Peringatan 10 tahun bencana Tsunami digelar di berbagai negara. Acara terbesar dilaksanakan di Aceh dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla dan perwakilan dari negara-negara donor serta lembaga bantuan internasional.
Iklan
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan tsunami Aceh 10 tahun lalu merupakan bencana terbesar yang menimpa Indonesia, dan salah satu musibah terbesar di dunia. Namun tsunami juga meninggalkan pelajaran berharga.
“Ini pelajaran, bahwa ujian apapun (dari Tuhan) kepada hamba-Nya, harus kita selesaikan dengan baik,” kata Jusuf Kalla (JK) dalam Peringatan 10 Tahun Tsunami di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh, Jumat (26/12).
JK juga mengatakan, ketika tsunami terjadi, Aceh adalah kawasan tertutup yang dilanda konflik. Tapi ketika terjadi bencana, ia memerintahkan Aceh segera dibuka agar bantuan dari seluruh dunia dapat didatangkan secepatnya ke lokasi bencana.
Bantuan internasional memang tak berhenti mengalir. Rehabilitasi dan rekonstruksi kemudian segera dilaksanakan. Situasi membaik, setelah pihak-pihak yang berkonflik di Aceh beberapa bulan kemudian untuk memulai perundingan.
Acara peringatan 10 tahun tsunami di Aceh dipusatkan di Lapangan Blang Padang, Banda Aceh dan dihadiri oleh perwakilan dari sedikitnya 35 negara donor dan lembaga internasional yang membantu rekonstruksi dan rehabilitasi Aceh.
Gubernur Aceh ucapkan terimakasih
Gubernur Aceh Zaini Abdullah mengucapkan terimakasih dan memberi penghargaan kepada pada duta besar negara-negara donor yang telah membantu Aceh bangkit dari keterpurukan pasca bencana gempa dan tsunami.
"Rp 140 triliun didapat Aceh untuk rehabilitasi dan rekontruksi daerah yang hancur, dan ini dibantu oleh dunia. Ini adalah bentuk solidaritas yang luar biasa," kata Gubernur Zaini Abdullah dalam sambutan Peringatan 10 Tahun Aceh Pasca Tsunami.
Tsunami Aceh Dulu dan Sekarang
Aceh adalah kawasan yang terparah diterjang tsunami 2004. Masyarakat internasional langsung menyalurkan bantuan. Bagaimana kemajuan pembangunan di sana? Bandingkan foto dulu dan sekarang.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Paling parah
Provinsi Aceh di utara Pulau Sumatra adalah kawasan terparah yang dilanda tsunami. Sedikitnya 130.000 orang tewas di kawasan ini saja. Gambar ini diambil 8 Januari 2005 di Banda Aceh, dua minggu setelah amukan tsunami.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Rekonstruksi
Sepuluh tahun kemudian, Banda Aceh bangkit kembali. Jalan-jalan, jembatan, pelabuhan sudah dibangun lagi. Bank Dunia menyebut Aceh sebagai "upaya pembangunan kembali yang paling berhasil". Gambar ibukota provinsi Aceh ini dbuat Desember 2014.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Pengungsi
Setelah diguncang gempa berkekuatan 9,1 skala Richter dan diterjang gelombang raksasa yang tingginya lebih sepuluh meter, banyak penduduk Aceh jadi pengungsi. Di seluruh Asia Tenggara, 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal. Gambar ini menunjukkan penduduk yang melihat puing-puing rumahnya beberapa hari setelah bencana tsunami.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Dibangun kembali
Bencana tsunami Natal 2004 mengundang perhatian besar warga dunia yang ramai-ramai memberikan bantuan. Banyak bangunan yang akhirnya diperbaiki, banyak kawasan yang berhasil dibangun kembali. Gambar ini dibuat Desember 2014 di Lampulo, Banda Aceh. "Kapal di atas rumah" jadi peringatan tentang peristiwa mengerikan itu.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Kehancuran di sekitar Masjid
Gelombang raksasa yang melanda Aceh menewaskan lebih dari 100 ribu orang dan mengakibatkan kerusakan parah. Gambar ini dibuat Januari 2005 dan menunjukkan kawasan Lampuuk di Banda Aceh yang hancur, kecuali Masjid yang bertahan dari terjangan air.
Foto: AFP/Getty Images/Joel Sagget
Sepuluh tahun kemudian
Masjid di Lampuuk dipugar dan kawasan sekitarnya dibenahi. Rumah-rumah penduduk dibangun kembali di sekitar Masjid. Gambar ini diambil sepuluh tahun setelah kehancuran akibat tsunami.
Foto: AFP/Getty Images/Chaideer Mahyuddin
Gempa bumi hebat
Sebelum tsunami muncul, gempa hebat mengguncang kawasan utara Sumatra, 26 Desember 2004. Gempa itu memicu munculnya gelombang raksasa yang mencapai sedikitnya 11 negara, termasuk Australia dan Tanzania. Gambar ini menunjukkan kerusakan di Banda Aceh.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Dibangun lebih baik setelah perdamaian
Bantuan internasional yang berdatangan ke Aceh membuka peluang bagi masyarakat membangun kembali kawasannya dengan lebih baik. Tahun 2005, perundingan antara pemerintah Indonesia dan kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menghasilkan kesepakatan damai, setelah ada mediasi dari Eropa.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Pemandangan mengerikan
Jurnalis AS Kira Kay menuliskan pengalamannya ketika tiba di Banda Aceh setelah tsunami: "Mayat-mayat bergelimpangan, terkubur di bawah reruntuhan. Lalu mayat-mayat itu diangkut dengan truk ke lokasi penguburan massal. Bau mayat menyengat". Gambar ini menunjukkan suasana Masjid Raya di Banda Aceh setelah tsunami.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Masjid Raya
Suasana Masjid Raya sekarang. Aceh kini menikmati status sebagai daerah otonomi khusus, dengan wewenang luas melakukan pemerintahan sendiri. Berdasarkan kewenangan itu, Aceh kini menyebut dirinya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan memberlakukan Syariat Islam.
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
10 foto1 | 10
Ia selanjutnya mengatakan, dukungan dari negara-negara donor telah memberi rasa optimisme dan semangat bagi masyarakat Aceh, sehingga masyarakat kini sudah bangkit meski tak bisa melupakan tragedi itu.
"Peringatan ini bukan bertujuan membuka duka dan luka, tapi menjadikan refleksi bagi kita semua tentang makna kebersamaan, persahabatan dan kekompakan," ujar Zaini Abdullah.
RI dan GAM berdamai
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, ketika bencana tsunami terjadi, solidaritas dan kesetiakawanan untuk Aceh datang dari seluruh Indonesia.
“Dari Sabang sampai Merauke, orang semua datang untuk membantu. Waktu itu Aceh daerah tertutup, tapi sejak itu Aceh dibuka seluas luasnya untuk orang yang ingin membantu, silakan datang tanpa visa,” kata Kalla.
Baik Jusuf Kalla mau pun Gubernur Aceh Zaini Abdullah mengucapkan terima kasih kepada semua relawan dari berbagai negara yang membantu pembangunan kembali Aceh.
Bencana gempa dan tsunami terjadi 26 Desember 2004. Tidak sampai setahun kemudian, Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) mencapai kesepakatan perdamaian, yang ditandatangani 15 Agustus 2005 di Helsinki, Finlandia.