1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dunia Internasional Desak Korut Batalkan Uji Coba Nuklirnnya

4 Oktober 2006

Kecemasan dan kebingungan mewarnai sebagian besar reaksi atas pengumuman Korea Utara yang menyebutkan akan menggelar ujicoba nuklir.

Warga Korsel berdemonstrasi menentang rencana uji coba nuklir Korut
Warga Korsel berdemonstrasi menentang rencana uji coba nuklir KorutFoto: AP

Ujicoba serupa itu merupakan aksi yang sangat provokatif dan mengancam Asia Timur, terang Menlu AS Condoleezza Rice.

Menlu Jerman Frank-Walter Steinmeier menuntut Korea Utara untuk membatalkan rencana ujicoba tersebut dan kembali ke meja perundingan.

"Bersama-sama dengan pemerintah negara Eropa lainnya, kami menghimbau untuk menghentikan ujicoba nuklir, dan juga pelanggaran lebih lanjut perjanjian non-proliferasi. Hal yang kami anggap mendesak untuk dilakukan sekarang adalah kembali ke perundingan 6 negara, dan kami juga mendesak Korea Utara agar memenuhi persyaratan untuk itu."

UE dalam sebuah pernyataannya, menyebut pengumuman ujicoba itu sebagai langkah yang tidak bertanggungjawab dan membuat panas situasi. NATO menilai, langkah itu mengancam perdamaian dan keamanan di Asia dan dunia.

Negara-negara Asia juga mendesak Korea Utara untuk membatalkan rencana apapun yang mengarah pada ujicoba nuklir. Korea Selatan menyatakan tidak akan mentolerir ujicoba nuklir apapun. Seoul juga memperingatkan, Korea Utara akan membayar mahal jika tetap bersikeras menggelar ujicoba tersebut.

Jepang menyebut ujicoba itu tidak bisa diterima. Sementara sekutu dekat Korea Utara, Cina, meminta Pyongyang tetap tenang dan mengendalikan diri. Cina juga menuntut agar dilakukan putaran baru perundingan 6 negara mengenai program nuklir Korea Utara.

Rejim di Pyongyang juga menginformasikan rencana ujicoba tersebut kepada rakyatnya sendiri lewat siaran berita televisi Selasa malam, 3 Oktober. Dan sama seperti yang disampaikan pada pihak luar negeri, disebutkan bahwa ancaman, tekanan dan sanksi dari AS lah yang mendasari ujicoba itu.

Apakah Korea Utara akan betul-betul mengujicoba meledakkan bom nuklir, masih belum pasti, karena sampai saat ini tidak disebutkan jadwalnya. Di satu pihak, itu bisa berarti, Pyongyang masih berharap Washington akan mencabut sanksinya. Di pihak lain, Korea Utara akhirnya harus menunjukkan pada dunia bahwa ia bukanlah macan ompong.

Setelah ujicoba rudal yang gagal awal Juli lalu, Pyongyang berada dalam posisi harus mengambil sesuatu tindakan. Ketika itu, sebuah prototipe rudal jarak jauh, yang bisa mencapai wilayah AS, diuji dan meledak beberapa detik setelah ditembakkan ke udara.

Gagalnya rudal tersebut menguatkan dugaan bahwa Korea Utara tidak memiliki satupun senjata atom, seperti yang dinyatakannya sejak setengah tahun lalu, melainkan hanya plutonium yang bisa dibuat bom atom.

Dengan logika seperti ini, maka sebuah ujicoba nuklir tak terhindarkan, apalagi Washington tidak siap untuk menghentikan sanksi finansial yang tampaknya sangat efektif.

Namun sikap ini mengundang bahaya lain, karena ujicoba nuklir Korea Utara bisa memicu perlombaan senjata di Asia Timur, bahkan boleh jadi lomba senjata nuklir.