Kepergian Muhammad Ali tidak cuma diratapi penggemarnya. Bersamanya dunia Islam kehilangan seorang ikon perjuangan hak sipil di tengah geliat Islamofobia yang sedang menguat di barat.
Iklan
Dari semua perjalanan Muhammad Ali ke negara-negara muslim, lawatan 1964 ke Mesir adalah yang paling simbolis. Terutama fotonya bersama penguasa Nil, Gamal Abdul Nasser, yang tersenyum dan hingga kini dianggap salah satu ikon perjuangan anti kolonialisme di Arika dan Asia.
Pertemuan itu sejak awal kontroversial. Nasser menyulut sikap curiga AS karena kedekatannya dengan Uni Sovyet. Tapi buat penduduk di kedua benua, ia justru dianggap sebagai pahlawan kemerdekaan.
Sebaliknya Ali saat itu baru mengawali karir tinjunya dan mewakili "imperalis" Amerika sebagai pejuang hak sipil untuk warga kulit hitam yang tertindas. Bahwa ia disambut oleh Nasser yang dianggap musuh nomer wahid Washington menyisakan rasa getir buat sebagian penduduk Amerika.
Jenius ring tinju yang meninggal dunia di usia 74 tahun, Jumat (3/6), naik pamor ketika gesekan rasial di Amerika Serikat sedang menghangat dan perang Vietnam berkecamuk. Di tahun-tahun itu pula dunia Islam terseret dalam Perang Dingin.
Terutama sikap Ali menolak terlibat dalam perang Vietnam membuahkan dukungan di seluruh dunia. "Tidak seorang Vietcong pernah memanggil saya seorang negro," tutur Ali. "Jadi saya akan dipenjara. Lalu kenapa? Kami telah dipenjara selama 4000 tahun," imbuhnya merujuk pada nasib kelompok Afrika-Amerika.
"Kaum muslim membutuhkan seorang pahlawan dan tidak ada atlit muslim lain yang mencapai apa yang telah dicapai oleh Clay," kata Mohammed Omari, professor Syariah Islam di Universitas Al-Bayt di Yordania.
Raja Yordania, Abdullah II menulis, Ali "berjuang keras, tidak cuma di atas ring tinju, tetapi juga demi hak sipil. Dunia kehilangan seorang juara yang tinjunya menggema melintasi batas negara dan bangsa."
Terbesar Sepanjang Sejarah
Muhammad Ali, dilahirkan pada 17 Januari 1942. Tahun 1999, petinju yang terlahir dengan nama Cassius Marcellus Clay ini dinobatkan oleh Sports Illustrader sebagai olahragawan abad ini.
Foto: picture-alliance/dpa
Petinju Terbesar Sepanjang Masa
Terlahir sebagai Cassius Clay tahun 1942 di Louisville, Kentucky. Ali terjun di dunia tinju pada usia 12 tahun – alasannya: marah karena sepedanya dicuri. Tahun 1960, Ali meraih medali emas kelas berat ringat pada Olimpiade Roma. Sebelumnya Ali telah mengumpulkan banyak gelar amatir di Amerika Serikat. Tidak lama setelah sukses di Olimpiade Roma, Ali memulai karirnya sebagai petinju profesional.
Foto: picture-alliance/dpa
Si Mulut Besar
Clay menyadari, sangat sulit untuk melangkah maju sebagai petinju yang ramah dan rendah diri dalam bisnis tinju profisional. Ia lalu mengubah karakternya menjadi seorang petinju yang provokatif, yang gemar mengejek lawannya. 1964, setelah berhasil menjadi juara dunia dengan mengalahkan Sonny Liston, Clay mengitari ring tinju sambil berteriak, "I am the greatest!"
Foto: picture-alliance/dpa
Gaya Tinju
“Menari bagai kupu-kupu, menyengat bagai lebah,” dikatakan Clay menggambarkan gaya bertarungnya. Dalam pertandingan ulang melawan Liston di tahun 1965, Clay berhasil merubuhkan Liston di Ronde 1. „Berdiri, pecundang!“ teriak Clay.
