1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dunia Kecam Taliban

11 Oktober 2012

Presiden Amerika Barack Obama mengecam penembakan “menjijikkan” yang dilakukan Taliban atas aktivis remaja perempuan Pakistan. Sementara pemerintah setempat menawarkan hadiah Rp 1 milyar bagi informasi tentang pelaku.

Foto: picture-alliance/dpa

Sekjen PBB Ban Ki-moon juga mengekspresikan kengerian atas serangan yang menimpa Malala Yousafzai, anak perempuan berusia 14 tahun yang kini dirawat intensif setelah mengalami luka di bagian kepala akibat percobaan pembunuhan yang dilakukan Taliban.

Peristiwa itu terjadi di Mingora, kota utama di lembah Swat yang terletak di barat laut Pakistan, di mana Malala selama ini berkampanye memperjuangkan hak perempuan untuk mendapat pendidikan, yang hilang ketika pemberontak Taliban menguasai daerah itu. Meski pemerintah Pakistan mengklaim daerah itu telah aman sejak tahun 2009, namun kelompok Taliban masih sering melakukan serangan.


Tindakan Menjijikkan

Pada hari Rabu (10/10) tim dokter rumah sakit di barat laut Peshawar berhasil melakukan operasi tiga jam untuk mengeluarkan sebuah peluru yang bersarang di dekat bahu setelah menembus kepala Malala.

Persiapan telah dibuat untuk menerbangkan anak itu ke luar negeri, namun sebuah sumber militer Pakistan mengatakan bahwa kondisi Malala tidak memungkinkan untuk bepergian. Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney mengatakan bahwa pasukan Amerika siap untuk menawarkan transportasi dan perawatan bagi Malala jika dibutuhkan.

Presiden Obama menyebut penembakan terhadap Malala sebagai “tercela, menjijikkan dan tragis”, kata Carney. “Kekerasan langsung atas anak-anak adalah sebuah tindakan barbar, pengecut dan hati kami bersamanya (Malala-red) dan orang lain yang terluka serta keluarga mereka.”

Malala mendapat pengakuan internasional atas keberaniannya meyorot kekejaman yang dilakukan Taliban di lembah Swat melalui sebuah blog untuk BBC tiga tahun silam. Ketika itu Taliban membakar sekolah-sekolah perempuan dan menjalankan aksi teror di wilayah tersebut.

Hadiah Rp 1 Milyar

Juru bicara Ban Ki-moon mengatakan, sekjen PBB itu “sangat tergerak” oleh kampanya Malala mengenai hak pendidikan dan menyerukan agar “pelaku tindakan keji dan pengecut itu agar cepat dibawa ke pengadilan”.

Pemerintah provinsi setempat telah mengumumkan hadiah lebih dari Rp 1 milyar bagi informasi yang bisa membawa penangkapan atas pada penyerang Malala.

Serangan itu telah mengundang kecaman dari seluruh dunia dan menyoroti keberadaan kelompok ekstrimis Taliban di lembah Swat yang selama ini berusaha dikembalikan oleh pemerintah Pakistan sebagai daerah tujuan wisata.

“Itu terjadi di siang hari bolong. Artinya beberapa elemen (ekstrimis-red) masih ada di sini dan itu betul-betul mengganggu kami,” kata Habibullah Khan, seorang penjaga toko di pasar Mingora.

Panglima militer Pakistan yang sangat berkuasa, Jendral Ashfaq Kayani, telah mengunjungi Malala hari Rabu (10/10/12) dan mengatakan bahwa inilah saatnya untuk lebih bersatu dan berdiri melawan para pendakwah gagasan barbar dan para simpatisan mereka.


Kondisi Malala Mulai Stabil

Anak-anak sekolah di seluruh negeri, hari Rabu (10/10/12), mendoakan kesembuhan bagi Malala. Sementara itu, kelompok Taliban Pakistan telah mengeluarkan pernyataan bahwa semua perempuan yang menentang mereka harus dibunuh.

Paman Malala, Saeed Ramzan, mengutip tim dokter mengatakan bahwa anak perempuan itu kini berada dalam keadaan stabil setelah operasi panjang untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuhnya.

“Namun mereka mengatakan bahwa 48 jam berikutnya adalah masa kritis dan setelah itu baru bisa diputuskan apakah dia akan dikirim ke luar negeri atau tidak“. Rumah sakit tempat Malala dirawat mendapat pengawalan ketat dari polisi Pakistan.

“Kami melihat ada gerakan tubuh hari ini, namun dia (Malala-red) masih belum sadar.“

Menteri Dalam Negeri Pakistan Rehman Malik mengatakan, Malala masih akan berada di Peshawar hingga tim medis setuju dia dipindahkan, dengan Dubai disebut sebagai kemungkinan tujuan bagi pengobatan lebih lanjut.

Kelompok Taliban telah membunuh ribuan orang tentara dan warga sipil Pakistan selama lima tahun terakhir, namun banyak orang di negeri itu yang menyalahkan Amerika. Keputusan negara adi daya itu untuk menginvasi negara tetangga Afghanistan tahun 2001 sebagai penyebab kekerasan yang terjadi di negaranya.

(AB/AS) afp