1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dunia Internasional Desak Pembebasan Aung San Suu Kyi

15 Mei 2009

Myanmar menghadapi tekanan kuat dari dunia internasional untuk membebaskan ikon pro-demokrasi Aung San Suu Kyi setelah ia ditahan dan akan diadili pekan depan karena melanggar aturan tahanan rumah.

Aung San Suu Kyi di SeoulFoto: AP

Dunia Barat menyerukan pembebasan segera Suu Kyi. Sementara organisasi-organisasi hak asasi mendesak Dewan Kemanan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk melakukan intervensi guna menolong perempuan 63 tahun itu yang dijadwalkan akan diadili pada hari Senin (18/05).

Sekjen PBB Ban Ki Moon menyatakan sangat prihatin. Wakil Juru bicaranya Maria Okabe mengatakan: "Sekjen PBB meyakini dengan kuat bahwa Daw Aung San Suu Kyi dan semua yang memiliki kontribusi untuk membangun masa depan negara mereka, harus dibebaskan, guna menjamin agar proses politiknya kredibel."

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton mengatakan sangat terganggu atas kasus tak berdasar yang ditimpakan pada Suu Kyi, hanya beberapa hari sebelum masa tahanan rumahnya berakhir. Hukuman terakhir yang dijatuhkan pada Suu Kyi, enam tahun tahanan rumah, sedianya akan berakhir tanggal 27 Mei.

Dari Perancis, Menteri Luar Negeri Bernard Kouchner dan Menteri HAM Rama Yada mengeluarkan pernyataan bersama, mengecam penahanan tersebut. Piero Fassino, utusan khusus Uni Eropa untuk Myanmar mengatakan, masyarakat internasional seharusnya menggunakan segala cara yang dimungkinkan untuk menekan bagi pembebasan Suu Kyi dan 2000 tahanan politik lainnya yang mendekam di penjara-penjara Burma. Myanmar dahulu bernama Burma sebelum junta militer menggantinya ketika berkuasa. Mereka yang menentang junta, tetap menggunakan nama Burma.

Sekelompok negarawan terkenal, termasuk Uskup Afrika Selatan Desmond Tutu dan mantan Presiden AS Jimmy carter, juga menuntut pembebasan Suu Kyi.

Sementara itu, negara-negara tetangga Myanmar mendapat sorotan tajam dari kelompok hak asasi karena sebagian besar memilih diam. Amnesty Interansional dan Human Rights Watch mendesak ASEAN untuk menggunakan pengaruhnya. Hal yang serupa seharusnya juga dilakukan Cina, Jepang dan India.

Jumat ini (15/05), para Duta Besar ASEAN dilaporkan bertemu di ibukota Yangoon untuk membuat pernyataan bersama. Namun, seperti yang sudah-sudah, kebijakan ASEAN untuk tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing anggota kerap menjadi alasan untuk tidak mengkritik junta Myanmar.

Indonesia dan Singapura adalah satu-satunya anggota yang secara langsung menyerukan pembebasan Suu Kyi dan mengecam tuduhan baru yang dijatuhkan kepadanya. Tuduhan itu tidak pantas kata juru bicara Departemen Luar Negeri Indonesia Teuku Faizasyah. Mengapa Aung San Suu Kyi harus ditahan jika warga Amerika itulah yang berenang menyeberangi danau ke rumahnya?

Pria Amerika itu diidentifikasi sebagai John Yettaw, ayah dari 7 anak dan veteran perang Vietnam, bermukim di Missouri, AS. Ia dilaporkan ingin berdoa bersama Suu Kyi dan karena itu berenang menyeberangi danau untuk sampai ke rumahnya. Motif tindakannya masih belum jelas, namun majalah berita Irrawaddy, yang diterbitkan eksil Myanmar di Thailand menyebutnya sebagai 'semata orang aneh yang bertindak sendiri'. Sementara para pengacara Suu Kyi menyebut pria itu 'bodoh'. Para Aktivis di Thailand dan di Luar Negeri berhenti berspekulasi bahwa Yettaw bekerjasama dengan junta militer untuk memenjarakan Suu Kyi kembali. Namun jelas, junta memanfaatkan insiden tersebut.

RP/afp/dpa/rtr