Foto: picture-alliance/dpa
Muhammad Ali
Tahun 1964, Clay memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Muhammad Ali. Sampai pertenghan tahun 60, Ali merupakan bintang terkenal. Tapi kemudian karirnya merosot. Sebagai protes terhadap Perang Vietnam, Ali menolak dinas militer, Akibatnya, ia dijatuhi hukuman penjara, larangan bertanding dan pencabutan seluruh gelar yang dimilikinya.
Foto: picture-alliance/dpa
Rumble in the Jungle
1970 – setelah 'istirahat' selama tiga tahun, Ali kembali tampil. 1974, ia bertanding memperebutkan gelar juara dunia di bekas ibukota Zaire, Kinshasa, melawan George Foreman. Ali bertanding dengan taktik bertahan, sambil sepanjang pertarungan mengejek dan menghina lawannya. Foreman, yang tidak terkalahkan dalam 40 laga sebelumnya, jatuh KO pada Ronde 8. Ali kembali merebut gelar juara dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Pertandingan Terbaik dalam Sejarah
Sama legendarisnya dengan pertandingan melawan Foreman adalah pertaningan Ali melawan Joe Fraizer (kanan) pada tahun 1975 di Manila, Filipina, yang terkenal dengan Thrilla in Manila. Fraizer bertahan sampai Ronde 14, sampai pelatihnya menghentinkan pertarungan karena Fraizer hampir tidak bisa melihat apa-apa lagi.
Foto: picture-alliance/dpa
Turun Ring dan Kembali
1978, Ali kehilangan gelarnya, dikalahkan Leon Spinks. Pada pertandingan ulang, Ali berhasil merebut kembali gelar juara dunia. Ini merupakan gelar juara dunia ke tiga baginya. 1979, Ali mengundurkan diri. Atas saran tim dokternya, Ali kembali tampil. Tapi dalam dua pertandingan terakhirnya, melawan Lary Holmes (kiri) tahun 1980 dan Trevor Berbick (1981), Ali mengalami kekalahan.
Foto: Picture-Alliance/dpa
Keluaraga
Muhammad Ali pernah menikah empat kali. Lonnie Williams merupakan pasangan terakhirnya sejak tahun 1985. Ali memiliki enam anak, dari empat pernikahannya, satu anak adopsi dan dua dari hubungan di luar nikah. Foto: Ali menggendong putrinya Hana dan Laila (kanan). Laila mengikuti jejak ayahnya, terjun sebagai petinju profesional.
Foto: picture-alliance/dpa
Parkinson dan Aksi Amal
Tahun 1984, Ali (foto bersama Presiden Ronald Reagan) didiagnosis menderita Parkinson. Dianggap, penyakit ini diderita karena Ali mengalami gangguan sarag akibat banyaknya pukulan yang dideritanya di ring tinju. Tapi penyakit ini tidak menghentikan Ali untuk aktif dalam aksi amal, salah satunya dalam hubungan antara Barat dan dunia Islam.
Foto: public domain
Api Olimpiade
Pada Olimpiade musim panas di Atlanta tahun 1996, Ali mendapat kehormatan untuk menyalakan api Olimpiade. Ini merupakan salah satu momen paling emosional dalam Olimpiade ini.
Foto: picture-alliance/dpa
Penghargaan
Tahun 1999, juara dunia tiga kali ini kembali mendapat satu penghargaan. Komitee Olimiade menobatkan Muhammad Ali sebagai "Atlet Abad Ini".
Foto: picture-alliance/dpa
Pejuang Abadi
Muhammad Ali dengan pose favoritnya di depan para wartawan. Muhammad Ali diantaranya aktif dalam upaya memupuk komunikasi antara Barat dan Dunia Islam. Terutama sejak serangan teror 11 September 2001, Ali bertindak sebagai duta dari warga Islam AS dan menekankan sikap damai Islam.