kalimantan
Sebuah ekoregion berusia 140 juta tahun yang menjangkau seluruh Brunei, Indonesia, dan Malaysia, serta memberikan perlindungan bagi ratusan spesies yang terancam punah seperti orangutan dan badak Sumatera, ini sebagian besar hutan hujannya sedang terdegradasi.
Foto: J. Eaton/AGAMI/blickwinkel/picture alliance
Hutan Primorye
Terletak di timur jauh Rusia, hutan jenis konifera menjadi habitat harimau Siberia dan lusinan spesies terancam punah lainnya. Lokasinya yang terpencil dan berdekatan dengan Samudra Pasifik, membuat Hutan Primorye tetap utuh, tetapi penebangan komersial yang meluas telah menjadi ancaman yang semakin besar.
Foto: Zaruba Ondrej/dpa/CTK/picture alliance
Hutan hujan sedang Valdivian
Wilayah hutan ini mencakup sebidang tanah sempit antara lereng barat Andes dan Samudra Pasifik. Pohon seperti Nothofagus dan Fitzroya yang berumur panjang tumbuh di beberapa bagian Valdivian. Penebangan besar-besaran mengancam pohon-pohon endemik ini, yang digantikan dengan pinus dan eucalyptus yang tumbuh cepat yang tidak dapat menopang keanekaragaman hayati di kawasan itu. (rs/ha)
Foto: Kevin Schafer/NHPA/photoshot/picture alliance
7 foto1 | 7
Fokus pada hutan hujan tropis
Menurut laporan tersebut, salah satu cara utama untuk mencapai target perlindungan hutan global adalah dengan mengurangi deforestasi di kawasan tropis.
Iklan
Namun, hampir 96% deforestasi di 2023 terjadi di negara-negara tropis seperti Brasil, Indonesia, Bolivia, dan Republik Demokratik Kongo.
Oseania Tropis adalah satu-satunya wilayah tropis yang berhasil memenuhi target deforestasi 2023.
Brasil, meskipun masih menjadi negara dengan tingkat deforestasi tertinggi di dunia, telah menunjukkan kemajuan signifikan sejak Luiz Inácio Lula da Silva menjadi presiden.
Namun, di wilayah El Cerrado, daerah sabana di selatan Amazon, deforestasi malah meningkat.
Sementara itu, peningkatan terbesar terjadi di Bolivia dan Indonesia. Di Bolivia, deforestasi melonjak hingga 351% antara tahun 2015 dan 2023, sebuah tren yang "belum menunjukkan tanda-tanda berhenti," kata para peneliti.
Di Indonesia, deforestasi kembali meningkat tahun lalu setelah dua tahun mengalami penurunan.
Laporan itu juga mencatat bahwa permintaan bahan untuk produk "ramah lingkungan," seperti viscose untuk pakaian dan nikel untuk baterai kendaraan listrik, turut menyumbang peningkatan deforestasi di Indonesia.
Deforestasi dan Perburuan Ancam Harimau Sumatera
Apakah anak cucu kita masih bisa melihat harimau Sumatera? Kerusakan hutan dan perburuan menjadi ancaman kepunahan harimau Sumatera. Nasib mereka dikhawatirkan akan punah sebagaimana harimau Jawa dan harimau Bali.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Terluka akibat perburuan
Perempuan ini bernama Erni Suyanti Musabine. Ia tampak memonitor kondisi harimau yang terluka akibat ulah pemburu. Selain jadi sasaran perburuan, harimau rawan terlibat konflik dengan manusia dan rentan tertular penyakit dari hewan domestik. Semua faktor tersebut dapat mengancam jiwanya.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Sahabat harimau
Erni Suyanti Musabine tak kenal lelah mengobati dan merawatharimau-harimau terluka. Foto: Erni membantu relokasi harimau yang terluka ke kawasan konservasi Taman Wisata Alam Seblat Bengkulu Utara, 28 Okt 2015.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Kehilangan Habitat dan Diburu
Dari tahun ke tahun habitat harimau Sumatera makin menyempit, sementara perburuan harimau untuk perdagangan gelap masih terus terjadi. Jumlah harimau Sumatera diperkirakan tinggal 400 ekor.
Foto: Getty Images/AFP/T. Fabi
Bahaya dalam penyelamatan
Tampak dalam foto, Erni dan timnya menyelamatkan harimau bernama Elsa di Kabupaten Kaur Bengkulu dan dua ekor harimau lainnya di dekatnya, pada tahun 2014. Jerat Elsa putus sebelum dibius dan ini bersembunyi di semak belukar. Menyuntik bius harimau dalam kondisi seperti itu bukanlah pekerjaan yang mudah dan membahayakan tentunya.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Perdagangan gelap
Meski pemerintah mencanangkan upaya meningkatkan jumlah hewan buas ini sejak tahun 2010, keberadaan harimau Sumatera masih memprihatinkan. Perdagangan gelap merajalela. Kebanyakan bagian tubuh harimau tersebut dijual di toko kerajinan tangan dan penjual obat.
Foto: BKSDA Bengkulu/Erni Suyanti Musabine
Ditangkarkan di Luar Negeri
Untuk menjaga kelestariannya, harimau Sumatera ditangkarkan di beberapa negara lain, seperti di Inggris.. Baru-baru ini, seekor harimau Sumatera, yang diyakini sebagai harimau tertua di penangkaran, telah meninggal dunia di Hawaii dalam usia 25 tahun.
Foto: Reuters/R. Naden
6 foto1 | 6
Indonesia dan kelindan tambang
Dalam laporan World Population Review, 10 negara telah bertanggung jawab atas hilangnya hutan (deforestasi) sejak tahun 1990 hingga 2020. Indonesia berada diurutan kedua setelah Brasil.
Dalam studi "A pantropical assessment of deforestation caused by industrial mining" oleh Stefan Giljum, dkk, mengungkapkan bahwa Indonesia jadi negara yang terburuk terkait isu deforestasi dan pertambangan, yang berkontribusi terhadap 58,2% deforestasi hutan tropis.
Pada periode 2000 hingga 2019, lahan hutan tropis seluas 3.264 km persegi dibabat untuk aktivitas pertambangan.
Adapun aktivitas pertambangan yang mengambil lahan hutan berasal dari industri batu bara, emas, bijih besi, dan bauksit.
Keberatan Eropa Atas Kelapa Sawit, Peduli Lingkungan Atau Bisnis?
01:21
Bisakah deforestasi diakhiri?
Pada 2021, lebih dari 140 negara berjanji untuk mengakhiri deforestasi di Konferensi Perubahan Iklim PBB di Glasgow. Namun, para peneliti mengatakan janji ini belum terpenuhi.
"Jika ingin mencapai target perlindungan hutan global, kita harus membuat perlindungan hutan tidak terganggu oleh perubahan politik dan ekonomi," kata Erin Matson, salah satu penulis laporan tersebut.
"Kita juga harus mengubah cara pandang terhadap konsumsi dan produksi kita, agar tidak lagi bergantung pada eksploitasi berlebihan sumber daya alam," tambahnya.
Meskipun begitu, Palmegiani percaya bahwa masih ada harapan untuk memperbaiki situasi ini.
Namun, agar hal ini berhasil, negara-negara industri perlu lebih mendukung negara-negara yang memiliki banyak hutan dalam upaya konservasi mereka.
Hutan merupakan rumah bagi 80% spesies tumbuhan dan hewan di daratan. Hutan juga berperan penting dalam mengatur siklus air dan menyerap CO2 dari atmosfer, menjadikannya sangat penting dalam melawan perubahan iklim.