1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dunia Menjelang Era Energi Terbarukan

Gero Rueter16 Januari 2013

Energi terbarukan sering luput dari fokus. Bank Dunia bahkan sempat menganggap remeh potensi sumber energi hijau tersebut. Padahal kapasitas produksinya kini sepuluh kali lipat lebih besar ketimbang yang diperkirakan.

Alternativenergie Alternativenergie; Energie; Solarenergie; Technologie; Windenergie; alternativ; alternative; alternativer; alternatives; elektrizität; energie; energieerzeugung; energien; erneuerbar; erneuerbare; erneuerbarer; erneuerbares; gegenlicht; growian; leistung; regenerativ; regenerative; regenerativer; regeneratives; solar; solarenergie; solarzelle; solarzellen; sonne; sonnenenergie; sonnenkraft; strom; stromerzeugung; stromlieferant; technik; technologie; voltaik; wind; windenergie; windenergien; windkraft; windkraftanlage; windpark; windrad; zukunft; Alternative; Energy; Power; Solar; Technology; Wind; back; cell; cells; electricity; energies; energy; farm; future; generation; light; power; renewable; supplier; technology; turbine; voltaic; windmill
Foto: picture-alliance

Dunia sedang demam energi hijau. Belum pernah sebelumnya investasi energi terbarukan melampaui jumlah dana yang dikucurkan untuk memproduksi bahan bakar fosil dan energi nuklir sekaligus. Tren yang mulai terlihat sejak beberapa tahun terakhir ini diyakini akan terus meningkat di masa depan.

Menurut Christine Lins, energi terbarukan memasok "sekitar 25 persen" dari kebutuhan energi global. Lins adalah sekretaris jendral di REN21, Renewable Energy Policy Network 21st Century.

Jaringan yang bermarkas di Paris itu mengamati perkembangan energi di seluruh dunia dan menjadi konsultan bagi pemerintah dan perusahaan energi dalam merombak sistem produksi agar sesuai dengan tuntutan energi terbarukan.

Melalui laporan terbarunya, Global Future Report Renewables, REN21 menyajikan perkiraan pertumbuhan energi terbarukan di masa depan. "Kami mengulas opini para pakar di bidang ekonomi dan politik, seperti apa masa depan energi terbarukan," kata Lins.

Cina Terdepan dalam Energi Terbarukan

Laporan tersebut menggambarkan mosaik pertumbuhan energi terbarukan yang disusun berdasarkan wawancara dengan 170 pakar energi dan 50 tangki pemikir dari seluruh dunia.

"Saat ini kerangka hukum dan perundang-undangan untuk energi terbarukan sudah dibuat di lebih dari 120 negara di dunia, separuhnya adalah negara berkembang," kata Lins. Sebagian besar pakar meyakini, pertumbuhan terbesar antara lain akan terjadi di Cina, India, Jepang dan Brazil.



Menurut laporan lembaga tersebut, Cina berada di urutan pertama dalam daftar negara dengan jumlah investasi terbesar sejak 2010. Lebih dari 130 juta rumah tangga di Cina saat ini hidup dari energi matahari. Lebih dari separuh panel surya yang saat ini beroperasi di dunia, berada di Cina.

Instalasi panel surya di CinaFoto: picture-alliance/dpa

Cina juga terdepan dalam hal energi angin. Dengan lebih dari 80 Gigawatt negara tersebut memiliki daya dua kali lipat lebih besar ketimbang Jerman misalnya. Hingga 2020 Cina berencana menggandakan produksi energi angin.

Tren Positif di Berbagai Negara

Pasca tragedi nuklir di Fukushima, Jepang juga aktif membangun infrastruktur energi angin dan surya. Hingga 2030 negara tersebut direncanakan akan memproduksi 30 persen listrik dari energi terbarukan.

Brazil juga termasuk yang terdepan: saat ini sebanyak 80 persen pasokan listrik berasal dari energi terbarukan, sebagian besar dari pembangkit listrik tenaga air. Selain itu pemerintah saat ini tengah giat membangun kincir angin. Hingga 2020 kapasitasnya diharapkan akan mencapai 16 Gigawatt.

Negara tersebut selama ini dikenal sebagai produsen terbesar bahan bakar hayati seperti ethanol. Lebih dari separuh bahan bakar yang dipasarkan di Brazil berasal dari produk-produk tanaman tersebut. Pemerintah berencana meningkatkan produksi bahan bakar hayati sebanyak tiga kali lipat hingga 2020.

Jam sibuk di Johannesburg, Afrika SelatanFoto: DW/R. Fuchs

Pasokan energi ramah lingkungan saat ini bisa dilihat di kota-kota atau komunitas pedesaan. Menurut laporan Global Future Reports saat ini terdapat 4500 kota di seluruh dunia yang mendorong konsep bangunan dan sistem lalu lintas yang hemat energi, serta merombak sistem pasokan energi untuk energi terbarukan.

Produsen Listrik Harus Bebenah

"Mereka menjadi independen dari impor energi, menciptakan lapangan kerja dan melindungi lingkungan," kata Lins. Kopenhagen adalah contok terbaik. Hingga 2025 pemerintah kota berencana menjadikan Kopenhagen sebagai ibukota bebas Karbondioksida pertama di dunia. Rencana tersebut menyaratkan energi terbarukan, gedung hemat energi, kebijakan yang menguntungkan pejalan kaki dan pengemudi sepeda serta mobilitas elektrik.

Keuntungan terbesar energi terbarukan adalah ongkos yang rendah. Terutama ongkos produksi energi angin dan matahari belakangan kian terjangkau dibandingkan energi nuklir atau fossil. Menurut sejumlah pakar industri, hingga 2050 instalasi panel surya dengan daya sebesar 8000 Gigawatt akan mampu memproduksi 80 kali lebih banyak energi ketimbang saat ini.

Saat ini energi anginlah yang dipreyeksikan akan mengalami pertumbuhan drastis. Menurut opini yang beredar di sektor energi, sampai 2020 kapasitas produksi energi angin akan mencapai 1000 Gigawatt. Jumlah itu berarti kenaikan sebesar tiga kali lipat atau sama seperti kapastias produksi milik 1000 pembangkit listrik tenaga nuklir.